Mohon tunggu...
Danang Kristianto
Danang Kristianto Mohon Tunggu... penulis -

tidak pernah berhenti belajar dan akan selalu begitu....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Spektrum Ilusi

17 Agustus 2017   14:56 Diperbarui: 17 Agustus 2017   15:23 645
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

             "Mulai apa?" sahutku.

            "Gombal,,," terang ayudia sembari melempar pandangan dan wajahnya kearah wajahku sangat dekat hingga tercium aroma parfume, rose essentielle yg begitu istimewa

                                        ..................................................................................................................................................................................................

              Burung burung gereja benar benar mengharuskan aku berterima kasih, karenanya terletup gairah dalam diri ini. Keramaian suasana perjalananku menuju tempat bekerja sama sekali tak mampu menjadi pengusir kesepian yang sedang aku alami. Hanya satu hal yg coba disampaikan para koloni burung gereja bahwa melanjutkan kelangsungan hidup adalah sebuah pesan dari hidup itu sendiri.  Ku pacu sepedah motorku menuju tempat bekerja yang berjarak 19km dari rumahku, kira kira 45 menit waktu perjalanan.

             Motor yang aku kendarai dengan kecepatan rendah. Desiran angin  memasuki setiap celah celah helm. Suasana seperti ini membawa aku dalam sebuah pergulatan batin berusaha menemukan jawaban dari banyaknya pertanyaan dalam pikiran.

            "Sedari kecil ayah selalu mengajakku berkeliling kota disetiap waktu liburnya. Ayah sering membawa ku pada acara keadatan kami, mendatangi pertunjukan "ondel ondel" sebuah tradisi dalam adat betawi. Penjelasan ayah tentang makna dibalik topeng ondel ondel masih sangat membekas dalam ingatan. "cobalah kau maknai bagaimana orang dalam kostum ondel ondel itu," terang ayah. "begitulah juga kita, kita sering memakai topeng topeng adat dalam kehidupan kita sebagai tanda ketaatan kita pada tradisi, yang justru seringkali menutupi pemikiran pemikiran kita sebenarnya. Bayangkan bila kita hidup tanpa tradisi, pemikiran pemikiran liar kita malah justru akan membinasakan kita dengan cepat, tradisi adat lah yang mampu menutupi ke-aib-an. Sejatinya pemikiran kita adalah senjata yang siap membunuh diri secara perlahan, dengan tradisi adat kita mengetahui batasan-batasan dari langkah-langkah yang kita ambil. Walaupun seringkali tradisi adat membawa hal hal kurang menyenangkan pada kepribadian. Tapi kita tak akan mampu memberontak pada adat sebab adat sejatinya perjanjian kita pada moyang moyang kita untuk membentuk sebuah peradaban. Dan manusia berharga diri hanya jika ia memegang teguh perjanjian." Penjelasan ayah menjadi alasan bagiku untuk menahan diri."

               Sampailah aku pada tempat kerja ku, ku parkirkan sepedah motorku dihalaman kantor tempatku bekerja. Sambil berjalanan ke arah ruang kerjaku, aku mengambil handphone dari saku celana.

              "Aq kangen sama kamu bim,,, aq mau bicara langsung sayyaaannnggg." Begitu isi pesan whatsaapp terakhir yg dikirim Ayudia padaku.                       Kulihat laptop dimeja kerja sudah siap menjemputku dengan banyak hal pekerjaan yang harus aku selesaikan.

             "Bim, hellow bim," panggil Andhita, rekan kerjaku sambil melambai lambaikan tangan tepat di depan wajah. Pandangan kosongku menatap layar monitor sedang pikiranku berkelana jauh meninggalkan tubuh. "invoice nya harus sudah siap pagi ini... tolong ya di selesaikan biar saya bisa melanjutkan proses ke pengiriman," terang Andhita. Kemudian pergi.

             "Dita,,," panggil ku seraya berdiri. Andhita menoleh dengan dahi yang mengernyit menyimpan tanya. "saya sedang tidak enak badan, kepala saya pusing, sepertinya saya harus izin dengan atasan. Mau ya kamu mem-back up pekerjaanku dulu?" lanjutku. Dengan memasang ekspresi berat enggan Andhita menghampiriku.

              "Kamu sakit?" tanya andhita menegaskan. "kenapa kamu berangkat ke kantor? Seharusnya kamu menelpon sebelumnya meminta izin supaya rencana kerja tidak jadi berantakan karena kamu." 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun