Mohon tunggu...
Dailymonthly
Dailymonthly Mohon Tunggu... Freelancer - Just Another Blog

Budayakan Membaca Dailymonthly | Prima H. I have been writing for over 10 years. I have written on various topics such as politics, technology, and entertainment. However, my true passion lies in writing about comprehensive analysis and from various points of view. I believe that writing from multiple perspectives allows me to explore my subjects, settings, and moral gray areas from a wider variety of perspectives, which sustains complexity and keeps the reader interested. I have written several articles on this topic and am considered an expert in the field.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Antara Keyakinan dan Ketakutan: Dimensi Spiritual dan Sosial Gunung Berapi Teraktif di Indonesia

17 Mei 2023   06:05 Diperbarui: 17 Mei 2023   06:17 500
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dimensi Sprititual dan Sosial Gunung Teraktif di Indonesia

Perubahan Iklim dan Takhayul: Tantangan Bencana dan Politik di Indonesia.

Indonesia merupakan salah satu negara yang paling rawan bencana di dunia, dengan risiko tinggi terhadap gempa bumi, letusan gunung berapi, tsunami, banjir, tanah longsor, kekeringan, dan kebakaran hutan. Indonesia terletak di Cincin Api Pasifik, sebuah wilayah di mana banyak gunung berapi aktif dan lempeng tektonik berada. Indeks risiko bencana alam di Indonesia untuk berbagai bahaya juga relatif tinggi dibandingkan dengan negara-negara lain¹. Selain itu, pemanasan global telah memperburuk dampak dari bencana-bencana ini dengan menyebabkan hujan badai yang lebih lebat, peningkatan banjir di daerah pesisir, dan kebakaran hutan yang lebih sering terjadi². Dengan lebih dari 260 juta penduduk yang tinggal di daerah berisiko bencana alam di Indonesia, pengurangan dan manajemen risiko bencana menjadi sangat penting untuk meningkatkan ketahanan negara.

Namun, aktivitas manusia juga telah berkontribusi terhadap memburuknya situasi bencana di Indonesia, terlepas dari kebijakan dan peraturan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah untuk mengatasi krisis iklim. Beberapa faktor yang meningkatkan degradasi lingkungan dan menurunkan ketahanan iklim antara lain ketidaksesuaian prioritas antara pemerintah daerah dan pemerintah pusat dalam tata kelola iklim, eksploitasi sumber daya alam di daerah rawan bencana, dan korupsi politik. Faktor-faktor tersebut juga telah mempengaruhi persepsi dan respons masyarakat terhadap bencana alam, karena banyak masyarakat Indonesia yang masih percaya bahwa perilaku buruk manusia dapat memicu terjadinya bencana dan kekuatan supranatural dapat melakukan intervensi untuk mencegah atau menanggulanginya.

Sebagai contoh, Presiden Joko Widodo (Jokowi), yang mulai menjabat pada bulan Oktober 2014, menghadapi serangkaian bencana pada masa jabatan pertamanya, seperti gempa bumi, tsunami, letusan gunung berapi, banjir, tanah longsor, kebakaran hutan, dan kecelakaan pesawat. Beberapa orang mengaitkan kejadian-kejadian ini dengan tanggal lahirnya yang sial atau kurangnya legitimasi spiritual sebagai seorang pemimpin. Yang lain menyarankan agar ia melakukan ritual atau pengorbanan untuk menenangkan roh-roh atau leluhur. Jokowi sendiri telah dikenal sering mengunjungi situs-situs keramat dan mencari berkah dari tokoh-tokoh spiritual sebelum dan sesudah pemilihannya. Dia juga telah berpartisipasi dalam doa bersama dan upacara keagamaan untuk menenangkan ketakutan publik dan menunjukkan solidaritas kepada para korban bencana.

Politisi lain juga telah menggunakan mistisisme sebagai cara untuk mendapatkan popularitas atau legitimasi di antara para pemilih. Sebagai contoh, Prabowo Subianto, saingan Jokowi dalam pemilihan presiden 2014 dan 2019, dilaporkan beribadah di sebuah gunung berapi di dekat Danau Toba sebelum mencalonkan diri, tetapi gagal memenangkan pemilihan. Politisi lain, Arief Koesno, yang mengaku sebagai reinkarnasi presiden pertama Indonesia Sukarno, mengadakan ritual di Gunung Merapi untuk mencegah letusannya, namun gunung ini meletus tiga hari kemudian. Beberapa politisi juga meminta nasihat dari dukun atau peramal untuk memandu keputusan atau strategi politik mereka.

Masih kuatnya kepercayaan mistis di kalangan politisi dan masyarakat Indonesia mencerminkan lanskap budaya dan agama di negara ini yang kompleks dan beragam. Hal ini juga menjadi tantangan tersendiri dalam mengembangkan pendekatan yang rasional dan ilmiah terhadap manajemen risiko bencana dan adaptasi perubahan iklim. Dengan tetap menghormati kearifan lokal dan tradisi masyarakat yang berbeda, para pemimpin politik Indonesia perlu mengadopsi kerangka kebijakan yang lebih berkelanjutan dan berjangka panjang yang berfokus pada transisi menuju energi hijau, meningkatkan partisipasi publik, dan memperkuat kapasitas kelembagaan. Mereka juga perlu meningkatkan kesadaran dan mengedukasi masyarakat mengenai penyebab dan konsekuensi dari bencana alam dan perubahan iklim, serta praktik-praktik terbaik untuk mengatasinya.

Benturan Keyakinan: Sultan, Penjaga Gerbang, dan Gunung Berapi Mistis.

Ketika Merapi, salah satu gunung berapi paling aktif di Indonesia, meletus berulang kali pada tahun 2023, mengirimkan awan panas dan lahar hingga tujuh kilometer, sebuah benturan kepercayaan terjadi antara Marijan, sang penjaga gerbang Merapi yang menantang, dan Hamengku Buwono X, sultan modern Yogyakarta. Marijan, yang mewarisi perannya sebagai juru kunci Merapi dari ayahnya, menolak untuk mengosongkan desanya meskipun ada perintah dari pemerintah dan risiko terkubur di bawah abu panas setinggi enam meter. Ia percaya bahwa ia memiliki tugas suci untuk menenangkan raksasa penjaga gunung berapi, Sapu Jagat, dan bahwa desanya dilindungi oleh campur tangan ilahi. Kepercayaannya menarik perhatian media dan simpati publik, menjadikannya pahlawan rakyat dan simbol perlawanan.

Marijan menerima bayaran bulanan yang sangat kecil, hanya satu dolar dari kraton, istana berbenteng sultan di Yogyakarta. Menurut kosmologi tradisional Jawa, keraton terletak di garis tak terlihat antara Gunung Merapi dan Samudera Hindia di dekatnya. Sultan, yang digambarkan dalam sebuah publikasi keraton sebagai "orang yang dipilih secara ilahi", menjalani penobatan yang didahului oleh "pesan supranatural". Selain memerintah Yogyakarta, sultan juga ditugaskan untuk menenangkan Ratu Kidul, dewi laut yang sakti, dan raksasa penjaga Merapi, Sapu Jagat. Namun, Hamengku Buwono X, yang namanya berarti "pemelihara alam semesta", tidak memiliki kepercayaan yang sama dengan Marijan terhadap roh-roh yang tinggal di gunung berapi. Sebagai seorang sarjana hukum dan seorang Muslim yang progresif, beliau mendesak masyarakat Yogyakarta untuk melihat letusan Merapi dari sudut pandang ilmiah. Ia mendukung seruan pemerintah untuk melakukan evakuasi dan menganggap pembangkangan Marijan sebagai tindakan yang tidak rasional dan tidak bertanggung jawab. Potret resminya menggambarkan dirinya dalam pakaian adat Jawa lengkap, dengan keris melengkung yang terselip di dalam sarung batiknya yang indah. Untuk pakaian sehari-hari, ia lebih memilih setelan jas berwarna gelap yang disesuaikan dengan sempurna, lebih disukai oleh Armani. Selama wawancara di kantornya, sambil mengisap cerutu Davidoff yang tebal, sebuah lukisan gunung berapi besar tergantung di dinding di belakangnya. Dengan santai, ia berkata, "Bukan Merapi, tapi Fuji."

Perselisihan antara Marijan dan Hamengku Buwono X mencerminkan ketegangan antara tradisi dan modernitas di Indonesia, negara yang memiliki lebih dari 120 gunung berapi aktif¹ dan rentan terhadap gempa bumi dan aktivitas gunung berapi karena terletak di sepanjang Cincin Api. Sebagian orang memandang Merapi sebagai entitas mistis yang menuntut penghormatan dan ritual, sementara sebagian lainnya memandangnya sebagai fenomena alam yang dapat dipahami dan diprediksi oleh ilmu pengetahuan. Pertanyaannya adalah: siapa yang memiliki otoritas untuk menentukan nasib Merapi dan penduduknya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun