Untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut dan memanfaatkan potensi tenaga angin di Indonesia, diperlukan beberapa strategi dan tindakan, seperti melakukan penilaian sumber daya angin yang lebih rinci dan dapat diandalkan, memberikan insentif dan subsidi untuk pengembang dan investor tenaga angin, meningkatkan kapasitas dan stabilitas jaringan listrik, menyederhanakan proses perizinan dan lisensi, meningkatkan kesadaran dan penerimaan masyarakat terhadap tenaga angin, serta meningkatkan kerja sama dan koordinasi di antara para pemangku kepentingan.Â
Tenaga angin dapat menjadi kontributor utama bagi transisi energi dan tujuan iklim Indonesia jika langkah-langkah ini diterapkan secara efektif.
Potensi Tenaga Air dan Tenaga Hidrokinetik di Indonesia
Indonesia memiliki sumber daya air yang melimpah yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan listrik baik dari tenaga air maupun tenaga hidrokinetik. Tenaga air menggunakan energi air yang mengalir di sungai atau bendungan untuk memutar turbin dan menghasilkan listrik. Tenaga hidrokinetik menangkap energi gelombang laut, pasang surut, arus, dan gradien termal sebagai sumber listrik terbarukan.
Pembangkit Listrik Tenaga Air di Indonesia
Potensi tenaga air teknis di Indonesia diperkirakan mencapai sekitar 75.000 MW, dengan sumber daya yang belum dimanfaatkan terkonsentrasi di pulau Sumatera, Jawa dan Sulawesi. Namun, hanya sekitar 5.886 MW kapasitas PLTA yang telah terpasang pada tahun 2019, menghasilkan 17,03 TWh listrik. Pengembangan teknologi terbarukan, termasuk PLTA, terhambat oleh preferensi pemerintah terhadap batu bara dan gas untuk mengurangi biaya produksi listrik dan ketergantungan pada minyak bersubsidi.
Sektor kelistrikan di Indonesia didominasi oleh perusahaan listrik milik negara, PT Perusahaan Listrik Negara (PLN), yang menguasai 74% dari 46 GW kapasitas listrik terpasang di Indonesia, serta infrastruktur transmisi dan distribusi. Keterlibatan produsen listrik independen diatur oleh Undang-Undang Ketenagalistrikan 2009, yang mempertahankan hak eksklusif PLN atas transmisi, distribusi, dan penjualan listrik.
Pemerintah telah menetapkan target untuk meningkatkan porsi energi terbarukan dalam total penggunaan energi di Indonesia menjadi 23% pada tahun 2025, yang akan membutuhkan lebih banyak investasi di pembangkit listrik tenaga air dan sumber energi bersih lainnya. Menurut rencana strategis PLN (RUPTL), kapasitas baru di Indonesia akan mencakup 1 GW kapasitas pembangkit listrik tenaga air. Saat ini, tujuh pembangkit listrik tenaga air dengan total 1.559 MW sedang dalam tahap konstruksi, dan sepuluh proyek lainnya dengan total 1.819 MW sedang dalam tahap negosiasi perjanjian jual beli listrik.
Proyek terbesar yang sedang dibangun adalah Upper Cisokan, pembangkit listrik tenaga air pumped storage berkapasitas 1.040 MW yang terletak di Jawa bagian barat. Proyek ini didukung oleh pinjaman sebesar US$380 juta dari Bank Dunia, dan bertujuan untuk meningkatkan kapasitas pembangkit listrik pada saat permintaan puncak, sekaligus mendukung transisi energi dan tujuan dekarbonisasi di Indonesia.Â
PLTA pumped storage menggunakan dua reservoir air pada ketinggian yang berbeda, dan memompa air ke reservoir atas ketika permintaan listrik rendah atau ketika ada pembangkit listrik yang melimpah dari tenaga surya atau sumber terbarukan lainnya. Ketika permintaan listrik tinggi, air mengalir ke reservoir bawah dan memutar turbin, menghasilkan listrik.