Mohon tunggu...
Damasti Simanjuntak
Damasti Simanjuntak Mohon Tunggu... Guru - Pikirkanlah perkara yang diatas, bukan yang di bumi Kolose 3:2

Guru SMA di Sumut

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Cemburu dan Naik Pangkat

15 Juli 2017   11:07 Diperbarui: 15 Juli 2017   11:22 382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kamu tahu cemburu, kata yang asing ternyata beginilah menyiksa mungkin aku sudah ditelan bulat oleh cemburu.

Dulunya aku sering marah meluapkan ketidak setujuan, mengapa seperti ini,"bukankah seharusnya seperti itu," lah mengapa harus memberi ini bukankah mengurus ini tanpa harus diberi ?."

Namun karena akibatnya "katanya" merugikan bahkan menyakiti sekelilingku dan mungkin karena hasilnya juga tidak ada perubahan seperti yang kuharap perlahan aku semakin menyusut.Setiap urusan berkas kuusahakan, hanya tanpa marah dan memasrahkan hasilnya.

Keadaan itu ternyata menumbuhkan penyakit baru bagiku"cemburu"cemburu karena aku seorang guru berpangkat penata muda tingkat I golongan IIIb, seharusnya aku sudah mengurus golongan IIId, tetapi yang masih kuusahakan sekarang golongan IIIc, dan katanya tidak bisa lagi.

Cemburu ku muncul dan menjadi

Katanya tidak bisa lagi ? sementara kuketahui masih ada beberapa rekan guru bisa mengusahakannya malah melewati batas waktu yang sudah ditentukan berbeda dengan pernyataan bapak tersebut kepadaku beberapa waktu yang lalu.

Mengapa perlakuannya padaku berbeda, kemungkinan-kemungkinan bermunculan diotakku.

Apa iya aku tidak memiliki kesempatan yang sama seperti mereka, bukankah kami menjalankan tugas dan tanggungjawab yang sama.

Seketika cemburu ku ini menjadi marah, marah karena aku bosan dengan sikap yang tak adil.

Proses Pengurusan IIIa ke IIIb

Jadi ingin kuceritakan bagaimana dulu aku bisa naik pangkat, dari golongan IIIa naik ke golongan IIIb. Pengalaman itu persis seperti mahasiswa mengerjakan skripsi, beberapa kali revisi dan coretan dari bapak tersebut.Usaha dengan mencari informasi cara menyusun Daftar Usul penetapan Angka Kredit (Dupak) aku upayakan.

Langkah pertama mulai bertanya pada teman, namun tak seorangpun teman yang bisa kutanyai karena memang itu bukan tugas guru dan tidak pernah bibekali untuk hal tersebut. Hal ini cukup mempersulit karena tidak ada yang bisa kuajak diskusi. Langkah selanjutnya mencari di internet dan aku menemukan beberapa contoh tetapi tidak terlalu paham dengan unsur-unsur penilainya yang terdiri atas Unsur, Sub Unsur dan Butir kegiatan didalamnya mencakup banyak hal kegiatan profesi ditambah dengan lampiran pendukung. Revisi empat kali dengan coretan-coretan yang tidak kumengerti,karena kucoba bertanya dia sangat tidak acuh menjawabku.

Mengingat pengurusan golongan IIIa ke IIIb itu perasaan ku antara syukur, pilu dan lucu.

Syukur karena semua bisa kulalui terutama aku naik pangkat sesuai dengan peraturan birokrasi yang seharusnya mengurus administrasi tanpa bayar.Mulai dari mengurus dan mengambil SK kenaikan pangkat yang terbit pada tanggal 24 April 2014. Mengapa saya harus mencatat mengurus dan mengambil karena biasanya beda biaya pengurusan dan biaya pengambilan.

Pilukarena ternyata untuk sesuatu yang seharusnya kita akan dipersulit, disalah mengerti, dikatakan sok idealis, diejek, diabaikan, semuanya menyita waktu dan tenaga, proses melelahkan.

Lucukarena betapa rumitnya komunikasi antara yang tidak sepaham, saat saya datang kemungkinan besar bapak itu tidak suka meladeniku.Maka dia akan menghindar, saya malah mengejar-ngejarnya. Saat rekan guru bertanya sudah bagaimana urusan dengan bapak tersebut saya akan jawab," cintaku masih ditolak ,"dan hal ini menjadi bahan candaan kami betapa semangatnya  cintaku ditolak tetapi tetap ngotot, saya ditolaknya mentah-mentah namun saya tetap setia menemuinya.

Mulai Mengurus

Masa liburan masih ada, namun mendapat informasi kenaikan pangkat bersegera aku kembali dari kampung. Keluarga dan Orang-orang terdekat selalu pemandu sorak bagiku,berkas utama sudah tuntas dari sekolah, dan yang terakhir adalah Daftar usulan Pangkat artinya harus berurusan dengan orang yang sama ketika aku naik pangkat pertama.

Pagi ini dengan Doa dan bersemangat aku menuju lokasi, jalanan macet memperlama perjalananku dua setengah jam baru tiba ditempat. Seperti biasa suasana hiruk pikuk sesama guru ada ditempat itu, hanya luas ruangan sudah agak berbeda, di dinding ruangan tampak beberapa bingkai tergantung termasuk nomor pesan pengaduan dan juga peralatan kantor yang bertambah.

Bapak yang sama kutemui sedang ditempat,'pagi pak,".

Dia tampak konsentrasi tak berpaling dari kertas yang dia pegang

Dengan suara lebih keras saya bicara,"pak saya mau ngurus dupak,"

" sudah tidak bisa lagi,"

saya tanya kembali,

,"kenapa tidak bisa pak ?,"

," ini sudah mau dikirim,"

," tetapi batas akhir hari ini pak kenapa tidak bisa ?. "

Lalu dia meminta berkas saya ,"coba saya lihat SK pangkat terakhirnya," setelah saya serahkan, di bacanya dengan mimik teliti, "ini belum bisa angka kredit ibu masih 157.62,"diletakkannya SK saya diatas meja.

,"kenapa sepert itu pak?" saya tanya balik

,"dulu ibu yang buat angka kredit ibu sendiri khan, nah ini belum cukup nanti desember baru bisa mencukupi," nanti datang desember saja."

Aku diam sebentar dengan nada pelan saya jawab bapak tersebut.

,"lho dulu saya membuat angka kredit sendiri karena harus bayar pak dan saya tidak mau, bapak bilang buat sendiri, saya kerjakan, lalu sekarang bapak bilang tidak mencukupi." "tolong jelaskan dimana tidak mencukupinya pak ?".

Aku pandangi wajahnya darah saya naik keubun-ubun, tangan saya gemetar menahan emosi, begitulah aku sangat tidak penyabar.

Bapak tersebut berpaling dari hadapanku kembali menanyai guru yang lain dan memeriksa berkas mereka. Selalu dalam setiap urusan berkas ke kantor ini aku akan menjadi seseorang yang diabaikan. Karena saya dicap seorang yang tidak tahu berterimakasih.

Kira-kira sepuluh menit setelah guru lain sudah selesai berurusan dengan bapak tersebut saya mendekatinya,

"Pak tolong jelaskan mengapa angka Kredit saya tidak mencukupi ?".

,"yah memang angka kredit ibu belum cukup,"

,"maksud saya angka kreditnya harus berapa biar cukup pak?,"

," yah harus lebih dari situ".

," makanya dibuatlah pak,"

,"ya tidak cukup juga,"

Tidak menjawab pikirku, dan kami setelah hampir tiga tahun tidak berurusan, dengan yang katanya revolusi mental dalam birokrasi itu tetap juga masih tidak sepaham.

Ahhh... tidak usalah kujelaskan perdebatan kami selanjutnya, aku bosan dengan marah.

,"baiklah pak kalau memang harus bulan desember baru saya bisa naik pangkat, terimakasih,"kalimat terakhirku padanya.

Selanjutnya aku masih memilih duduk tidak jauh dari tempat bapak itu melayani guru-guru yang lain, senyumnya ternyata hangat hanya tidak pernah padaku.

Anda pernah dengar Penelitian Tindakan Kelas diperjual belikan datanglah ketempat ini.

Aku pulang dengan kecewa cintaku ditolak lagi teman.

Cemburu yang tidak seharusnya

Sudah kuputuskan naik pangkat bukan tujuan utama dalam hidupku, mengurus segala sesuatu dengan cara yang seharusnya sudah kutekadkan namun sesaat saat guru yang lain sudah jauh melampauiku aku menjadi patah.

Aku miris dengan jiwaku yang tidak berjuang, tidak menguasai pembuatan dupak, dan terlebih menangis untuk hatiku yang cemburu atas mereka yang sudah jauh melampauiku, dengan mental ini aku memang guru yang tak pantas naik pangkat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun