Mohon tunggu...
Dan Jr
Dan Jr Mohon Tunggu... Lainnya - None

私の人生で虹にならないでください、私は黒が好きです

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Air dan Api dalam Satu Cinta

25 Juli 2022   21:25 Diperbarui: 25 Juli 2022   23:28 996
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak orang mengatakan bahwa air dan api adalah dua elemen yang diciptakan semesta untuk tidak akan pernah saling bersama. Aku menolak untuk percaya.

Adam dan Rangga adalah dua orang yang bagi kebanyakan orang tidak akan pernah bisa bersama. Tidak sebagai sepasang teman, sahabat, apalagi kekasih. Perbedaan keduanya terlalu banyak bila dituliskan satu persatu.

Adam adalah jenis pria yang tidak bisa hidup teratur, menolak untuk terjebak menjadi budak korporat. Dimana harus memaksanya masuk kantor pukul sembilan pagi dan pulang tujuh jam kemudian. Adam tidak terbiasa dengan hidup statis, bahkan sejak sekolah menengah atas dia sudah menabrak aturan -- aturan normal dalam kehidupan manusia tersebut.

Bagi Rangga, yang hidup dan dididik dalam keluarga penuh disiplin dan aturan, keteraturan itu justru yang paling penting. Menjalankan sesuatu yang membosankan bagi sebagian orang, adalah pilihan terbaik dalam menjalankan hidup dan mengejar mimpi baginya. Rangga harus membuat jadwal untuk semua yang akan dilakukannya, bahkan untuk liburan sekalipun. Rangga tidak pernah mempersiapkan diri untuk kejutan yang mungkin diberikan semesta kepadanya.

Baca juga: Luka Tiga Babak

Di sisi lain, Adam lebih memilih untuk bekerja sebagai seorang tour guide, terkadang dia akan masuk ke kedai kopi sebagai bartender, di waktu lain dia akan menjadi guru les privat Bahasa Inggris. Adam hanya akan melakukan pekerjaan yang dicintainya, dan tidak akan pernah melakukan sesuatu dengan rasa terpaksa. Adam, tumbuh dan didewasakan oleh jalanan yang liar, dan bebas dari segala disiplin kehidupan.

Dibesarkan dan tumbuh dengan sejuta pengalaman, Adam adalah orang yang tepat untuk berbicara mengenai banyak hal. Dia bisa terlibat dalam pembicaraan tentang K-Pop yang sedang melanda dunia, disaat bersamaan bisa juga diajak berdiskusi tentang akhir dari Dinasti Joseon dari negara yang sama.

Sedangkan Rangga, hanya akan bisa ini itu yang sempat dibacanya dalam buku sejarah saat sekolah dulu. Itupun kalau dia tidak melupakannya.

Disaat terjebak dalam pilihan, Adam adalah seorang yang memilih untuk berpikir taktis, ketika Rangga justru terjebak dilematis. Adam seolah selalu melakukan atau mengatakan sesuatu sebelum berpikir. Kenyataannya, Adam sudah mengetahui kemungkinan -- kemungkinan yang akan terjadi saat dia memutuskan.

Bagi Rangga, butuh waktu berhari -- hari memutuskan sesuatu, bahkan menyoal pakaian yang akan dikenakan saat menghadiri pernikahan krabat sekalipun. Satu hal yang tidak akan pernah akan menemui kesamaan dengan Adam yang nyaman dengan kaos oblong dipakai tiga hari berturut turut, hanya dilepas ketika hendak tidur dan menikmati mimpi indah.

Intinya, dihadapan banyak orang yang mengenal mereka. Adam adalah jenis manusia urakan dan sembarangan. Rangga merupakan sosok panutan dalam disiplin yang tak bisa terbantahkan.

Namun, perbedaan itu justru menyatukan keduanya. Bagi Rangga, Adam adalah satu satunya orang yang mampu melengkapi hidupnya yang kaku. Bagi Adam, Rangga sanggup menunjukkan arah langkah yang seharusnya diambil untuknya. Setidaknya, Adam akan mendapatkan pilihan lain sebelum mengambil keputusan.

"Aku harap kamu ngerti?" kata Rangga saat menjelaskan semua perbuatannya kepada Adam setelah berada didalam kamar hotel bersama.

Rangga hanya berusaha untuk melindungi Adam, dari cemoohan sahabat dan keluarganya. Sebab sebagai orang yang mudah bergaul dengan siapapun, saat semua orang mengetahui status Adam sesungguhnya, dengan cepat hubungan yang hanya sekedar teman biasa menjadi keluarga. Karena Adam, adalah jenis orang yang paling mudah bergaul dengan siapa saja, bahkan dengan orang tua sekalipun. Rangga merasa, dirinya hanya sedang melindungi hubungan mereka dari pertengkaran tidak penting.

"Aku ngantuk, mau tidur" kata Adam enggan merespon, sekaligus tersirat memberi pengumuman kalau perbuatan Rangga itu sudah dimaafkan.

"Aku boleh nginep disini?" Pinta Rangga menggoda.

"Hanya kalau kamu udah izin sama ibu" printah Adam.

"Udah kok" jawaban malas dari Rangga membuat Adam mengetahui kalau kekasihnya itu sedang berbohong.

Meski dengan segala sikap dan prilakunya, Adam tidak akan pernah melupakan rasa hormat kepada orang tua. Segera dia bangun dari ranjang, mengambil ponsel Rangga dan mencari -- cari sesuatu.

"Kamu mau ngapain?" Rangga merasa tidak nyaman, seolah Adam sedang mencurigainya.

Bunyi beep dari telepon sebanyak dua kali sebelum telepon itu diangkat oleh seorang wanita diseberang sana.

"Ibu..." kata Adam menyerahkan telepon yang sudah tersambung itu "Kamu izin dulu" lanjutnya kembali ke ranjang dan merebahkan tubuh.

***

Pukul lima pagi, Jogjakarta masih sejuk memanjakan siappun yang ingin beranjak bangun melanjutkan aktifitas. Ketika Rangga sudah selesai dan rapi bersiap untuk kembali ke rumah, Adam masih tertidur diranjangnya dengan pulas.

Perbedaan lain antara Rangga dan Adam adalah. Rangga akan terbangun dari tidur tepat pukul lima pagi, tidak perduli jam berapapun dia memejamkan mata dan tertidur kecuali saat pekerjaan memaksanya untuk lembur. Sebaliknya, Adam akan bangun pukul sembilan pagi paling cepat, itupun kalau dia tidak memutuskan untuk kembali bermimpi dalam tidurnya.

Alasan ini membuat Rangga ragu membawa Adam untuk menginap dirumahnya. Khawatir Adam akan menjadi bahan pembicaraan keluarga yang memang saklek menyoal waktu itu.

"Aku pulang dulu ya" kata Rangga berbisik, tidak yakin Adam mendengar kata pamitnya.

Setengah jam kemudian, Rangga sudah sampai didepan rumahnya menatap sang ibu yang sedang bersiap untuk belanja kebutuhan di teras rumah.

"Assalamualaikum" kata Rangga menyapa.

"Walaikumsallam" sang ibu tersenyum menatap kepulangan anak sulungnya dengan sumringah "Mas Adam apa kabar?" pertanyaan itu muncul begitu saja, bahkan sebelum Rangga turun dari sepeda motornya.

"Hah?" Rangga tidak tahu harus menjawab apa.

"Kamu yakin, Mas Adam nggak boleh nginep dirumah?" kata Ibu Rangga.

Kemudian, wanita itu memberi pengertian menyoal berapa banyak uang yang harus dikeluarkan Adam untuk menginap dihotel. Belum lagi harus tidur sendirian.

"Lama lama sendiri, nanti Mas Adam ditemenin sama orang loh" Ibu Rangga menggoda.

Keluarga Rangga sudah mengetahui orientasi seksual putra sulung itu sejak lama. Meski membutuhkan waktu, tapi akhirnya keluarga itu dapat menerima keadaan Rangga, dan hidup normal seperti biasa.

Rangga menjelaskan perbedaan yang mungkin akan ditemui Adam dirumahnya. Bahwa Adam sama sekali tidak cocok untuk tinggal dirumah keluarga itu. Penjelasan yang sama yang semalam diutarakannya pada Adam.

"Loh emang kenapa kalau Mas Adam bangun jam sembilan atau jam sepuluh pagi?" kata Ibunya penuh pengertian "Nggak ganggu juga kan?"

"Ibu yakin?"

"Yakin!!!" kali ini ayah Rangga yang menjawab setelah selesai mencuci mobilnya.

"Boleh pinjem Yah?" kata Rangga membujuk.

Setelah kunci mobil diserahkan padanya, Rangga segera tancap gas untuk menjemput Adam di hotel. Tidak disangkanya, begitu mendengar kalau dirinya diizinkan untuk menginap dirumah Rangga, Adam langsung terbangun dan mengumpulkan semua barangnya kedalam ransel dan bergegas.

"Hayooo" kata Adam terburu.

"Hmmm" Rangga menggeleng.

***

Ketika malam kembali mengumpulkan setiap kehangatan, Adam sudah berkumpul dengan Rangga dan semua anggota keluarganya. Di meja makan, Adam yang segera berhasil mendekatkan diri dengan Randa dan Amran, dua adik Rangga saling bergurau satu sama lain. Sedang ayah dan ibu Rangga saling bersahut sahutan dalam tawa kecil menatap kebahagian itu.

"Ini jadinya mau makan atau mau maen?" kata Rangga memecah keriuhan meja makan.

"Maaf ya nak Adam, Rangga emang orangnya agak saklek gitu" kata Ibu Rangga berusaha meminta pengertian.

"Nggak apa apa tante..."

"Eittss..." Ibu Rangga memotong ucapan itu "Sekali kamu sudah berada dirumah ini, kamu harus membiaskan untuk panggil ibu"

"Dan Ayah" kata ayah Rangga menambahkan.

"Jadi Mas Adam kerja apa?" kata Amran sambil mengunyah daun singkong dimulutnya.

Rangga terlihat resah, dia mengerti betul menyoal pekerjaan adalah satu hal yang paling sensitive bagi Adam. Hanya dua kemungkinan jawaban yang diterima bagi siapapun yang berani menanyakannya.

"Freelancer..." jawab Adam dengan damai, membuat Rangga lega "Kadang ngajar, kadang jadi tour guide, kadang barista... bisa apa aja"

"Emang bisa dapat duit kalau gitu?" kali ini Randa, siswa tingkat pertama SMP yang tergelitik bertanya.

"Pekerjaan itu bukan hanya tentang berapa besar kamu mendapatkan uang, tapi seberapa besar kamu mencintai pekerjaan itu" kilah Adam kali ini.

"Jadi nak Adam ini bisa apa aja dong?" ayah Rangga kini tak bisa menahan diri.

"Ayah..." Rangga yang memaksa diam dari tadi akhirnya mencoba memutus percapakan.

"Bisa bertani?" Ayah Rangga tidak memperdulikan anaknya itu.

"Om.. eh Ayah mau ngajarin?" tantang Adam.

Tanpa persetujuan Rangga, Adam dan ayah dalam keluarga itu memutuskan untuk bertani selama sebulan keberadaan Adam di rumah itu.

"Bangun aja kesiangan, gimana mau ke sawah?" ledek Rangga.

"Assalamualaikum..." Suara seorang pria menyapa dari balik pintu hendak bertamu terdengar menghentikan keceriaan keluarga itu sesaat.

"Eros..." kata Adam cepat saat mendengar suara itu.

Semua orang menatap Adam dengan curiga, bagaimana mungkin pria yang baru dua puluh empat jam lebih berada di kota ini bisa mengenal Eros.

"Mereka ketemu semalem, waktu aku janjian sama Rahmad dan Ayu" bela Rangga tidak ingin kecurigaan itu membesar.

"Yah... Bu... maaf banget, aku jadi tidak sopan..." kata Adam ketika Amran memutuskan untuk melangkah membukakan pintu untuk Eros. "Tapi aku harus kekamar duluan" kedua orang tua itu mengangguk memberi izin.

"Stay" kata Rangga ketika Adam sudah beranjak dari kurisnya.

"I can't... sorry"

***

Pukul sepuluh lebih lima menit, malam sudah semakin larut. Eros sudah berpamitan untuk pulang dari rumah itu. Rangga segera masuk kamar, dan mendapati Adam yang sedang asyik dengan permainanannya.

"What was that?" kata Rangga meminta penjelasn.

"Hemm?" Mata Adam masih terpaku pada layar ponselnya.

"Itu... kenapa kamu nggak mau ketemu..."

"Orang tua kamu kenal sama Eros?" potong Adam, yang dijawab dengan anggukan dari Rangga.

"Mereka tahu kalau Eros itu mantan kamu?" sekali lagi Rangga mengangguk.

"Kamu mau kalau aku ada disana tadi, orang tua kamu jadi canggung dan bingung harus ngajak ngobrol siapa?"

"Selalu ada alasan untuk semua tindakan" sindir Rangga kali ini.

"Kalau menurut ibu, kamu memang sudah harus menegaskan sama Eros tentang hubungan kalian..." Ibu Rangga muncul tiba tiba, membuat kedua pria itu sadar kalau dari tadi pintu kamar belum ditutup saat mereka bergumul dengan perdebatan kecil.

"Sejak kamu berada di Jepang, Eros selalu datang kerumah setidaknya sebulan sekali..." cerita dari Ibu Rangga kemudian "Ibu nggak mau kalau nanti anak itu merasa dirinya masih ada kesempatan buat bisa sama kamu"

"Atau jangan -- jangan..." kali ini Adam berdiri dan menggoda Rangga.

"Apa?"

"Nggak bukan apa -- apa" Adam memilih mundur sebelum Rangga tersulut amarah.

"Iya bu..." kata Rangga menurut "aku rasa aku tahu apa yang harus dilakukan sekarang"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun