Mohon tunggu...
Dan Jr
Dan Jr Mohon Tunggu... Lainnya - None

私の人生で虹にならないでください、私は黒が好きです

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hutan Terlarang 3 (Alam Tanpa Matahari)

14 November 2018   19:17 Diperbarui: 14 November 2018   19:27 619
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Prita memberi kabar padaku, seorang teman menghilang dari kota seminggu terakhir ini. Ibu dari Kevin itu tidak lupa mengirimkan tautan cerita tentang keberadaan kami di hutan terlarang. Kata Prita, seorang yang mendengar ceritanya menuliskan kisah itu. Tapi cerita Prita tidak selesai, lalu orang itu melanjutkannya dengan imajinasi liar yang dia miliki. Beruntung, aku dan Her masih ada didesa yang sama menunggu keadaan Fred pulih benar. Satu tangan terputus bukan kabar baik baginya, dan aku tidak bisa meninggalkan pria jerman itu sendiri begitu saja disini.

Her dan aku menemui tetua desa, menceritakan kejadian di Jakarta. Dia tepekur sejenak, lalu menatap mataku dengan cukup lama.

"kalian harus kembali kesana" katanya "persis seperti apa yang ada didalam cerita itu" lanjutnya.

"tapi... Kanaya dan Anggi sudah kembali ke Jogja, kondisi Fred tidak mungkin berjalan lagi sejauh itu" kataku "kalau Prita dan Lukman aku bisa meminta mereka untuk kembali"

"hanya itu satu -- satunya cara" jawabnya "semua yang ada di cerita itu harus kembali, memenuhi apa yang terjadi di cerita itu"

"apakah kita punya pilihan lain?" kata Her tidak sabar

"biarkan si penulis cerita itu tersesat disana, di alam yang tidak akan pernah ditemukan oleh manusia hidup"

Aku dan Her saling bertatapan, kami saling menyadari kami tidak mungkin mengorbankan satu nyawa hanya karena ketakutan saja. Kesepakatan terjadi, aku akan menghubungi Kanaya dan Anggi untuk kembali ke desa terpencil itu. Sedangkan Her akan berusaha meyakinkan Fred untuk kembali kedalam hutan. Selain itu, aku sudah meminta Prita dan Lukman untuk membawa Kevin ikut serta ketika mereka akan berada disini. Sebab semua orang harus ada.

Aku dan Her berpamitan pada tetua desa. Sebelum pergi, tetua desa memanggilku dan membisikkan sesuatu. Lalu dia membiarkan aku pergi, bersama Her yang sudah menungguku di teras rumah.

"apa katanya" Her penasaran

"tidak ada" kataku

2 Hari Kemudian...

Semua orang sudah berkumpul, tepat pukul tiga sore di tempat sebelumnya kami menginap. Fred sangat setuju untuk kembali kedalam hutan, pria itu masih ingin menemukan anaknya yang hilang. Sedangkan Kanaya dan Anggi tidak keberatan untuk hadir lebih disebabkan rasa kemanusiaan. Prita dan Lukman serta Kevin memang sudah sepantasnya ada disini. Salah satu diantara mereka adalah penyebab masalah ini. Lagipula yang ada didalam sana adalah sahabat mereka, jadi agak konyol kalau mereka tidak bersedia.

Dalam perjalanan, aku menceritakan pada semua orang bahwa apa yang terjadi di dalam hutan harus diulang. Tidak akan bisa sama persis, tapi setidaknya mendekati kejadian itu. Kali ini kami ditemani oleh beberapa kendaraan lain yang akan melakukan perjalanan satu jam setelah kepergian kami. Hanya untuk berjaga kalau terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.

Jam tanganku menunjukkan setengah enam kurang dua menit. Aku sadar sesuatu akan terjadi, tapi aku tidak akan memberitahukannya kepada orang -- orang ini. Dua menit kemudian, Fred, Lukman, Prita, Her, Kevin, Anggi dan Kanaya menghilang. Hanya aku sendiri berada didalam hutan ini, mencoba mencari keberadaan pria penulis cerita itu.

Aku menyusuri hutan itu ke bagian paling dalam. Dari kejauhan tampak gerombolan makhluk yang mirip seperti pada perjalanan sebelumnya. Ternyata bukan hanya satu, makhluk itu begitu banyak sampai -- sampai aku takjub dibuatnya. Mereka tampaknya sedang berpesta, aku melihat ada tiga orang manusia disana. Dan ketiga manusia itu dijamu dengan sangat hangat, walaupun satu diantaranya tampak cukup ketakutan berhadapan dengan makhluk -- makhluk ini.

Sesuatu mendorongku, sehingga tidak dapat menghindarkan suara dari semak -- semak yang melindungiku. Aku melihat satu makhluk lain yang tampilannya cukup berbeda dari yang sedang berpesta disana. Tubuhnya besar, tapi tanpa bulu. Matanya berwarna hijau terang, bersinar menyilaukan pandanganku. Makhluk itu meraihku dengan salah satu tangannya, dan membawaku pada kerumunan pesta yang berhenti karena suara yang aku sebabkan.

Mereka menempatkanku ditengah -- tengah, lalu berputar mengelilingiku. Semacam sebuah tradisi menyambut tamu baru yang mereka culik dari dunia nyata. Tapi disini juga nyata!

Lalu semuanya kelelahan. Untuk kedua kalinya aku melihat makhluk itu menyusut menjadi kecil lalu menghilang entah kemana.

"kita harus keluar dari sini..." kataku pada tiga manusia lain yang ada disana.

