Pukul lima pagi, Jogjakarta masih sejuk memanjakan siappun yang ingin beranjak bangun melanjutkan aktifitas. Ketika Rangga sudah selesai dan rapi bersiap untuk kembali ke rumah, Adam masih tertidur diranjangnya dengan pulas.
Perbedaan lain antara Rangga dan Adam adalah. Rangga akan terbangun dari tidur tepat pukul lima pagi, tidak perduli jam berapapun dia memejamkan mata dan tertidur kecuali saat pekerjaan memaksanya untuk lembur. Sebaliknya, Adam akan bangun pukul sembilan pagi paling cepat, itupun kalau dia tidak memutuskan untuk kembali bermimpi dalam tidurnya.
Alasan ini membuat Rangga ragu membawa Adam untuk menginap dirumahnya. Khawatir Adam akan menjadi bahan pembicaraan keluarga yang memang saklek menyoal waktu itu.
"Aku pulang dulu ya" kata Rangga berbisik, tidak yakin Adam mendengar kata pamitnya.
Setengah jam kemudian, Rangga sudah sampai didepan rumahnya menatap sang ibu yang sedang bersiap untuk belanja kebutuhan di teras rumah.
"Assalamualaikum" kata Rangga menyapa.
"Walaikumsallam" sang ibu tersenyum menatap kepulangan anak sulungnya dengan sumringah "Mas Adam apa kabar?" pertanyaan itu muncul begitu saja, bahkan sebelum Rangga turun dari sepeda motornya.
"Hah?" Rangga tidak tahu harus menjawab apa.
"Kamu yakin, Mas Adam nggak boleh nginep dirumah?" kata Ibu Rangga.
Kemudian, wanita itu memberi pengertian menyoal berapa banyak uang yang harus dikeluarkan Adam untuk menginap dihotel. Belum lagi harus tidur sendirian.
"Lama lama sendiri, nanti Mas Adam ditemenin sama orang loh" Ibu Rangga menggoda.