Mohon tunggu...
mohammad mustain
mohammad mustain Mohon Tunggu... penulis bebas -

Memotret dan menulis itu panggilan hati. Kalau tak ada panggilan, ya melihat dan membaca saja.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Sinergi Prabowo dan Islam Garis Keras

14 Maret 2019   12:13 Diperbarui: 14 Maret 2019   12:33 2791
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Prabowo Subianto saat kampanye ke Cianjur Selasa lalu, ternyata naik kendaraan milik ketua umum Garis itu. Selain adegan marah-marah Prabowo kepada petugas keamanan yang mengawal iring-iringan mobil yang terekam video dan viral itu, rupanya mobil hitam yang dinaiki Prabowo itu jadi sorotan.

Mobil warna hitam bernopol B 264 RIS yang dinaikinya itu adalah mobil milik Chep Hermawan, ketua umum Garis. Boleh saja jubir BPN Prabowo-Sandi menyebut urusan kendaraan itu urusan relawan di Cianjur. Artinya, soal pengadaan mobil itu bukan urusan Prabowo. 

Karena itu, meski Prabowo naik kendaraan itu dari Lapangan Prawatasari, Joglo, Cianjur, ke Gedung Assakinah, Jalan KH Abdullah Bin Nuh, hal itu tidak membuktikan bahwa Prabowo punya hubungan dengan Ketua Ormas Garis Chep Hernawan.

Pembelaan semacam itu bisa saja benar. Namun, persoalannya menjadi tidak sesederhana itu mengingat mobil yang akan dikendarai seorang capres tentu telah melalui serangkaian pengecekan. Bukan sekedar terkait kelaikan kendaraan, namun tentunya juga siapa pemilik mobil itu. 

Chep Hermawan sendiri mengakui dia memang kebagian tugas menyediakan kendaraan untuk Prabowo. Hal itu dilakukannya sebagai bentuk dukungan kepada Prabowo. Dia menyebut dirinya tidak punya hubungan khusus dengan Prabowo. Sebuah pembelaan yang wajar juga. 

Sama wajarnya ketika dia menyebut persoalan hubungannya dengan ISIS itu sudah menjadi masa lalu. Artinya, hal itu sudah lama ditinggalkannya.  Dia juga tidak pernah dipidana atau dipenjara meski pernah diperiksa polisi.

Namun bahwa ormas Garis dikenal sebagai kelompok Islam garis keras memang juga fakta yang sulit dihapus. Bahkan, empat anggota ormas ini pernah ditangkap Tim Densus 88 Antiteror karena berencana menyerang dua kantor polsek di wilayah hukum Polres Sukabumi Kota dan Cianjur, Juli 2017 lalu. 

Saat pihak kepolisian menyebut mereka merupakan sel-sel baru Jamaah Ansharut Daulah (JAD). Kelompok Garis Cianjur, yang dipimpin Chep Hermawan disebut polri sebagai sel-sel baru JAD. Saat itu Chep Hermawan membantah pernyataan itu dan menyebut keempat orang itu telah dikeluarkan dari Garis.

Kalau melihat perjalanan politik Prabowo selama beberapa tahun terakhir tadi, tampaknya memang tidak ada persyaratan khusus tentang kelompok yang akan merapat atau digandeng kubu Prabowo. Meskipun benar kelompok itu dicurigai punya hubungan dengan kelompok teror di dalam atau luar negeri, itu tidak mengubah sikap kubu Prabowo-Sandiaga. Dukungan tetaplah dukungan yang diperlukan untuk memenangkan pilpres. Kalau sebuah hubungan saling menguntungkan bisa dijalin mengapa pula mesti rewel.

Pendapat ini bukannya tidak beralasan. Menurut hasil survei LSI Jenny DA terbaru, pendukung Prabowo-Sandiaga yang ingin Indonesia seperti Timur Tengah atau Arab mencapai 54,1 persen. Namun, di kubu Jokowi-Ma'ruf yang menginginkan hal serupa juga cukup tinggi yaitu 45,9 persen. Artinya, banyak orang ingin seperti Arab.

Jika sudah begini, persoalan "mengarab" itu sebenarnya sudah menimpa kedua kubu. Bedanya adalah yang satu "mengarab" dengan santun dan mengusung ajaran rahmatan lil alamin, sementara yang satunya lagi "mengarab" dengan gaya sebaliknya, garang dan suka "perang".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun