Injil Yohanes memberi gambaran paham Yesus tentang persahabatan sejati. Yesus menyebut murid-muridNya sahabat sekalipun banyak perbedaan diantara mereka. "Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu. Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku" (Yohanes 15: 14-15).Â
Bahkan kepada Yudas Iskariot, salah seorang murid-Nya yang telah mengkhianati dan menjual diri-Nya, Yesus tetap menyapa dia sahabat. "Hai sahabat, untuk itukah engkau datang?" (Matius 26: 50). Pemahaman Yesus tentang makna persahabatan sejati tidak sebatas kata-kata kosong. "Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya" (Yohanes 15:13) Ia membuktikan sendiri melalui tindakan, dengan rela menanggung sengsara sampai wafat di salib.
Melalui pelajaran ini, remaja akan diajak untuk mendalami paham Yesus tentang persahabatan, agar mampu mengembangkan sikap-sikap positif dalam membangun persahabatan sejati sebagaimana diteladankan Yesus Kristus. Pun pula, mereka akan diajak mendalami berbagai kepribadian Yesus Kristus, agar mereka mampu melihat penuh kagum kepribadian Yesus tersebut.Â
Dengan harapan, dari kekaguman tersebut mereka mampu menempatkan Yesus Kristus sebagai idola atau model dalam mengembangkan diri mereka. Persahabatan antardua atau lebih orang bisa terjadi oleh berbagai sebab: kesamaan hobi, kesamaan sifat atau karakter, adanya sikap saling membutuhkan, karena merasa cocok dalam pergaulan, dan sebagainya.Â
Persahabatan merupakan proses yang tidak dengan sendirinya dapat terjadi, dapat berlangsung sebentar atau lama, tergantung kemampuan masing-masing membangun dan mempertahankannya.
Persahabatan perlu dibangun atas dasar:
Saling percaya.Â
Percaya bahwa apapun yang dilakukan sahabat semata-mata demi kebaikan dan perkembangan yang lebih baik. Maka kritik atau saran apapun, sekalipun menyakitkan, perlu diterima dengan lapang dada. Percaya bahwa tidak ada kebohongan dan maksud kurang baik yang terselubung dalam persabahatan.
Saling menerima apa adanya.Â
Memahami bahwa setiap orang itu unik: punyai sikap, karakter, dan kebiasaan yang berbeda. Tidak menuntut sahabat menjadi seperti yang kita inginkan. Menerima kelebihan dan kekurangan sahabat