Jumat-nya berita itu terbit, dan headline di halam dalam yang cukup menyita pembaca, sekaligus mampu mendokrak laju penjualan koran itu di Pauh Kambar.
Berita itu menjadi bahan diskusi menarik setelah terbit. Hampir seluruh masyarakat sering menemui saya untuk sekedar diskusi dan berlanjut dengan pembahasan yang banyak persoalan.
Secara bertahap, persoalan demi persoalan mencuat. Masyarakat selalu bertemu saya, dan selanjutnya jadi sebuah berita.
Padang Pos mulai terseok-seok terbitnya. Bertemu dengan Armaidi Tanjung yang sudah kenal di Padang Pos. Dia mengajak saya bergabung dengan Harian Semangat Demokrasi yang terbit tiga kali sepekan.
Masukan lamaran. Pun di koran ini, Infai yang jadi Pemred-nya. Tak begitu lama, lama, Infai yang dimotori Asli Khaidir menerbitkan Mingguan Media Nusantara.
Berkantor di GOR Agus Salim, untuk Pariaman saya dan Netti Hermawati yang jadi perwakilan.
Tentu di koran baru ini, saya ikut dari proses perdana. Hanya saja media ini tak begitu lama. Dari Media Nusantara, Infai merubah menjadi Media Sumbar.
Saya masih tetap gabung, dan langsung jadi Kepala Perwakilan di Pariaman.
Media Sumbar lebih mengajarkan nilai-nilai kebersamaan. Ada sama di makan, tak punya sama dicari.
Lengkap status sosial yang disandang personil yang sering berjumpa di Terandam III Padang itu.
Mulai dari induk semang yang bergelar Rajo Imbang. Infai sudah malang melintang di dunia pers. Pernah jadi Wakil Ketua bidang Organisasi di PWI Sumbar.