Mohon tunggu...
Danang Kristianto
Danang Kristianto Mohon Tunggu... penulis -

tidak pernah berhenti belajar dan akan selalu begitu....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Spektrum Ilusi

17 Agustus 2017   14:56 Diperbarui: 17 Agustus 2017   15:23 645
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

         Sebuah warung kecil semi-permanent berwarna hijau, setengah badan bangunannya mengambil hampir separuh trotoar. Secangkir kopi hitam hangat mulai ku pesan. Tersaji lebih cepat bila saat memesan kopi di coffe shop. Aroma kopi mulai menenangkan penatku. Lamunanku membawaku kembali pada malam tadi.

        Saat ketika ayudia menggenggam tangan ini berusaha menenangkan perasaanku.

        "Orang bijak sering mengatakan dalam tulisan mereka tentang pentingnya berfokus pada saat sekarang, bukan kemarin, besok apalagi lusa."

        Sudah sebisa bisanya aku untuk melupakan kejadian malam tadi. Seperti manusia lain, aku punya hati yang seringkali menjadi pembagi rasio dan rasa. Untuk saat ini rasaku lah yang pegang kendali terbesar. Terlarutnya aku dalam rasa, mengkerdilkan rasio sebenarnya tanpa tersadari.

        Sayup sayup terdengar di kejauhan sebuah suara lantunan alat musik tanjidor, suara yang menghanyutkan aku akan kenangan masa kecil bersama ayah. Suara itu mengajaku untuk peduli melihatnya. Tak berselang lama tampaklah iringan anak anak kecil seraya mengerumuni boneka raksasa dengan warna merah sering menjadi identitas dominannya, adat kami menyebutnya "ondel-ondel"

        Semakin jelas ku lihat iringan ondel-ondel itu mendekat kearahku. Kali ini aku tak sedang terfokus untuk melihat atraksi ondel-ondel, melainkan sibuk mencari sumber dari suara tanjidor. Mata ini berkeliling mencari dimanakah kiranya sumber suara dari tanjidor itu sampai pada mata ini tertuju pada sound system besar yang ditarik diatas gerobak oleh sekitaran lima orang pemuda.

       "Sama halnya seperti not musik yang dapat diturunkan atau dinaikan pada nadanya, begitupun sebuah tradisi. Dengan tanpa menghilangkan fungsi dari suara tanjidor, para seniman ondel-ondel ini pun telah menggantinya dengan rekaman bunyi musik."Ondel-ondel itu cukup menghipnotis rasa kegalauan ini untuk beberapa saat.

                           .....................................................................................................................................................................................   

                            Bisa saja dedaunan itu gugur meninggalkan tangkai dari pepohonan,      

                           Tapi itu bukan satu satunya bukti pepohonan itu telah mati.

        Cuaca saat ini cukup panas. Tak terasa dua jam sudah aku meghabiskan waktu di warung kopi ini. Kopi dicangkir pun sudah aku habiskan. Rasanya sudah tak punya alasan lagi untuk tetap berada disini. Kubayar harga dari secangkir kopi itu kemudian bergegas kembali ke kantor.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun