Mereka tak mengira sama sekali bahwa mereka tidak melihat. Mereka menyangka tak ada gelap, dunia benderang. Padahal, Allah menjadi sembahan mereka tapi bukan raja mereka. Dan tiada hukum yg dipatuhi kecuali hukum pikiran mereka sendiri. Tiada sesuatupun yg menjadi kuasa, kecuali akal pikirannya sendiri. Tiada yg menjadi raja kecuali kerajaan yg dibuatnya sendiri. Seolah Tuhannya hanya raja di alam sana.
Begitulah orang2, para penyembah Tuhan dirumah ibadah. Seperti awan berarak. Serba putih seragamnya. Namun kebanyakan hatinya kotor dan dengki, dengan semangat merusak yg menyala.
Jubahnya berumbai panjang melambai-lambai, aksinya berkoar membakar menggelegar. Semboyannya umat terbaik, faktanya komunitas yg memalukan. Nasihatnya akhlaq mulia, fakta moralnya aksi anarkis.
Sorbannya tebal tinggi membumbung, mencoba memompa wibawa agar menggelembung.
Kata2nya sumpah serapah menghina orang2 yg berpikiran berbeda, membakar rumah ibadah orang, memukul dan menganiaya. Bahkan sampai bangga mengadili dan menghukum mati siapa saja yg dianggap kafir dengan bahan peledak.
Pernah suatu ketika, kabut putih itu lewat didepan muka kami. Mobil2 kami dihentikan. Putih berarak beriring. Para pengaku komunitas terbaik hendak lewat. Dengan membawa bendera, aksi2 anarkis mulai semarak. Hati kami was2 dan waspada. Sebisa mungkin mengambil jalan lain, menghindar dari kebrutalan seragam putih yg berlaga dgn beringas dan semakin ganas.
Sembari bernyanyi lagu timur tengah dan mantera2 arab, mereka meneriakan sebuah nama yg kukenal, nama Tuhanku. Namanya persis sama dengan Tuhanku.
Tapi sepertinya, Tuhan kami berbeda. Cuma namanya yg sama.
Tuhanku tak menyuruhku berteriak memaki dan menghancurkan gedung/properti milik orang.
Tuhanku tak menyuruhku menganiaya orang2 yg berbeda keyakinan.
Tuhanku tak menyuruhku miskin dgn menghindar kemajuan-menikmati kemelaratan.
Tuhanku tak dengki dengan orang2 kaya dan bangsa yg unggul dalam peradaban.
Tuhanku tak seperti Tuhan mereka, mengajarkan pembunuhan orang tak berdosa.
Tuhanku menyuruhku mencintai dia dan mengakui kuasanya. Mencintai orang lain seperti mencintai diri kita sendiri.
Tuhanku mengajarkan tiada kuasa2 lain yg berhaq dialam semesta kecuali kuasanya.
Kuasa Tuhanku berlaku atas seluruh alam dan jagat raya. Semua benda2 tunduk patuh kepada hukumnya. Hanya manusia yg cenderung mengabaikan hukumnya.
Tuhanku menyuruhku menegakkan hukumnya, membangun kerajaannya, mengatur hubungan antar manusia dgn manusia melalui aturannya.
Tuhanku menyuruhku untuk mengajak orang membangun peradaban yg maju, komunitas yg kaya makmur, dgn pembagian yg adil, dibawah satu hukum yg tunggal dan managemen solid.
Tuhanku tak menyuruhku memaksa mereka yg tak mau ber-hukum Dia, memaki atau mengadili.
Karena Tuhanku tidak suka orang2 dgn pengabdian palsu.
Orang2 yg melakukan ritual tak bermakna, upacara sembah pengabdian palsu, gerak-gerik simbolis hampa.
Tuhanku menuntut pengabdian yg sesungguhnya, bukan gerak gerik hampa itu.
Pengabdian untuk menegakkan hukumnya yg sekarang diabaikan orang, diabaikan manusia, mahluk ciptaannya.