Mohon tunggu...
Dan Jr
Dan Jr Mohon Tunggu... Lainnya - None

私の人生で虹にならないでください、私は黒が好きです

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Veroordelen

4 September 2018   01:11 Diperbarui: 4 September 2018   01:42 749
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Kamis, 29 Agustus 2013

"Dinyatakan bersalah dan dihukum seumur hidup"

Riuh suara menyambut putusan persidangan, seolah -- olah mempermalukan pesakitan yang duduk persis berhadapan dengan tiga hakim yang menangani perkaranya.

Pria itu tidak tertunduk, kepalanya tegak seakan menantang siapapun yang ada diruang pengadilan. Dia kemudian mendekati para hakim, berjabat tangan lalu menghadap sekali lagi kepada riuh yang bergelora, tersenyum tepat disaat kamera wartawan menangkap wajahnya.

Tidak ada banding akan putusan itu, pria bertubuh atletis dengan tinggi semampai itu membiarkan dirinya membusuk didalam penjara. Meski sejak awal menolak mengakui pembunuhan yang dituduhkan padanya, tapi dia berhenti disana. Tidak ingin berjuang lagi, lelah!

"kau yakin tidak akan banding?" kata seorang tua disebelahnya, masih berdekatan dengan para hakim, masih menjadi tontonan ruang siding.

"apa anda tidak lelah..." katanya setengah berbisik "delapan bulan kita berjuang, biarlah dia mati dengan tenang dan aku akan menikmati hidupku dalam kurungan"

"Tapi sebaiknya..."

"Kita bukan komoditas..." nada suaranya naik setengah oktaf "aku bukan komoditas!!!" katanya lagi, setelah berulangkali menyampaikan sesalnya sebab kasus pembunuhan terhadap sahabatnya yang begitu menjadi perhatian media.

Persidangan itu yang ke tiga puluh sekian, ditayangkan secara langsung ditelevisi. Dia bagaikan penjahat dunia yang diadili. Dia bagaikan musuh bersama didalam negri. Dan dia, sudah muak, sampai akhirnya membiarkan senyum terakhirnya menjadi santapan para penggunjing diluar sana.

Sehari sebelum persidangan akhir

"aku tau kau akan datang..." Adam membakar sebatang rokok ditangannya, menatap satu -- satunya pengunjung setianya sejak berada didalam rutan.

"vonismu sudah turun!" kata Richard, berusaha membebaskan diri dari tatapan tajam lawan bicaranya itu.

"aku menerimanya tiga jam sebelum kepolisian"

"taaa.. tapi, bagaimana bisa?"

"aku punya telinga dimana -- mana..." kali ini Adam tersenyum sambil membuang abu rokoknya "sebaiknya kau ingat terus itu"

"dia memintaku untuk..."

"aku tidak akan mengakui apa yang tidak aku lakukan"

"setidaknya dia bisa membicarakan hal ini pada keluarga Kevin, mungkin kau akan dapat keringanan..."

"aku tidak perlu keringanan..." Adam membungkukkan badannya, mematikan rokok yang belum habis setengah batangnya "katakan padanya, aku sudah mati sejak dia menetapkan aku sebagai tersangka..."

Adam berdiri dan segera melangkah meninggalkan Richard yang termangu ditempat duduknya. Richard hanya mampu memandangi punggung pria yang dikenalnya baru delapan bulan itu.

Senin, 31 Desember 2012

"siapa kau?" Adam tidak segera duduk, ketika pria itu sudah siap menyambutnya

"perkenalkan, aku Richard..." pria peranakan itu berusaha menjabat tangan Adam, tapi diabaikan "Romeo ingin aku..."

"Heeh..." Adam menyungging meremehkan "seolah -- olah dia peduli"

"kau tidak mau duduk?"

Adam tidak menjawab, dia justru memilih berbalik badan memberi tanda pertemuan itu sudah selesai.

"percayalah, Romeo peduli padamu... dia tidak bisa mengunjungimu..."

"terikat akan tugas?" Adam memotong "lagi pula, aku tidak berharap dia akan mengunjungiku..."

Adam pergi, melangkah menikmati hari keempatnya berada di rumah tahanan, sebagai tersangka titipan kejaksaan.

Rabu, 24 Oktober 2012

"baca dan tanda tangani" Romeo memberikan setumpuk berkas acara pemeriksaan kepada Adam

"aku tersangka sekarang?" Adam menatap pria dengan seragamnya itu "boleh aku minta?" Adam menunjuk pada sebungkus rokok tidak jauh tergeletak dari berkas yang diletakkan Romeo.

"kenapa tidak kau akui saja?" Romeo berusaha membujuk

"kenapa bukan kau saja yang mengakui..." Adam berdalih "atau istrinya... mungkin ayahnya... siapa saja bisa meletakkan racun itu kedalam cangkir Kevin..." Adam membakar rokoknya kali ini "siapa saja, tapi bukan aku..."

"kau tau apa yang terjadi pada pria sepertimu didalam penjara?" Romeo menatap dengan ancaman.

"jangan menatap aku seperti itu... pria terakhir yang melakukannya, jatuh cinta padaku dan mati!"

Adam mengambil berkas dan sebatang pena dimeja, lalu ditandatanganinya setiap lembar yang ada disana. Tanpa membaca satupun kata yang tertera disana.

"kau tidak membacanya dulu?"

"aku bisa menolaknya dipersidangan, kalau -- kalau kau menambahkan kata -- kata yang tidak aku ucapkan"

"kau nyaris tidak mengatakan apapun"

"aku punya hak untuk diam"

Semua lembar selesai ditanda -- tangani. Adam menyerahkannya kepada Romeo.

"Percayalah... hanya jaksa gila yang akan menyidangkan kasus ini" kata Adam saat tangannya dan tangan Romeo sama -- sama memegang berkas itu.

Selanjutnya, prosedur seorang tahanan. Adam diminta melepas kemeja lengan panjangnya, juga celana panjang yang dikenakannya. Lekuk tubuh sempurna miliknya untuk sesaat menghentikan kesibukan diruang intograsi kepolisian.

"harus aku buka semua?" Adam tersenyum menggoda Romeo, alih -- alih Romeo justru memberikannya sebuah kaos oblong lusuh dan celana pendek untuk digunakan Adam.

"keluargamu tidak datang?" kata Romeo berusaha tidak melihat kearah Adam. Bagaimanapun, Adam selama seminggu terakhir selalu datang bersama kedua orang tuanya menjalani pemeriksaan yang dilakukan.

"tradisi" kata Adam, berhasil membuat Romeo menatapnya lagi "jika yang datang tiga orang, maka yang pulang harus tiga orang"

"jadi kau tau akan ditahan hari ini?"

"aku punya telinga dimana -- mana" Adam menjawab seenaknya "bisa kau antar aku?" katanya lagi, dengan nada menantang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun