Salah satu tantangan utama untuk kesetaraan gender di PNG adalah prevalensi kekerasan terhadap perempuan dan kekerasan berbasis gender, yang mempengaruhi sekitar dua dari tiga perempuan. Kekerasan ini berakar pada praktik budaya tradisional yang memberikan otoritas kepada laki-laki atas klan dan anggota keluarga mereka, dan memandang perempuan dan anak perempuan sebagai komoditas yang dapat ditukar dengan uang, hadiah, atau untuk menyelesaikan perselisihan suku. Kekerasan terhadap perempuan dan kekerasan berbasis gender memiliki konsekuensi serius bagi kesehatan, kesejahteraan, dan martabat perempuan dan anak perempuan, serta pembangunan sosial dan ekonomi negara.
Di beberapa bagian PNG, terutama di Divisi Delta, pengaturan pernikahan sederhana dan tidak melibatkan upacara atau pesta yang rumit. Mahar yang dibayarkan oleh keluarga mempelai pria relatif rendah, terdiri dari beberapa kerang lengan, ornamen, seekor babi, atau seekor anjing. Jika pernikahan gagal, keluarga mempelai wanita harus mengembalikan semua pembayaran. Keinginan dan preferensi sang gadis diperhitungkan sebelum dan sesudah menikah, tetapi ia masih harus menyesuaikan diri dengan berbagai norma dan harapan masyarakat.
Salah satu faktor yang membatasi praktik poligami di wilayah ini adalah kelangkaan perempuan, terutama disebabkan oleh pembunuhan bayi perempuan di beberapa daerah tertentu di PNG. Akibatnya, sekitar seperempat pria yang sudah menikah memiliki lebih dari satu istri, dan beberapa di antaranya memiliki hingga enam istri atau lebih. Hal ini menciptakan sejumlah besar pria muda yang belum menikah yang tinggal di ravi, atau rumah klub pria. Bahkan para pria yang sudah menikah pun sesekali mengunjungi ravi untuk mencari ketenangan atau bergabung dalam perayaan.
Bentuk utama perdagangan di wilayah ini adalah barter, di mana barang dipertukarkan secara langsung antar individu. Kerang lengan, yang terbuat dari cangkang siput laut dan dibentuk menjadi gelang atau gelang, digunakan sebagai alat tukar utama. Ornamen tahan lama lainnya seperti gigi anjing dan walabi, serta cakram atau cincin yang terbuat dari cangkang mutiara, juga digunakan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H