Mohon tunggu...
Dailymonthly
Dailymonthly Mohon Tunggu... Freelancer - Just Another Blog

Budayakan Membaca Dailymonthly | Prima H. I have been writing for over 10 years. I have written on various topics such as politics, technology, and entertainment. However, my true passion lies in writing about comprehensive analysis and from various points of view. I believe that writing from multiple perspectives allows me to explore my subjects, settings, and moral gray areas from a wider variety of perspectives, which sustains complexity and keeps the reader interested. I have written several articles on this topic and am considered an expert in the field.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menjelajahi Jejak Warisan Manusia Neolitikum di Papua Nugini

18 Mei 2023   06:05 Diperbarui: 18 Mei 2023   06:22 654
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Papua Nugini (dok.pribadi)

Salah satu tantangan utama untuk kesetaraan gender di PNG adalah prevalensi kekerasan terhadap perempuan dan kekerasan berbasis gender, yang mempengaruhi sekitar dua dari tiga perempuan. Kekerasan ini berakar pada praktik budaya tradisional yang memberikan otoritas kepada laki-laki atas klan dan anggota keluarga mereka, dan memandang perempuan dan anak perempuan sebagai komoditas yang dapat ditukar dengan uang, hadiah, atau untuk menyelesaikan perselisihan suku. Kekerasan terhadap perempuan dan kekerasan berbasis gender memiliki konsekuensi serius bagi kesehatan, kesejahteraan, dan martabat perempuan dan anak perempuan, serta pembangunan sosial dan ekonomi negara.

Di beberapa bagian PNG, terutama di Divisi Delta, pengaturan pernikahan sederhana dan tidak melibatkan upacara atau pesta yang rumit. Mahar yang dibayarkan oleh keluarga mempelai pria relatif rendah, terdiri dari beberapa kerang lengan, ornamen, seekor babi, atau seekor anjing. Jika pernikahan gagal, keluarga mempelai wanita harus mengembalikan semua pembayaran. Keinginan dan preferensi sang gadis diperhitungkan sebelum dan sesudah menikah, tetapi ia masih harus menyesuaikan diri dengan berbagai norma dan harapan masyarakat.

Salah satu faktor yang membatasi praktik poligami di wilayah ini adalah kelangkaan perempuan, terutama disebabkan oleh pembunuhan bayi perempuan di beberapa daerah tertentu di PNG. Akibatnya, sekitar seperempat pria yang sudah menikah memiliki lebih dari satu istri, dan beberapa di antaranya memiliki hingga enam istri atau lebih. Hal ini menciptakan sejumlah besar pria muda yang belum menikah yang tinggal di ravi, atau rumah klub pria. Bahkan para pria yang sudah menikah pun sesekali mengunjungi ravi untuk mencari ketenangan atau bergabung dalam perayaan.

Bentuk utama perdagangan di wilayah ini adalah barter, di mana barang dipertukarkan secara langsung antar individu. Kerang lengan, yang terbuat dari cangkang siput laut dan dibentuk menjadi gelang atau gelang, digunakan sebagai alat tukar utama. Ornamen tahan lama lainnya seperti gigi anjing dan walabi, serta cakram atau cincin yang terbuat dari cangkang mutiara, juga digunakan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun