Mohon tunggu...
Damik Agustian
Damik Agustian Mohon Tunggu... Guru - GURU

SEPAK BOLA

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

rangkuman koneksi antar materi 3.1

21 Oktober 2024   18:55 Diperbarui: 21 Oktober 2024   19:22 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

KONEKSI ANTAR MATERI

 MODUL 3.1

PENGAMBILAN KEPUTUSAN

BERDASARKAN NILAI-NILAI KEBAJIKAN SEBAGAI PEMIMPIN

OLEH : DAMIK AGUSTIAN, S.Pd

CGP Angkatan 11 Kab. Mojokerto

(Fasilitator : Ibu Mutitah dan Pengajar Praktik : Ibu Ridha Dwi Wulansari

Koneksi Antar Materi Dengan Merangkum Kesimpulan Pembelajaran Dengan Pertanyaan Panduan

1. Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?

Berdasarkan filosofi Ki Hajar Dewantara ada tiga Pratap Triloka yang berkaitan denga penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin. Tiga Pratap tersebut adalah Ing Ngarso sung Tulodo (menjadi teladan/inspirasi). Seorang pemimpin (guru) haruslah memberikan contoh teladan yang baik bagi orang yang dipimpinnya. Baik tindakan maupun perkataannya agar bisa ditiru oleh orang lain sehingga keputusan yang diambil akan dipatuhi dengan kesungguhan hati. Ing Madyo Mangun Karso (seorang pemimpin harus mampu memberikan motivasi, memberdayakan, mengembangkan potensi dan kekuatan sehingga mampu mengambil keputusan yang bertanggung jawab), Tut Wuri Handayani (memberi dorongan/semangat), seorang pemimpin (guru) harus bisa menjadi motivator atau pemberi semangat bagi anak didiknya (murid). Misalnya mendorong kinerja murid untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. Jadi, apabila seorang pemimpin dihadapkan pada sebuah kasus dilemma etika, maka untuk mengambil keputusan harus berpedoman pada Pratap triloka yang diajarkan oleh Ki Hajjar Dewantara ini.

2. Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Setiap guru seyogyanya memiliki nilai-nilai positif yang sudah tertanam dalam dirinya. Nilai – nilai positif itu merupakan Nilai-nilai kebajikan universal bisa berupa: Keadilan, Keselamatan, Tanggung Jawab, Kejujuran, Rasa Syukur, Lurus Hati, Berprinsip, Integritas, Kasih Sayang, Rajin, Berkomitmen, Percaya Diri, Kesabaran, Keamanan, dan lain-lain. Nilai – nilai tersebut sangat berpengaruh dalam pengambilan keputusan seperti nilai keadilan (besikap adil dalam memutuskan sesuatu) bertanggungjawab (mampu mempertanggungjawabkan keputusan yang sudah diambil) kasih sayang (munculnya rasa kasihan saat mengambil keputusan) dan lebih berpihak kepada murid setiap keputusan yang diambil serta sabar dalam menghadapi setiap masalah yang terjadi sehingga melahirkan keputusan yang tepat. Nilai-nilai kebajikan yang sangat mempengaruhi kebijakan kita dalam pengambilan keputusan adalah keadilan, kasih sayang dan tanggungjawab.

Adil berarti menempatkan sesuatu sesuai dengan porsinya, Kasih sayang sangatlah penting agar manusia bisa mencapai kebahagiaan hidup, sedangkan tanggungjawab berarti mampu menanggung resiko dari keputusan yang telah kita pilih. Nilai ini harus ditanamkan sejak dini dan dibudayakan dalam lingkungan sekolah, agar kelak murid kita menjadi orang yang bijak dalam mengambil keputusan.

3. Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’” (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.

Coaching merupakan keterampilan yang sangat penting dalam menggali suatu masalah yang sebenarnya terjadi baik masalah dalam diri kita maupun masalah yang dimiliki orang lain. Dengan langkah coaching, kita dapat mengidentifikasi masalah apa yang sebenarnya terjadi dan membuat pemecahan masalah secara sistematis. Melalui coacing kita juga mampu menggali potensi seseorang untuk menyelesaikan masalahnya. Dengan proses “coaching” maka akan terwujud pengambilan keputusan yang positif, adil serta berpihak pada kepetingan murid. Melalui “coaching” pengambilan keputusan lebih efektif karena menggali potensi, ide, dan gagasan yang bersumber dari potensi coachee.

Salah satu tujuan coaching adalah mengembangkan potensi yang dimiliki oleh seorang guru. Melalui proses coaching akan terjadi pengambilan keputusan yang mengarahkan pada hal-hal positif yang artinya keputusan-keputusan yang diambil berpihak kepada murid.

Melalui kegiatan coaching, pengambilan keputusan yang diambil berasal dari potensi yang dimiliki seseorang. Sehingga keputusan tersebut dapat dipertanggungjawabkan yang nantinya akan mendorong terwujudnya well being dalam ekosistem kelas dan sekolah.

4. Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?

Kompetensi sosial emosional seorang guru tentu saja sangat berpengaruh terhadap kemampuan dalam pengambilan suatu keputusan khususnya yang menyangkut dilemma etika.

Guru yang memiliki potensi sosial emosional yang baik yang meliputi kesadaran diri pengelolahan diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab, maka akan lebih mampu mengambil keputusan yang efektif. Guru sebagai pemimpin pembelajaran harus mampu mengelola dan menyadari aspek social emosional agar mampu bijak dalam mengambil dan menguji keputusan. Seorang guru yang memiliki kesadaran diri yang baik, akan menunjukan integritas dan tanggungjawab dalam memutuskan masalah yang berkaitan dengan Dilema Etika

Guru juga harus mampu memiliki kesadaran penuh Ketika menghadapi suatu dilema etika, dengan kesadaran penuh, maka perhatian, rasa ingin tahu, dan kebaikan akan mempengaruhi keputusan guru dalam menciptakan wellbeing ekosistem (kesejahteraan psikologis)

5. Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

Pada pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika, seorang pendidik harus tetap mengedepankan nilai-nilai kebajikan universal yaitu kebenaran, keadilan, persatuan, toleransi, cinta kasih, penghargaan, serta tanggungjawab. Dengan berpedoman kepada nilai-nilai tersebut, maka apapun keputusan yang diambil akan dapat dipertanggungjawabkan serta mampu mengatasi masalah yang ada.

Nilai-nilai yang dianut oleh pendidik seperti keadilan, Kasih sayang, kemanusiaan, tanggungjawab, kejujuran dan lain-lain akan sangat mempengaruhi pendidik tersebut dalam mengambil sebuah keputusan, baik yang berupa dilema etika maupun bujukan moral. Karena nilai ini akan menjadi dasar seseorang pendidik dalam mempertimbangkan benturan nilai yang muncul dalm kasus dilema etika dan bujukan moral. Mana nilai yang harus dipertegas, dikuatkan atau mungkin dikalahkan agar keputusan yang dihasilkan bisa berpihak pada murid dan dapat dipertanggungjawabkan.

6. Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Lingkungan yang posittif, konduktif, aman dan nyaman, adalah lingkungan yang membangun persepsi, bahwa setiap orang memiliki potensi yang berbeda-beda, dan orang lain adalah mitra bukan saingan. Lingkungan tersebut dapat dibangun dengan menciptakan budaya positif di sekolah. Budaya positif terbentuk dari pengambilan keputusan pimpinan yang tertuang secara efektif dan bijak dalam program-program sekolah melalui kesepakatan dan kolaborasi dengan semua warga sekolah. Juga dengan melaksanakan prinsip among dan pendekatan inkuiri apresiasif yang mampu mendorong untuk berfikir dan bertindak etis di kelas maupun di sekolah

Lingkungan yang positif, kondusif, nyaman dan aman adalah lingkungan yang membangun persepsi bahwa setiap orang memeiliki potensi yang berbeda-beda, orang lain adalah mitra bukan saingan. Tugas pendidik adalah membentuk anak-anak menemukan jati diri dan mengembangkan potensinya. Persepsi tersebut akan mendorong kuatnya kolaborasi antar murid, guru dan orangtua.

Lingkungan tersebut akan tercipta dari budaya positif. Budaya positif akan terbentuk dari kesepakatan dan sinergitas para pelaku lingkungan dalam menyepakati Tindakan positif. Dalam kesepakatan ini lah dibutuhkan suatu keterampilan dalam pengambilan keputusan yang tepat berdasarkan nilai-nilai kebajikan.

7. Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Tantangan yang ada saat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilemma etika adalah saat terjadinya perbedaan pendapat dalam memutuskan suatu keputusan. Untuk itu dibutuhkan sekali pimpinan yang bijak dalam menyingkapi perbedaan pendapat antara anggotanya yang dapat mempengaruhi keputusan yang diambil. Dan perlu sekali adanya komunikasi dan keterbukaan untuk memecahkan suatu masalah dilemma etika berdasarkan paradigmanya seperti individu vc kelompok, keadilan vs kasihan, kebenaran vs kesetiaan, jangka pendek vs jangka panjang.

Tantangan muncul Ketika tidak ada komunikasi dan keterbukaan dalam lingkungan. Pada kasus pengambilan keputusan dari suatu masalah dilema etika, dibutuhkan suatu kejelian dalam analisisnya. Akankah menggunakan prinsip end based thinking, role based thinking, care based thinking dalam penyelesaiannya.