"tidak bisa..." kata satu -- satunya yang berkulit sama denganku, aku tebak dialah sahabat Prita

"kami berdua sudah mencoba sangat lama untuk mencari jalan keluar, tapi tidak berhasil" pria pirang yang menambahkan menunjuk dirinya dan satu gadis disebelahnya.

"kau pasti Adam" kataku pada yang pertama berbicara itu, dia mengangguk heran

"dan kalian?"

"aku Thomas dan dia kekasihku Diana" katanya

"kami tidak tahu entah sudah berapa lama kami disini..."

"dua puluh tahun mungkin?" kataku membuat Thomas dan Diana tercengan. Aku sendiri terkejut dengan ucapanku, tidak mungkin Thomas adalah anak dari Fred. Pria itu masih sangat muda, waktu dua puluh tahun cukup untuk membentuk keriput di wajahnya. Tapi Thomas tidak, tampaknya dia baru berada disini satu malam sebelumnya. "kau mengenal Fred, seorang ahli biologi?" aku tidak dapat menahan diri kali ini.

"dia ayahku..." kata Thomas "bagaimana kau bisa mengenal ayahku?"

"dia ada diluar menunggu kita"

Makhluk -- makhluk tadi kembali menjadi besar, ukuran yang menakutkan. Ada tiga jenis makhluk yang dapat aku lihat disini. Perbedaan paling mencolok adalah ukuran tubuh dan warna mata mereka. Tetap saja semuanya lebih besar daripada manusia normal. Dan tetap saja semuanya begitu menyeramkan.

"mereka tidak akan membunuhmu" kata Thomas

Beberapa tulang dan tengkorang tempat dia duduk sejatinya menunjukkan kebenaran sebaliknya. Aku menatap tajam pada pria itu, lalu pandanganku kembali pada tulang -- tulang manusia itu.

"oh tidak..." kali ini Diana yang berucap "ini memang tulang manusia, tapi mereka mati sebab mereka mati bukan karena dibunuh makhluk ini"

Aku sedikit tenang. Tapi bagaimanapun kami harus segera keluar dari hutan ini.

"Kau punya kebohongan?" kataku

"maksudmu?" Adam menjawab bingung

"kalau kau punya kebohongan, katakan disini" aku mengulang, lebih mirip sebuah printah daripada permintaan.

"ayahku tidak tahu kalau aku ingin menjadi ahli biologi seperti dirinya. Dia melarangku. Terlalu berbahaya katanya. Tapi toh aku tetap saja menjalankan keinginanku. Dan aku masuk kedalam hutan ini tanpa sepengetahuannya" Thomas mulai bercerita "aku beralasan akan pergi ke Australia saat meminta izin pada Fred"

"Aku mengatakan kalau aku hanya sekitar seminggu berada di Indonesia. Ibuku akan marah sekali kalau dia tahu kami berencana berada di Negara ini untuk sebulan." Kata Diana

"aku rasa sekarang dia akan murka, kau tidak pulang selama dua puluh tahun" aku mencoba bercanda

"tulisanku, aku membuat judul "kisah nyata" untuk menggaet pembaca" kata Adam

"seharusnya?"

"aku seharusnya membuat "terinspirasi dari kisah nyata" mereka punya perbedaan makna"

Makhluk -- makhluk itu tampak mulai berkegiatan. Ada yang memukul -- mukul tanah, kata Thomas itu cara mereka bercocok tanam. Ada pula yang melempar -- lempar batu, kalau itu sedang berburu. Benar saja, menurut perhitunganku tidak sampai satu menit ada dedaunan yang tumbuh dari dalam tanah dan langsung dicabut oleh makhluk itu. Ada pula yang kembali dengan binatang sejenis rusa, tapi jelas itu bukan rusa. Dan mereka menikmatinya dengan mentah.

"kalian tidak makan selama disini?" kataku penasaran

"aku merasa seperti baru kemarin ada disini" kata Adam, dia tidak tahu kalau dirinya menghilang sudah seminggu.

"kami juga" kata Thomas

"tidak ada hitungan waktu yang tepat saat kau berada disini, tidak ada matahari tidak ada bulan" Thomas menambahkan "yang ada hanyalah kegelapan, dan kau akan sangat bersyukur dengan mata indah mereka yang memancarkan sinar" kata Thomas mencoba menjelaskan kalau mata dari makhluk itu adalah satu -- satunya sumber cahaya di alam ini.

"katamu dengan jujur, kita akan kembali?" kata Adam

"aku... aku berbohong pada semua orang yang menunggu kita diluar" kataku

Aku mengatakan bahwa semua orang akan masuk kedalam alam ini dengan selamat, dan akan keluar dengan selamat. Faktanya, aku harus berbohong untuk bisa masuk kesini. Dan mereka semua, karena mereka tidak punya kebohongan apapun diantara kami atau krabat terdekatnya, mereka akan berada dialam manusia menanti.

Sebuah sinar membelah alam itu, untuk pertama kalinya aku melihat matahari lagi. Thomas berlari memeluk Fred.

"ayah... maafkan aku" kata Thomas

Adam menghampiri Prita dan Lukman, mereka berjabat tangan dan berpelukan. Sedangkan Diana menanti untuk memeluk Fred calon mertuanya itu.

"kau tau berapa lama kami menunggu?" kata Her kepadaku

"dua hari..." Kanaya langsung menyambar tidak sabar

Tapi didalam sana semua tampak baru terjadi satu menit yang lalu. Seperti yang tetua desa katakan, waktu di alam manusia tidak bergna didalam sana. Kau bisa saja berpikir baru kemarin, tapi nyatanya sudah berada disana bertahun -- tahun lamanya.

Selesai

Baca Juga ;

Hutan Terlarang

Hutan Terlarang 2

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun