Hanif Suranto, Dosen UMN dan Pengamat Jurnalisme memperkenalkan jurnalisme damai, Kamis (16/12/2021) dalam Webinar Solution & Peace Journalism K-Hub.
Menurut dia, dalam jurnalisme perdamaian, jurnalis tak cukup hanya objektif, dan tetap pada konsep independen.
Makanya, dulu itu ada kerangka piramida terbalik dalam konsep jurnalistik. Wartawan mampu memberikan solusi dalam konflik yang sedang terjadi.
Itulah yang disebut dengan jurnalisme solusi. Ada kekuatan wartawan menawarkan solusi dari ketegangan yang terjadi, dengan konsep damai.
Apa saja sih masalah dan tantangan dalam pemberitaan kasus terorisme dan kekerasan ekstrim di Indonesia?
Bagaimana idealnya berita tentang kekerasan ekstrim ditulis?
Hanif Suranto yang telah malang melintang di berbagai kemelud yang terjadi di nusantara ini. Dia pernah terlibat memberikan kedamaian lewat jurnalisme damai di Aceh, Bali, dan daerah lainnya.
Jurnalisme damai dan jurnalisme solusi, kata dia, tak cukup hanya dengan konsep 5W+1H. Lebih dari itu, wartawan harus punya jaringan yang kuat, sehingga bisa masuk ke ranah yang sedan bertikai, misalnya.
Jurnalisme berbicara soal dampak yang timbul akibat terorisme, misalnya. Jadi, dampak dari masalah itulah menuntut akar dan cabangnya, sehingga menawarkan solusi yang cerdas dan bermanfaat bagi banyak orang dan pihak.
Jurnalisme, tak lebih dari pemberitaan mendalam. Butuh perjuangan, kekuatan dan kesehatan yang cukup. Sekarang, tak banyak wartawan yang bermental jurnalisme damai ini.
Sementara, Abdus Somad, Jurnalis Jaring.id yang menawarkan jurnalisme solusi. Dia menyebutkan, fenomena yang terjadi wartawan ingin lebih cepat, tidak akurat dan tajam.