Oleh karena itu perlu adanya komunikasi dan keterbukaan untuk memetakan suatu masalah dilema etika berdasarkan paradigmanya. Seperti:

1.  individu vs kelompok

2. keadilan vs kasihan

3. kebenaran vs kesetiaan 

4. jangka pendek vs jangka panjang

8. Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?

Pengambilan keputusan sangat berpengaruh sekali denga pengajaran memerdekakan murid kita. Untuk itu, perlu memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda yaitu dengan mempertimbangan kesiapan belajar, minat dan profil belajar murid. Guru dapat memutuskan strategi, model dan Teknik pembelajaran yang sesuai yang selalu merancang pembelajaran sesuai dengan kebutuhan murid seperti pembelajaran berdiferensiasi.

Agar dapat memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda, maka kita harus mengetahui kesiapan, minat, dan profil belajar murid lebih dulu. Dengan memahami ketiganya, maka kita akan mampu Menyusun pembelajaran yang berpihak pada murid, yaitu pembelajaran berdiferensiasi, baik dari sisi konten, proses, maupun produknya. Dengan mewujudkan pembelajaran yang demikian mka murid akan semakin “merdeka dalam belajarnya”.

9. Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Seorang pemimpin pembelajaran harus mengambil keputusan yang tepat dan bijaksana serta hati-hati. Keputusan yang diambil harus memperhatikan nilai-nilai kebajikan universal, bertanggungjawab, dan berpihak pada murid.

Keputusan seorang pemimpin akan berdampak besar pada kehidupan atau masa depan muridnya karena yang diputuskan tersebut akan menjadi pedoman hidup bagi murid tersebut. Sebagai pemimpin pembelajaran, kita harus lebih berhati-hati dalam pengambilan keputusan. Karena keputusan yang kita ambil akan terkait secara terus menerus dan berdampak pada kehidupan murid kita di masa yang akan datang.

Pepatah jawa mengatakan, Guru adalah digugu lan ditiru (guru itu di percaya dan ditiru) sehingga apapun yang kita putuskan sedikit banyak akan mempengaruhi murid kita dan memberikan pengaruh besar pada masa depannya.

10. Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Kesimpulan yang dapat ditarik tarik dari pembelajaran modul ini adalah bahwa pengambilan keputusan harus berlandasaskan kepada filosofi Ki hajar Dewantara (yang dikaitkan dengan pemimpin pembelajaran dan didasarkan pada tiga unsur yaitu berpihak pada murid, nilai – nilai kebajiban universal dan bertanggung jawab terhadap segala konsekwensinya.

Sebagai seorang pemimpin dalam mengambil suatu keputusan juga harus berlandaskan kepada nilai dan peran guru penggerak .Juga harus mampu melaksanakan pembejaran berdiferensiasi dengan meningkatkan Kompetensi Sosial Emosional serta memiliki kemampuan coaching yang baik.

Pengambilan keputusan harus berdasarkan pada budaya positif dan menggunakan alur BAGJA yang akan mengantarkan pada lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman (well being).

Dalam pengambilan keputusan seorang guru harus memiliki kesadaran penuh (mindfullness) untuk menghantarkan muridnya menuju profil pelajar pancasila.

Dalam perjalanannya menuju profil pelajar pancasila, ada banyak dilema etika dan bujukan moral sehingga diperlukan panduan sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan untuk memutuskan dan memecahkan suatu masalah agar keputusan tersebut berpihak kepada murid demi terwujudnya merdeka belajar.

Sebagai seorang pendidik kita harus mampu mengenali nilai dari person diri kita agar mampu memahami dan menerapkan filosofi KHD dalam pembelajaran. Kita juga harus mampu memahami kebutuhan belajar murid kita yang beragam dan mampu untuk mengelola social emosional murid kita.

Pemahaman tersebut dapat kita eksplorasi menggunakan prinsip coaching/ supervisi akademik. Dengan demikian akan muncul keputusan yang mampu menciptakan budaya positif demi terwujudnya visi sekolah yang berpihak pada murid.

11. Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?

Dilema etika terjadi jika sebuah kasus terdapat pertentangan antara benar lawan benar. Sedangkan bujukan moral jika kasus terjadi pertentangan antara yang benar lawan yang salah.

Dalam pengambilan suatu keputusan maka harus memperhatikan 4 paradgma, tiga prinsip dan melalui 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan.

Hal-hal di luar dugaan terjadi apabila sebuah kasus bujukan moral ada terdapat pelanggaran hukum dan kode etik maka pengujian tidak perlu lagi dilanjutkan lagi. Silahkan diambil jalan lain dan di selesaikan sesuai jalur yang benar.

Pemahaman saya tentang modul 3.1 adalah tentang penerapan 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah dalam pengambilan keputusan. Dimana pemahaman tersebut saya gunakan untuk mengidentifikasi permasalahan yang muncul untuk memetakan mana yang benar vs benar ( dilema etika) dan benar vs salah (bujukan moral)

Hal mengejutkan diluar dugaan yang saya dapatkan pada modul ini adalah Ketika kita menghadapi kasus dilema etika maka kita perlu memunculkan opsi trilema agar muncul solusi kreatif yang bisa diterima semua pihak.

12. Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?

Saya sudah pernah menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilemma. Namun, semua yang saya lakukan belum sepenuhnya mengacu pada apa yang disampaikan dalam modul ini. Bedanya yang saya pelajari di modul ini ada patokan yang jelas seperti 4 pradigma dilemma etika yang dipakai atau yang dipedomani, ada 3 prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan serta ada 9 langkah pengujiannya. Sehingga yang kita lakukan terarah dan jelas. Sementara selama ini saya mengambil keputusan seperti apa yang pikirkan saat itu saja dan tergantung dengan suasana hati.

Ya, saya pernah, misalnya Ketika ada murid saya yang sering tidak masuk sekolah dan sering tidak mengerjakan PR / Tugas. Menurut kesepakatan kelas anak yang tidak mengerjakan Tugas harus menerima hukuman, namun ada satu anak yang sering tidak mengerjakan, setelah saya telusuri ternyata anak tersebut anak piatu  karena Ibunya sudah meninggal. dan ayahnya kurang memperhatikan juga, sehingga kurang perhatian serta tidak ada yang mendampingi saat  belajar . Ketika itu saya jadi dilema, disatu sisi saya harus menegakkan aturan agar anak tumbuh dengan rasa tanggungjawab, disisi lain saya kasihan terhadap anak tersebut jika setiap hari dihukum. Akhirnya saya minta anak-anak lain untukn membantunya melengkapi tugas-tugas yang belum dikumpulkan. Saya juga membantunya jika ada kesulitan-kesulitan pada pelajaran yang ketinggalan.

Setelah mempelajari modul ini saya mengerti memang dilema etika tidak bisa dihindari dan kadang kita harus memunculkan opsi trilema agar ada solusi terbaik bagi semua.

13. Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?

Dampak yang saya rasakan sangat luar biasa. Saya paham cara mengambil keputusan yang harus selalu memperhatikan, nilai – nilai kebajiban universal, berpihak kepada murid dan bertanggung jawab terhadap segala konsekwensinya. Dan saya akan selalu terapkan di sekolah. Apapun masalah dilemma etika maka keputusan yang saya ambil tidak boleh merugikan murid dan harus melalui 9 langkah uji pengambilan keputusan. Tentunya juga harus melalui musyawarah dengan kepala sekolah dan teman sejawat.

Sebelum mempelajari modul ini saya cenderung menyelesaikan maslah menggunakan prinsip end based thinking, yaitu saya melakukan karena itu yang terbaik untuk kebanyakan orang maupun rule based tinking, yaitu berpusat pada tugas dan aturan yang ada. Setelah mempelajari modul 3.1 ini saya lebih banyak mengolah rasa empati saya untuk memutuskan sesuatu menggunakan rasa peduli (care based thinking)

14. Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?

Materi ini sangat penting sekali bagi saya sebagai individu dan juga pemimpin. Karena modul ini telah mengajarkan saya cara mengambil keputusan yang tepat melalui uji 9 langkah dan 3 prinsip yang harus berpihak kepada murid, nilai-nilai kebajikan dan bertanggung jawab terhadap segala konsekwensinya. Saya adalah pemimpin pembelajaran yang selalu akan bersingungan dengan masalah murid. Dengan memahami modul ini tentunya saya akan lebih bijak lagi dalam mengambil keputusan yang akan saya ambil bila berhadapan dengan masalah dilema etika di sekolah dan lingkungan saya. Menurut saya sebagai individu, modul ini sangat penting, karena modul ini membuat saya mengerti bagaimana langkah-langkah yang harus saya terapkan dalma mengambil sebuah keputusan yang berhubungan dengan masalah pribadi saya.

Terlebih lagi sebagai pemimpin, modul ini juga sangat penting karena keputusan yang diambil akan menyangkut kepentingan orang banyak. Sehingga harus dianalisa dan diputuskan menggunakan langkah-langkah yang tepat.

“Hidup adalah Pilihan dan setiap pilihan yang kita pilih ada Konsekwensimya. “

“SALAM SEMANGAT, SEHAT DAN BAHAGIA “

Demikianlah koneksi antar materi pada modul 3.1. karena keterbatasan ilmu yang saya miliki, maka masih terdapat kekurangan dari tulisan saya ini. Untuk itu kritik dan saran dari pembaca Budiman akan selalu saya harapkan untuk kesempurnaan tulisan saya pada masa akan datang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun