Setengah jam kemudian, aksi pemblokiran rumah itu nyaris selesai. Tobias hadir dengan wajah yang tidak pernah disukai Adam. Setelah mendapatkan telepon kepanikan dari si penyewa rumah tadi, Tobias memang mengumpulkan seluruh dayanya untuk bertemu si bungsu. Tapi Adam bergeming, segala ucapan abangnya itu tida dihiraukannya.
Ketika perdebatan mencapai puncaknya, Tobias sudah kehabisan kesabaran. Sebuah belati terhujam ditubuh Adam, darah mengalir begitu deras, terlalu deras. Warga dalam waktu singkat, langsung mengamankan Tobias, menahan pria itu dari pelarian. Alfira tersedak, air matanya tumpah, diraihnya adiknya yang roboh ditanah, berharap pria itu masih berada dalam kesadaran.
Polisi yang sudah dimintai Adam kehadirannya sejak satu jam sebelumnya baru hadir di lokasi itu. Tobias akhirnya diamankan kepolisian, Adam sebisa mungkin dibawa ke klinik terdekat.
Alfira tidak bisa menahan penderitaannya. Satu adiknya berbaring bertarung dengan waktu dan kehidupan. Satu lagi akan segera meringkuk dibalik jeruji besi. Dalam kepedihan, Alfira berusaha mengumpulkan sisa - sisa kekuatan yang dia miliki. Adam membutuhkannya saat ini. Wanita itu tidak bisa menjadi lemah, dalam kondisi ini.
***
Ketika senja bergelayut dengan rembulan, Romeo mendarat dalam kecemasan. Alfira menghubunginya, menceritakan segala yang terjadi di kampung halaman. Romeo tidak bisa menahan diri, dia harus segera menemui belahan jiwa yang dicintai.
"are you okay?" kata Romeo duduk di sebelah Adam.
"Not in every way, but i'm good" Adam yang sudah sadar dengan perban membalut perutnya tersenyum pada Romeo.
Kini Adam sudah berada dirumah sakit, setelah menyelesaikan urusan administrasi tadi, Alfira harus segera ke kantor polisi untuk melihat adik satunya.
Tidak lama berada di kepolisian, Alfira kembali ke rumah sakit. Ketika wanita itu masuk kedalam ruang rawat, Romeo berdiri, tidak siap dengan Alfira yang mengejarnya memeluk pria itu penuh kepedihan.
"Apa yang harus aku lakukan?" kata Alfira tersedu.