Kilas balik sejarah, pada abad ke 19-20 Burung Kuntul banyak dimanfaatkan oleh petani pribumi untuk membasmi hama di sawah sehingga terbentuk hubungan kesinambungan antara petani dan Burung Kuntul yang saling menguntungkan. Begitu banyak jasa yang diberikan Burung Kuntul kepada manusia dan alam Indonesia. Namun seolah tidak mengenal balas jasa, manusia selalu bertingkah tidak merasa puas dan bersyukur terhadap apa yang sudah diberikan alam. Pada awal abad ke 21 perkembangan industri semakin meningkat di Indonesia, dan perkembangan trend model fashion yang bergaya unik dengan sentuhan gaya modern (trendy) mulai menjamur di Indonesia. Manusia mulai memburu Burung Kuntul untuk dijadikan sebagai barang ekonomis yang dapat menghasilkan keuntungan. Penangkapan Burung Kuntul bertujuan untuk menjadikan bulu putih yang indah itu sebagai bahan dasar dan aksesoris di dunia fashion permodelan. Penangkapan Burung Kuntul juga dilatarbelakangi untuk memenuhi media upacara kepercayaan yang dilakukan masyarakat adat setempat, konon katanya warna putih yang dimilikinya melambangkan kesucian jiwa. Faktor lain yang menyebabkan terancamnya keberadaan spesies Burung Kuntul adalah berkurangnya jumlah habitat asli.
Aksi pemburuan dan penjualan ilegal yang mengancam kelestarian Burung Kuntul dibarengi dengan adanya degradasi hutan bakau sebagai habitatnya. Semenjak saat itu, Burung Kuntul semakin jarang dijumpai keberadaannya dan jumlah populasinya semakin berkurang dari tahun ke tahun. Tentunya hal ini sangat berdampak signifikan terhadap kinerja kestabilan alam.
Untuk itu perlu adanya upaya bersama dalam bersinergi dan berkesinambungan untuk mempertahankan dan melestarikan keragaman hayati alam di Indonesia.
 Melalui serial seminar Forum Bumi diharapkan partisipasi dari seluruh lapisan masyarakat dalam menjalin kerjas sama sebagai upaya melakukan kegiatan konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. Upaya melakukan kegiatan konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistem dapat dilakukan melalui beberapa cara, diantaranya melakukan perlindungan sistem penyangga kehidupan, pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, pengawetan ekosistem jenis tumbuhan dan satwa serta keanekaragaman Genetik. Upaya tersebut diimplementasikan dengan berpegang pada Prinsip Esensi Pembaharuan sesuai pada Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2024.
Pelestarian lingkungan alam hendaknya dilaksanakan melalui Koridor Ekologis atau Ekosistem Penghubung sebagai kunci untuk melindungi keanekaragaman hayati. Di samping segala upaya perlindungan dan pelestarian yang dapat dilakukan, masyarakat diharapkan bisa bertindak lebih tegas dalam menyikapi segala aktivitas pemburuan liar dan penjualan ilegal yang berpotensi mengancam kelestarian keanekaragaman hayati. Berdasarkan ketentuan Pasal 21 ayat (2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1990, setiap orang dilarang untuk menangkap, melukai, membunuh, menyimpan, mengangkut atau memperdagangkan satwa liar dilindungi baik dalam keadaan hidup ataupun telah mati. Upaya untuk menyikapi permasalahan tersebut dengan menerapkan Perdagangan TSL, yaitu perdagangan yang dapat ditelusuri (traceable), berkelanjutan (sustainable), dan harus sah (legal). Melalui program ini masyarakat diajak untuk menentang dan meminimalisirkan penerapan praktik Perdagangan TSL yang dimaknai sebagai Perdagangan Tumbuhan dan Satwa Liar secara ilegal.
Kawasan Pantai Baros di Yogyakarta merupakan salah satu buah manis dari hasil kerja keras masyarakat setempat yang sadar pentingnya menjaga kelestarian keragaman hayati alam demi masa depan Bangsa Indonesia. Masyarakat sekitar Pantai Baros bekerja sama melakukan penanaman pohon bakau secara berkala untuk mempertahankannya eksistensi alam dan hutan bakau nya sebagai habitat Burung Kuntul agar tetap terjaga. Masyarakat setempat sepakat untuk menjadikan kawasan hutan bakau di Pantai Baros menjadi tempat konservasi pelestarian satwa dan puspa sekaligus sebagai tempat wisata edukasi dengan harapan dapat menarik pengunjung. Dengan begitu dapat menggerakkan perekonomian masyarakat setempat yang berprofesi sebagai pedagang, penyewa perahu kayu, tukang pembersih lingkungan. Dan harapannya untuk para pengunjung Pantai Baros dapat terinspirasi dari upaya yang sudah dilakukan masyarakat yang menanam pohon bakau demi menjaga kelestarian Burung Kuntul sehingga para pengunjung terbuka wawasannya betapa pentingnya menjaga keragaman hayati.
Menurut Bapak Tri Mulyo, warga setempat "Burung Kuntul adalah prioritas utama Kami (masyarakat sekitar Pantai Baros). Kami tidak ingin Burung Kuntul menghilang dari peran kehidupan, sehingga Kami berkomitmen untuk menjaga kelestariannya."
Kembali ke tempat aku berada saat itu, aku dan teman-temanku sangat terpana melihat keindahan alam yang dimiliki Pantai Baros. Hutan Bakau yang rindang dan tampak terawat menjadi tempat tinggal puluhan Burung Kuntul, mulai dari ukuran kecil sampai besar dapat kami jumpai di sana. Aku dan teman-temanku seperti mendapatkan hadiah sepesial dari Tuhan Yang Maha Esa karena ketika kami berlibur, kami langsung disuguhi dengan pemandangan puluhan pohon bakau yang indah dan puluhan Burung Kuntul yang elok.
Tentu ketika mengingat memori saat itu aku semakin tertarik untuk melestarikan alam dan segala isinya. Ketertarikan itu mendorongku untuk melakukan sesuatu yang dapat bermanfaat bagi kelestarian dan kestabilan alam. Sehingga aku yang saat ini masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas banyak membaca dan melakukan riset tentang alam dan upaya untuk menjaga kelestarian dan kestabilannya. Sampai tanggal 24 Desember 2024 kemarin, aku melihat kompetisi menulis artikel yang di selenggarakan oleh National Geographic Indonesia dan Yayasan KEHATI dengan tema "Beragam Spesies Terancam Punah, Bagaimana Nasib Puspa dan Satwa Indonesia?" Yang membuat aku tertarik mengikuti kompetisi ini sebagai salah satu usahaku sebagai pelajar untuk ikut berpartisipasi menggelorakan upaya pelestarian alam di Indonesia. Karena aku sadar betul bahwa investasi terbaik manusia adalah investasi kepada alam, mengapa? Karena alam akan memperlihatkan hasil nyata apa yang kita perbuat kepadanya di masa yang akan datang. At least, jika manusia melakukan hal baik kepada alam maka alam juga akan memberikan kebaikan kepada manusia.
Jangan menyusahkan anak dan cucu kita di masa mendatang untuk bersusah payah mencari kepingan fosil puspa dan satwa yang sudah punah di era mereka. Mari lestarikan keaneragaman hayati sebagai investasi aset terbaik manusia untuk warisan dunia bersama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H