Mohon tunggu...
Amakusa Shiro
Amakusa Shiro Mohon Tunggu... Engineer -

A masterless Samurai

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Aufheben Robotron

30 September 2017   09:39 Diperbarui: 3 Oktober 2017   23:10 1530
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Benar juga, Robotaro berkata dalam hati. Dia mengakui, Robojiro temannya ini, memang mempunyai pikiran dan naluri yang kadang tidak mudah untuk dapat dipahami. Namun kalau dipikir lebih jauh, memang ada benarnya juga mengenai apa yang dikatakannya itu.

Pikiran yang dipunyainya (pun yang juga dipunyai oleh Robojiro), memang hanya sebatas kemampuan robotron generasi ke-3, yang juga merupakan generasi terbaru robotron di negara Nitron, tempat dia tinggal. Penguasa agaknya lamban (atau enggan ?) untuk mengembangkan robotron generasi baru dengan kemampuan pikiran yang lebih maju. Padahal, negara tetangga seperti Kantron, dan dia yakin ada beberapa negara lain juga, katanya sudah mulai merancang untuk membikin (atau mungkin sudah diam2 mempunyai) robotron generasi ke-5.

"Omong2, apa kau tahu, ada isu tentang beberapa robotron yang bilang melihat hantu ?"

Robotaro terkejut dengan peryataan sekonyong2 dari Robojiro.

"Iya aku juga mendengarnya. Tapi apakah itu mungkin ?"

"Kenapa kau pikir itu nggak mungkin ? Aku pernah pergi ke museum yang ada di daerah shintron itu. Aku juga sudah banyak membaca dan belajar tentang makhluk yang pernah ada di planet ini yang bernama manusia. Mereka ada yang mempunyai kepercayaan bahwa manusia yang telah mati dan ruhnya tidak bisa pergi ke tempat yang mereka sebut surga, maka ruh itu bisa gentayangan dan disebut hantu. Nah, beberapa robotron katanya pernah melihat hantu yang gentayangan itu. Mungkin saja itu hantu dari manusia yang sudah punah namun tidak bisa ke surga."

"Ah, aku tidak percaya," sanggah Robotaro.

"Kita ini masih robotron generasi ke-3. Aku pikir, jaringan yang tertanam dalam diri kita itu belum sanggup memahami hal2 yang transendental semacam itu. Mungkin kalau robotron generasi ke-4, atau bahkan ke-5, bisa mengalami atau bahkan memahami hal2 yang transendental. Karena menurut cerita, jaringan otak mereka sudah bisa menggunakan simulasi tingkat tinggi sehingga mereka bisa melakukan simulasi mental sendiri yang secara tidak langsung membuat mereka mampu untuk melakukan mental time travel. Disitulah mereka kemungkinan bisa paham akan hal2 yang transendental. Dalam artian, mereka mungkin bisa melihat hantu itu. Tapi kalau kita ? Aku kira belum bisa."

"Itu dia makanya aku bilang, cobalah main ke museum manusia di Shintron itu. Kau akan dapat banyak ilmu dan informasi tentang segala hal yang berhubungan dengan manusia," usul Robojiro.

"Sebenarnya aku juga sudah tahu sedikit tentang manusia," sanggah Robotaro. Dia tidak mau diperlakukan, seolah-olah dia tidak paham secuil pun mengenai manusia.

"Manusia itu dulu berkelompok membentuk masyarakat (society) karena ada persamaan pandangan. Misalnya dalam lingkup terkecil, ada keluarga yang mempunyai kesamaan pandang karena mereka terikat oleh hubungan keturunan, yaitu orang tua (Bapak/Ibu) yang terikat dengan perkawinan dan anak2 nya sebagai keturunan langsung dari Bapak dan Ibunya. Pada ruang lingkup yang lebih besar, misalnya di kantor, mereka juga terikat dengan sesama karyawan kantor itu karena hubungan pekerjaan, dimana segala sesuatu diatur oleh orang yang mempunyai kekuasaan lebih tinggi dari karyawan, presiden direktur misalnya. Presiden direktur ini kemudian yang menentukan kebijakan yang mengikat, artinya harus dipatuhi oleh bawahan yaitu para karyawan itu sendiri. Dalam ruang lingkup yang lebih besar lagi, individu2 ini bisa membentuk negara, dengan kekuatan yang mengikat mereka yaitu disebut ideologi. Dengan ideologi ini maka orang2 bisa dikumpulkan menjadi satu, tidak terpecah2," kata Robotaro dengan sedikit menggebu-gebu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun