Mohon tunggu...
Daisa Intan
Daisa Intan Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar/ Mahasiswa

Saya seorang pelajar yang hobi menulis. Saya akan menjadi relawan untuk menerbitkan artikel yang menyangkut permasalahan sosial atau lingkungan.

Selanjutnya

Tutup

Nature

Remaja Bersuara: Jika di Negeri Sendiri Hampir Mati, Lantas Kemana Sayap Putih nan Suci Itu Akan Pergi? Masa Depan Manusia, Warisan Dunia

4 Januari 2025   18:50 Diperbarui: 4 Januari 2025   18:45 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Berdasarkan data yang dilaporkan Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia melalui artikel yang diunggah pada Minggu, 13/11/2022 setelah diselenggarakannya G20 yang membahas isu mengenai Upaya Mengatasi Krisis Iklim Global, memperkuat statement bahwa Negara Indonesia menjadi negara dengan luas hutan bakau paling besar di antara negara lain di dunia.

"Indonesia memiliki hutan mangrove terluas di dunia, yakni sebesar 3,36 juta hektare. Kurang lebih 20 persen dari total hutan mangrove yang ada di dunia. Artinya, kita memiliki sebuah kekuatan dalam potensi hutan mangrove," ujar Jokowi dilansir dari siaran pers di laman resmi Sekretariat Kabinet, Selasa (28/9/2021).

Hutan bakau (mangrove) yang dimiliki Indonesia adalah yang terluas di dunia mencapai 3,36 juta hektare dan menyimpan potensi hingga Rp2.400 triliun dari perdagangan karbon.

Namun dibalik keindahan dan jasa yang telah ditawarkan hutan bakau, keberadaan hutan bakau di Indonesia mengalami penurunan yang signifikan setiap tahunnya. Dalam 20 tahun terakhir, hampir 13.000 hektare mangrove hilang setiap tahunnya, lebih luas dari Kota Pontianak. Bahkan di Pulau Kalimantan sendiri sudah terancam akan kehilangan wilayah hutan bakau, karena adanya eksploitasi wilayah untuk dialih fungsikan menjadi lahan usaha misalnya industri atau pertambangan bahan alam. Tentu hal ini sangat disayangkan mengingat begitu banyak fungsi hutan bakau bagi kehidupan dan kemanfaatan alamnya yang diberikan kepada manusia. Tapi ternyata perilaku manusia menjadi salah satu penyebab semakin menyempitnya wilayah eksistensi alam di Indonesia.

Forum Bumi yang diselenggarakan Yayasan KEHATI dan National Geographic Indonesia melalui serial seminar bertujuan untuk memaparkan informasi tentang keanekaragaman hayati untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat dan aktivis lingkungan untuk menjaga kelestarian lingkungan alam beserta isinya demi masa depan keanekaragaman hayati Indonesia.

Forum Bumi yang diselenggarakan Yayasan KEHATI dan National Geographic Indonesia menghadirkan Bapak Rheza Maulana, S.T.,M.Si sebagai narasumber pada serial seminarnya tanggal 5 Desember 2024. Beliau menyatakan bahwa "Indonesia adalah Surga Keanekaragaman Hayati."

Indonesia sendiri mempunyai banyak keragaman hayati terdiri dari jutaan spesies puspa dan satwa yang harus kita lindungi, rawat dan melestarikannya. Berdasarkan data dari Mongabay.com, Negara Indonesia menempati posisi kedua di dunia setelah Brazil sebagai negara megabiodiverse, yaitu istilah yang menggambarkan kekayaan hayati suatu negara dalam jumlah melimpah.

Menurut Prof. Satyawan Pudyatmoko, Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam sampaiannya saat mengisi materi sebagai narasumber di Serial Seminar Forum Bumi yang diselenggarakan Yayasan KEHATI dan National Geographic Indonesia pada tanggal 5 Desember 2024 kemarin, ada beberapa faktor yang menyebabkan keragaman hayati di Indonesia. Salah satu yang berpengaruh dominan adalah kondisi geografis dari letak Negara Indonesia itu sendiri. Negara Indonesia terletak di antara dua biogeografi dan wilayah transisinya, dan Indonesia juga terdapat pada garis khatulistiwa. Sehingga menyebabkan kondisi iklim tropis yang identik dengan habitat dan tempat aneka ragam puspa dan satwa tumbuh untuk berkembang. Wilayah Indonesia termasuk Ring Of Fire dengan abu vulkaniknya dapat meningkatkan kadar kesuburan tanah sebagai habitat ragam hayati. Tapi tidak selalu kondisi Indonesia berdasarkan letak geografisnya memberikan dampak positif, karena dengan letak geografis Indonesia juga dapat memberikan ancaman bagi keselamatan dan kelestarian keragaman hayati yang ada.

Ancaman keragaman hayati di Indonesia salah satunya adalah menghilangnya biodiversitas.

Pada beberapa kasus yang menjadi isu penting untuk dibahas adalah berkurangnya presentase jumlah hutan dan lahan hijau di Indonesia. Apabila hal seperti ini terjadi berkelanjutan, maka akan mengganggu kestabilan sistem alam yang dapat merusak keaneragaman hayati dan iklim di Indonesia. Di sisi lain terganggunya kestabilan alam terjadi karena campur tangan manusia dalam melakukan aktivitas yang tidak bertanggungjawab sehingga merugikan alam sekitarnya. Desakan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi industri mendorong manusia untuk mencapai perekonomian yang stabil sehingga beberapa manusia bersikap abai terhadap alam dan melakukan alih fungsi lahan yang semula dari wilayah hutan hijau sebagai habitat keberagaman hayati kemudian menjadi kawasan industri, pertambangan, dan perumahan. Alih fungsi lahan beberapa dikaitkan dengan dalih upaya untuk melakukan improvisasi dan inovasi dalam bidang ekonomi demi melanjutkan kehidupan.

Lantaran tidak cukup dengan merenggut tempat tinggal beragam spesies hayati. Manusia sering kali melakukan pemburuan dan penangkapan beberapa jenis puspa dan satwa tertentu. Pada kasus yang sedang terjadi, Indonesia kini sedang mengalami krisis penurunan jumlah populasi Burung Kuntul, spesies satwa dari Family Ardeidae. Burung Kuntul kerap dijumpai di beberapa daerah yang beriklim tropis di dunia, khususnya di Wilayah Asia. Di Indonesia sendiri, Burung Kuntul sudah menjadi saksi perkembangan Bangsa Indonesia dari masa ke masa. Kedudukan Burung Kuntul sebagai penyeimbang ekosistem di Indonesia sangat berjasa bagi alam Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun