Mohon tunggu...
mohammad mustain
mohammad mustain Mohon Tunggu... penulis bebas -

Memotret dan menulis itu panggilan hati. Kalau tak ada panggilan, ya melihat dan membaca saja.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Merasa Dizalimi: Mulai dari SBY, Patrialis, Riziek, Buni Yani, hingga Sylviana

29 Januari 2017   16:54 Diperbarui: 29 Januari 2017   17:05 3929
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: slideshare.net

Riziek Shihab FPI juga merasa dizalimi setelah serangkaian laporan masuk ke polisi terkait pernyataannya juga tindakannya yang dinilai melanggar hukum. Dia dilaporkan telah menistakan Pancasila, menistakan agama Kristen, menyebar fitnah terkait logo palu arit di uang rupiah baru, mengubah sapaan "sampurasun" menjadi "campur racun", menyerobot tanah negara di puncak, hingga menghina hansip.

Rizieq merasa ulama sedang dizalimi dan terus dicari kesalahannya. Bahkan Rizieq sampai menyebut tindakan kecilnya bisa berakibat laporan di polisi. "Andai kata, andai kata, saya menginjak semut pun, semut akan digiring buat melaporkan saya," kata Rizieq usai diperiksa di Polda Metro Jaya. (merdeka.com, 24/1/2017)

Lain lagi dengan Buni Yani dosen pengedit dan pengunggah foto pidato Ahok hingga menimbulkan protes ramai-ramai yang didirijeni sehingga melahirkan serangkaian aksi demo itu. Akhirnya, Ahok pun kini harus menjalani sidang dengan dakwaan penistaan agama. Dosen ini merasa dirinya telah diseret ke dalam agenda para elite politik. "Jangan orang seperti saya yang bergerak di bidang pendidikan, ikut diseret-seret dalam agenda politik. Saya dikorbankan, itu zalim namanya," ujarnya. (republika.co.id, 7/11/2016)

Yang terakhir, Sylviana Murni cawagub DKI pasangan Agus Harimurti Yudhoyono putra SBY itu, juga merasa dirugikan dan dizalimi atas apa yang menimpa dirinya. Namun, dia katanya memilih memaafkan orang yang menzaliminya. "Kalau saya laporkan tidak sempat urus itu. Saya lebih sibuk (kampanye) ke warga," ucap Sylviana. (tempo.co, 28/1/2017)

Ada dua kasus yang melibatkan Sylviana, yang kini sudah dinaikkan ke tingkat penyidikan. Meski masih berstatus saksi, sudah muncul tudingan dari kubunya bahwa kasus itu dipolitisasi yang tentu saja dibantah polisi. Dua kasus itu adalah pembangunan Masjid Al Fauz di kantor Wali Kota Jakarta Pusat. Senin besok, Sylviana akan kembali diperiksa oleh Bareskrim Polri.

Kasus kedua dugaan korupsi pengelolaan dana hibah Kwartir Daerah Pramuka DKI Jakarta tahun anggaran 2014 dan 2015. Pada akhir 2013, Sylviana yang saat itu menjabat deputi gubernur DKI Jakarta bidang kebudayaan dan pariwisata, terpilih sebagai ketua Kwarda Pramuka Jakarta periode 2013-2018. 

MASIHKAH RAKYAT PERCAYA DAN SIMPATI?

Dulu pernyataan terzalimi yang terekspos sedemikian rupa oleh media massa, bisa jadi alat ampuh untuk meraih simpati dan dukungan massa. Kemenangan SBY pada pilpres yang mengantarkan pada masa jabatan pertamanya, 2004-2009, diyakini banyak pihak karena keberhasilannya meraih simpati dan dukungan rakyat atas relasinya dengan Megawati Soekarnoputri. SBY saat itu dikesankan, dicitrakan, dan diberitakan sebagai pihak yang terzalimi oleh Megawati Soekarnoputri. 

Pada pilpres kedua yang mengantarkannya pada masa jabatan 2009-2014, citra terzalimi itu dengan format berbeda sebagaimana diungkap J Kristiadi, juga dipakai. Tetapi banyak pihak menilai taktik itu kurang ampuh. Meski menang, ada suara menyebut politik uang sangat berperan.

Sebenarnya, dengan mengikuti rangkaian curhat SBY dari tahun ke tahun dan reaksi media terpercaya dalam memberitakannya, sudah bisa terbaca bahwa masyarakat sudah semakin kritis dalam menilai pernyataan merasa terzalimi. Artinya, mereka sudah tidak mudah ditipu lagi dengan gaya dan taktik komunikasi semacam itu. 

Entahlah jika pernyatan merasa dizalimi itu ditujukan untuk orang-orang tua di perdesaan yang relatif kurang melek informasi. Tetapi itu juga hanya efektif jika media yang dipakai adalah televisi. Sementara komunikasi saat ini didominasi medsos, portal berita online, dan media cetak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun