Sudah seharusnya kalau kita mengidamkan masyarakat demokratis yang sehat, kita lebih dewasa dan dingin menghadapi dan berdialog dengan setiap gagasan, bahkan gagasan paling kontroversial sekalipun. Saat-saat menghadapi gagasan di dalam buku adalah saat-saat dimana kita dapat menilai apakah kita masih dikungkung oleh suatu kebencian fasistik ataukah makin cukup terbuka untuk maju. Saya memilih untuk menunjukkan kita semakin maju dan bukan sebaliknya. Bagaimana dengan Anda?
[dam]
Catatan: Tulisan ini mengutip draft paper Robertus Robet untuk materi Kuliah Umum mengenai ‘Pelarangan Buku dalam Politik Kebudayaan Indonesia’, kerjasama Elsam dan Dewan Kesenian Jakarta, Rabu, 17 Maret 2010. Sedang aksi gerakan Stop Bakar Buku mengutip dari isi Surat Protes di Change.org Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H