Cerita awal masuk pesantren itu, saat duduk di bangku kelas enam SD, Mahyuddin, seorang guru ngaji saya yang mencoba mengembangkan kajian kitab kuning dasar.
Ada beberapa kawan yang ikut mengaji itu. Tak lama sih. Kala itu Mahyuddin yang kami panggil Apuak berkebetulan pulang kampung dari Batusangkar.
Dia seorang santri. Pernah mengaji di Tapakis dan Padang Magek, Kabupaten Tanah Datar.
Kisah sebentar ngaji kitab itulah ayah saya mengantarkan saya mondok untuk kelanjutan sekolah saya setelah tamat sekolah dasar.
Mondok di Padang Magek, juga berguru dengan Apuak. Tapi tak lama juga. Apuak banyak kegiatan di luar pesantren, kami disuruh belajar dengan dua orang guru, Zamzami dan Ismael.
Lima tahun mondok di Pesantren Darul Ulum Padang Magek (1988-1993), saya bersua dengan banyak guru.
Mulai dari Apuak Mahyuddin, H. Kakan, Zamzami, Ismael, Iskandar, Anwar, M. Jalil dan guru lainnya, terutama masyarakat lingkungan pesantren itu sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H