"Iya, Ra. Aku takut pertemuan kita ini membuat gula cemburu karena kalah manis darimu" Rambo menjawab.
"Heh apa-apaan? Memangnya aku sumber diabetes?" jawab Mira sembari protes gara-gara Rambo menyamakan Mira dengan gula. Tapi seketika itu pula, Mira malah tertawa riang gara-gara gombalan Rambo.
Hujan pun turun, walau pun cuaca dingin mulai menyebar, namun yang Rambo rasakan begitu hangat. Dari mulai obrolan bersama Mira yang menghadirkan gelak tawa, sampai pendar mata mira yang begitu tajam membuat hawa dingin seakan menghilang.
Segala tentang Mira mulai memenuhi tiap sudut ruang di otak Rambo. Bahkan hati Rambo yang amat kuat pun tak kuasa diobrak-abrik secara ganas oleh perasaan cinta.Â
Sebenarnya, Rambo bukan tak ada gerakan untuk mencoba menuturkan semuanya pada Mira. Sudah beberapa kali Rambo mencoba untuk berbicara perihal semuanya pada Mira. Semisal pada waktu itu ketika Rambo mengajak Mira ke suatu taman yang indah dan berhiaskan bunga mawar yang sedang bermekaran.
"Gimana, Ra? Bagus kan tempat ini?"
"Iya, baru tahu aku kalau di sini ada tempat sebagus ini." Jawab Mira.
"Di tempat yang bagus seperti ini, aku ingin ngomong sesuatu sama kamu, Ra." Rambo mencoba untuk mengungkapkan perasaannya.
"Iya, kenapa kamu?"
Namun nahas, ketika Rambo akan mengungkapkan isi hatinya, entah kenapa bibir Rambo kelu untuk berbicara. Jantung terasa berdetak lebih kencang, adrenalin meningkat bagai naik wahana histeria.
"Hmm ini Ra, katanya di sudut jalan ada kedai mie ramen yang rekomendasi banget, kamu mau ke sana?" Saking kelunya bibir Rambo, bukannya mengungkapkan perasaan hatinya, eh malah ngomongin kedai mie ramen. Gagal sudah usaha Rambo untuk jujur tentang perasaannya.