Kamis, 29 Agustus 2013
"Dinyatakan bersalah dan dihukum seumur hidup"
Riuh suara menyambut putusan persidangan, seolah -- olah mempermalukan pesakitan yang duduk persis berhadapan dengan tiga hakim yang menangani perkaranya.
Pria itu tidak tertunduk, kepalanya tegak seakan menantang siapapun yang ada diruang pengadilan. Dia kemudian mendekati para hakim, berjabat tangan lalu menghadap sekali lagi kepada riuh yang bergelora, tersenyum tepat disaat kamera wartawan menangkap wajahnya.
Tidak ada banding akan putusan itu, pria bertubuh atletis dengan tinggi semampai itu membiarkan dirinya membusuk didalam penjara. Meski sejak awal menolak mengakui pembunuhan yang dituduhkan padanya, tapi dia berhenti disana. Tidak ingin berjuang lagi, lelah!
"kau yakin tidak akan banding?" kata seorang tua disebelahnya, masih berdekatan dengan para hakim, masih menjadi tontonan ruang siding.
"apa anda tidak lelah..." katanya setengah berbisik "delapan bulan kita berjuang, biarlah dia mati dengan tenang dan aku akan menikmati hidupku dalam kurungan"
"Tapi sebaiknya..."
"Kita bukan komoditas..." nada suaranya naik setengah oktaf "aku bukan komoditas!!!" katanya lagi, setelah berulangkali menyampaikan sesalnya sebab kasus pembunuhan terhadap sahabatnya yang begitu menjadi perhatian media.
Persidangan itu yang ke tiga puluh sekian, ditayangkan secara langsung ditelevisi. Dia bagaikan penjahat dunia yang diadili. Dia bagaikan musuh bersama didalam negri. Dan dia, sudah muak, sampai akhirnya membiarkan senyum terakhirnya menjadi santapan para penggunjing diluar sana.
Sehari sebelum persidangan akhir