Kemudian ada juga horigotatsu, yaitu mereka menggali tanah kemudian di dalamnya ditaruh arang yang menyala. Kemudian di atasnya ditutup dengan meja, lalu dilapisi dengan kain yang panjang. Mereka lalu memasukkan kakinya ke dalam kain tersebut untuk menghangatkan diri. Horigotatsu ini kemudian menjadi cikal bakal lahirnya kotatsu (meja kecil penghangat kaki), yang sekarang menggunakan listrik.
Untuk di luar ruangan, selain memakai baju (kimono) yang sudah dilapisi kapas di dalamnya, mereka terkadang menggunakan yutanpo, yaitu air panas yang ditaruh dalam wadah. Zaman dahulu, yutanpo bentuknya bermacam-macam, misalnya berbentuk hewan. Sekarang, wadahnya kebanyakan dari plastik (walaupun ada juga yang dari logam) dan bentuknya juga hanya bulat atau lonjong.
Lalu ada juga penghangat portabel yang dinamakan onjaku, yaitu batu yang dipanaskan kemudian setelah panas dililit dengan kain dan dimasukkan baju.
Benda-benda seperti horigotatsu, yutanpo dan onjaku yang merupakan kearifan dari orang-orang Zaman Edo ternyata memberikan inspirasi kepada orang Jepang zaman sekarang dan masih terus digunakan saat ini. Horigotatsu sekarang menggunakan listrik sebagai sumber panas. Onjaku juga berubah menjadi kairo yang memakai bahan kimia dan sekarang ada banyak versi yang tidak hanya bisa ditaruh di kantong baju (celana), tapi bisa juga dilekatkan di dalam jaket, ditaruh di kaos kaki maupun di sepatu (sesuai bentuk sepatunya). Yutanpo saat ini masih dijual di mana-mana, namun dengan bentuk yang sederhana. Bahkan sekarang ada yutanpo yang bisa di-charge dengan tenaga listrik melalui USB, sehingga praktis dibawa bagi orang kantoran.
Salju yang turun Senin kemarin ternyata mempunyai efek yang tidak kecil. Contohnya dalam hal transportasi, salju lebat yang turun bisa membuat ditundanya lebih dari 250 penerbangan di seluruh Jepang.
Di Tokyo, menurut Kepolisian Metropolitan Tokyo, ada lebih dari 700 kasus kendaraan yang tergelincir karena selip saat melintas di jalan yang tertutup oleh salju. Beberapa pengemudi lupa atau lalai mengganti ban kendaraannya dengan ban anti selip (studless tire), walaupun Badan Meteorologi Jepang maupun stasiun televisi sudah mengumumkan bahwa diperkirakan salju lebat akan turun.
Lalu menurut rilis yang dikeluarkan Departemen Pemadam Kebakaran Tokyo, jumlah orang yang terluka karena salju (karena tergelincir dan lainnya) ada sekitar 60 orang.
Tercatat juga penggunaan listrik yang besar oleh perusahaan listrik Tokyo Electric Power, yaitu dari dari pasokan tenaga listrik sebesar 53.680 ribu kW, konsumsi listriknya hampir mencapai ambang batas yaitu sekitar 95 persennya.
Para pegawai juga sudah diberi pengumuman (lisan dan melalui email) di pagi menjelang siang hari Senin lalu, bahwa mereka bisa pulang cepat hari itu. Ada beberapa orang yang lalu pulang sekitar jam 2 atau 3 siang. Saya sendiri baru sempat pulang sekitar jam 5 sore. Apesnya, butuh waktu sekitar 2 jam lebih (yang biasanya hanya kurang dari 1 jam), karena kereta api juga mengalami keterlambatan (atau jadwal menjadi berkurang) dan walaupun kemudian kereta datang, tidak bisa jalan ngebut seperti biasa.
Stasiun kereta api juga penuh dengan orang yang ingin pulang, sehingga untuk berjalan saja susah. Ditambah jalan dari stasiun ke rumah, harus berhati-hati supaya tidak tergelincir (saya juga sebenarnya lupa bahwa hari itu akan turun salju, jadi nggak siap2 misalnya membawa paku-paku kecil yang bisa ditempel di bawah sepatu).