Tanggal 20 Januari yang lalu, kalau di penanggalan Jepang yang disebut sistem nijuushi-sekki, adalah mulainya taikan yaitu musim dengan suhu yang paling dingin dalam setahun. Nijuushi-sekki ini adalah pembagian satu tahun menjadi 24 (nijuushi) bagian musim, di mana pembagian musimnya berdasarkan letak (sudut) matahari terhadap bumi.
Zaman dahulu, Jepang yang sebagian besar masyarakatnya sangat dekat dan berinteraksi dengan alam, selalu menggunakan sistem penanggalan ini untuk melakukan semua kegiatan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, jika penanggalan menandakan bahwa saatnya untuk menanam jagung, mereka akan menanam jagung, bukan yang lain. Jika penanggalan menandakan bahwa saatnya berburu rusa, mereka akan berburu rusa, bukan babi hutan atau yang lain.Â
Kearifan hidup dan kebiasaan seperti itu secara tidak langsung juga mengakibatkan terjaganya ekosistem dengan baik. Tidak akan ada kelebihan pada stok pangan tertentu (misalnya beras ataupun jagung) maupun kekurangan (bahkan menyebabkan punahnya) suatu spesies hewan tertentu.
Salah satu yang tidak bisa lepas dari suhu dingin adalah salju.Â
Ya, benda yang seperti kapas tapi dingin yang jatuh dari langit itu bisa terbentuk jika suhu sekitarnya memenuhi syarat untuk terbentuknya kristal salju di awan di atas sana.
Tanggal 22 Januari (Senin) kemarin, salju lebat turun di Tokyo dan sekitarnya. Salju ini adalah salju pertama yang turun di Tokyo dalam musim dingin tahun ini.
Salju di Tokyo
Sebenarnya salju tidak sering turun di Tokyo. Berdasarkan pengalaman saya, walaupun salju turun, tapi tidak akan sempat tebal menumpuk. Salju juga tidak pernah turun terus-menerus, hanya sesekali (beberapa hari yang tidak beruntun) dalam setahun.
Menurut data yang dihimpun Badan Meteorologi Jepang dari tahun 1960, salju yang turun di Tokyo dalam satu tahun kalau dijumlah, rata-ratanya hanya berkisar 6-7 hari. Berbeda dengan daerah lain di Jepang, misalnya Hokkaido, Touhoku, dan daerah-daerah di Pulau Honshu yang berhadapan dengan Laut Jepang, di mana salju bisa turun dan menumpuk selama berbulan-bulan.
Salju yang paling tebal yang pernah menumpuk di Tokyo adalah salju yang turun di tahun 1969, setebal 30 sentimeter. Salju yang turun hari Senin lalu adalah setebal 20 sentimeter, di mana ketebalan salju yang sama pernah terjadi 4 tahun yang lalu.
Walaupun Jepang terkenal dengan teknologi majunya, namun cukup kewalahan juga dengan turunnya salju yang cukup lebat Senin lalu. Saya akan membahasnya nanti tentang bagaimana akibat yang ditimbulkan. Sebelum itu saya akan membahas bagaimana penduduk Jepang, khususnya Edo (nama Tokyo zaman dahulu) menjalani musim dingin dan salju ini.