Mohon tunggu...
Amakusa Shiro
Amakusa Shiro Mohon Tunggu... Engineer -

A masterless Samurai

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Aufheben Robotron

30 September 2017   09:39 Diperbarui: 3 Oktober 2017   23:10 1530
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Mana gebetanmu, tak kau ajak makan dia ?"

"Aah, bisa saja kau. Mayumi wa isogashii. Dia sedang sibuk."

"Naruhodo ne. Oh begitu."

"Boleh aku ikut makan ?"

"Kenapa tidak ? Ayo sini duduk di sebelahku."

Robojiro segera mengambil posisi duduk di sambing Robotaro. Kemudian dia mengambil beberapa oden dan mulai memakannya.

"Kau tahu, tahun depan sudah mulai pemilihan Genetron lagi ?" Robotaro memulai lagi percakapan sambil menyeka mulutnya yang penuh setelah melahap satu telur bulat2.

"Iya, memangnya kenapa ? Sudah seperti ritual kan setiap 5 tahun kita dibuat gaduh."

"Ya, aku tahu memang kita ini biasanya begini. Tapi apa kita nggak capek tiap pemilihan Genetron selalu begini terus. Apakah setiap ada pemilihan Genetron kita harus menghabiskan energi dan mungkin biaya untuk sekedar menarik perhatian agar lebih unggul dari kandidat robotron lain ? Coba kita lihat negara sebelah, Kantron. Tidak ada ribut2 setiap pemilihan Genetron di daerah itu. Energi dari robotron disana banyak digunakan untuk hal2 yang bermanfaat, tidak untuk hal2 yang remeh-temeh. Kau tahu, katanya mereka sudah bisa membikin robotron generasi ke-5 !"

"Ya memang begitulah. Aku rasa itu rasional juga," Robojiro menimpali.

"Kalau nggak membuat gaduh, gimana mau tenar ? Kalau nggak tenar, gimana mau terpilih ? Kalau mau terpilih, ya harus tenar. Kalau mau tenar, ya harus gaduh. Jadi, sesuai dalil persamaan sifat transitif, maka kalau mau terpilih, ya harus gaduh lah...hahahahaa." Robojiro tertawa terbahak. Tapi yang pasti, tawa itu bukan untuk menertawakan manusia bernama Euclid, penemu dalil itu yang kisahnya pernah dia baca.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun