***
Saya sama sekali tidak sedang bermelow ria. Saya juga sama sekali tidak meminta Anda percaya dengan apa yang saya share di sini. Saya hanya mencoba untuk berbagi informasi tentang fakta yang sudah saya buktikan kebenarannya. Setidaknya, itulah cara kecil saya untuk mencinta Anda, saudara saya. Barangkali informasi ini menjadi bahan second opinion, dan membuat Anda mau mencari tahu lebih dalam. Tidak sekadar membuat persepsi dari sumber yang belum pasti kebenarannya.
Terlebih, mumpung pahala kebaikan di bulan Ramadan ini dilipatgandakan. Betapa bahagia saya jika apa yang saya tulis dicatat sebagai 1 kebaikan, lalu 1 kali dibaca dan dishare orang lain akan bertambah kebaikan lagi. Bayangkan jika ribuan bahkan jutaan kali dibaca dan dishare ulang, berapa pahala yang bisa saya dapat? Berapa pula pahala yang didapat reader juga para re-sharerer? ah.. Saya melakukan ini bukan untuk bertransaksi pahala.
Meski saya sadari, menyebar kebenaran informasi terkait Semen Indonesia dan Semen Rembang ini serupa menumpah segelas air jernih ke lautan air keruh. Tapi dengan upaya yang sungguh-sungguh, dibantu kebaikan Anda, bukan tidak mustahil kalau segelas air jernih itu sedikit demi sedikit menggontor dan mengganti air lautan keruh. Saya juga yakin, masih banyak manusia yang baik di dunia ini. Setidaknya, baik untuk dirinya sendiri dengan tidak memercayai sesuatu sebelum membuktikan kebenarannya.
----
Itu hanya pengantar (yang kepanjangan) untuk cerita saya ini. Cerita tentang berwisata ke pabrik Semen Tuban. Cerita yang bisa Anda buktikan kebenarannya jika:
- Anda baca catatan peserta yang ada di wegipedia.
- Anda berkunjung sendiri atau ikut event berikutnya (insyaAllah masih akan terselenggara)
- Anda wawancara atau bertanya langsung ke pihak Semen Indonesia, khususnya Unit Sosial Media sebagai panitia penyelenggara.
Jadi jangan langsung percaya apa yang saya share. Gali informasi lebih dalam.
Bulan Juni lalu, tanggal 6 tepatnya, saya mengikuti Wisata Green Industry 3. Ini kali kedua saya mencari tahu dan menggali informasi seputar Semen Indonesia. Kali pertama pada WEGI 2 lalu, sudah saya jlentrehkan hasilnya di beberapa artikel sebelumnya dengan judul utama Polemik Rembang. Merasa belum puas dan takut ada yang terlewat, saya ikut lagi event berikutnya.
Hasilnya tetap sama: Semen Indonesia sama sekali bukan monster yang akan menghancurkan Rembang demi keuntungan semata. Ini 180 derajat berbeda dari momok yang digulirkan pihak kontra, selama ini.
WEGI 3 ini diikuti oleh kurang lebih 160 peserta dengan pembagian 3 koridor: Utara (Semarang, Tuban, dan sekitarnya), Tengah (Lamongan dan sekitarnya), dan Selatan (Jogja, Solo, Jabar, Surabaya, Gresik). Banyak kendala yang dialami selama perjalanan, terutama rombongan koridor Selatan. Mulai keterlambatan kedatangan peserta Jogja-Solo gegara ban bus bocor. Hingga ketertinggalan Manajer Unit Sosial Media dari bus rombongan saat transit di Telaga Ngipik. Tak mau merepotkan peserta untuk menunggu atau putar balik, Sang Jendral berinisiatif naik bus umum dan mengejar bus rombongan. *Hero banget, kan? #eh
Informasi yang saya dapat, Telaga Ngipik merupakan wujud dari upaya Semen Indonesia dalam konservasi sumber daya alam, terutama pengembangan lahan reklamasi pasca tambang sebagai tempat pelestarian keanekaragaman hayati. Upaya ini dicetuskan manajemen sebagai salah satu program Heritage Semen Indonesia. Ada tiga konsep besar yang digagas secara integrasi: membangun Universitas Internasional Semen Indonesia (UISI), mengalihfungsikan pabrik menjadi museum dan education park serta menyulap kawasan Telaga Ngipik menjadi Botanical Garden.