Romeo yang mulai salah tingkah, mencari sesuatu dari tas selempang yang dikenakannya. Sebuah amplop cokelat kini berada digenggamannya, dan diserahkannya pada Adam.
"Ayah meninggal setahun lalu, dan ayah ingin kamu membaca ini..." katanya menyerahkan amplop itu kepada Adam.
Adam tersungkur tidak mampu menjawab. Satu -- satunya pria yang dianggapnya sebagai ayah sesungguhnya, baru saja diumumkan melangkah jauh meninggalkannya, ketika tubuhnya bahkan belum sanggup mencerna bahwa kenyatannya kini dia duduk berdua bersama Romeo, pria yang dulu pernah begitu dicintainya dan kini paling dihindarinya.
"Kalau isinya tentang kita untuk kembali seperti dulu..." kata Adam masih belum menyentuh amplop itu "kamu sudah tahu betul jawabannya..."
"Aku bahkan tidak tahu apa isinya, aku belum membukanya sama sekali" Romeo membela diri.
Adam menerima amplop itu, dan cukup tebal untuk menyimpan sebuah surat. Lalu perlahan dibukanya perekat amplop itu, seolah -- olah isinya adalah rahasia negara yang hanya orang berkepentingan yang boleh mengetahui isinya.
Adam menemukan photo -- photo lama dari dalam amplop itu. Photo saat untuk pertama kalinya Adam menginjakkan kaki di Hannover dan begitu mengagumi patung Ernest Agustus yang terletak tidak jauh dari sebuah caf tempat dimana akhirnya Adam suka menghabiskan waktu selagi berada di negara itu.
Lalu photo lain saat Adam bersama keluarga Romeo berada di Altes Rathaus, salah satu situs bersejarah Hannover yang berada di kawasan mirip kota tua ala Jakarta.
Adam terhentak pada satu kartu post lama, yang dulu dikirimnya dari Indonesia kepada orang tua Romeo untuk sekedar mengucap rindu. Dibaliknya kartu itu, dikenalnya satu tulisan tangan disana, bukan tulisan tangan milik Adam. Sebuah kata permohonan dari seorang ayah kepada kedua putranya.
Satu kalimat yang membuat Adam membutuhkan waktu cukup lama bisa kembali saling bertatapan dengan Romeo.
"berikan cinta itu kesempatan kedua, kalian layak untuk bahagia bersama"