Perjuangan Indonesia untuk mengakhiri kekuasaan kolonial Belanda di Hindia Belanda berakhir dengan pengibaran bendera Merah Putih di Papua Barat. Namun, Indonesia tampaknya mengabaikan fakta bahwa masyarakat Papua Barat merupakan bagian dari budaya Melanesia di Pasifik Selatan, memiliki kepercayaan animisme, ekonomi berbasis babi, tradisi perburuan kepala dan kanibalisme, dan hampir tidak memiliki kesamaan dengan budaya mayoritas Muslim yang berlaku di seluruh wilayah Indonesia. Namun demikian, Indonesia mengklaim hak historis atas wilayah tersebut.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memberikan kedaulatan kepada Indonesia atas separuh bagian barat pulau tropis terbesar di dunia ini, dan wilayah tersebut diberi nama Irian Jaya, yang berarti "tanah panas yang berjaya." Bagian timur pulau ini, yang untuk sementara waktu dikelola oleh Australia dan PBB, menjadi negara merdeka - Papua Nugini - pada tahun 1975. Nama Irian Jaya diubah menjadi Papua pada tahun 2002 dan kemudian menjadi Papua Barat pada tahun 2007.
Papua Barat masih berupa hutan hujan, rawa-rawa, dan gunung-gunung yang tertutup awan yang tingginya mencapai 16.000 kaki. Para ahli lingkungan menganggapnya sebagai hutan belantara terakhir di Asia Pasifik.Â
Dengan populasi manusia yang jarang yaitu 1,9 juta orang di wilayah seluas 82,681 km², Papua Barat merupakan rumah bagi banyak penduduk suku, yang secara kolektif disebut orang Papua, yang berasal dari bahasa Melayu yang berarti "berambut kribo". Hingga tahun 1970-an, para pria Papua adalah pejuang, mengambil bagian dalam perang suku yang hampir selalu terjadi karena balas dendam.
Terlepas dari keindahan alam dan keragaman budayanya, Papua Barat bukannya tidak pernah dilanda konflik. Tentara Indonesia menumpas gerakan kemerdekaan pada tahun 1970-an dan 1980-an, yang mengakibatkan kematian ribuan orang Papua Barat. Bahkan hingga saat ini, sekelompok kecil gerilyawan separatis, Organisasi Papua Merdeka, masih beroperasi di dekat perbatasan Papua Nugini, dengan beberapa anggotanya yang hanya bersenjatakan busur dan anak panah. Sebagian besar pendukung kemerdekaan telah melarikan diri ke Papua Nugini atau menyimpan simpati mereka untuk diri mereka sendiri.
Papua Barat juga merupakan rumah bagi salah satu tambang emas dan tembaga terbesar di dunia, yaitu tambang Grasberg, yang dimiliki bersama oleh Freeport McMoran (48,8%) dan Inalum (51,2%). Tambang ini telah menghasilkan 528 miliar ons tembaga dan 53Moz emas selama periode antara tahun 1990 dan 2019. Tambang ini telah menjadi sumber kontroversi karena dampak lingkungan, pelanggaran hak asasi manusia, dan sengketa pajak.
Konflik Budaya dan Perebutan Sumber Daya di Papua Barat
Pada tahun 1963, Indonesia mengambil alih Papua Barat, yang sebelumnya dikenal sebagai Nugini Belanda, dan menjadikannya provinsi ke-26 dan terbesar di Indonesia, sehingga Papua Barat memasuki era baru yang penuh dengan perubahan yang cepat.Â
Terlepas dari budaya Melanesia di Pasifik Selatan, kepercayaan animisme, ekonomi berbasis babi, dan tradisi perburuan kepala serta kanibalisme masyarakat Papua Barat, Indonesia mengklaim bahwa mereka memiliki hak historis atas wilayah tersebut, yang berpuncak pada pengibaran bendera kebangsaan.Â
Pada tahun 1975, bagian timur pulau ini menjadi sebuah negara merdeka Papua Nugini. Nama Irian Jaya diubah menjadi Papua pada tahun 2002 dan kemudian menjadi Papua Barat pada tahun 2007.Â
Papua Barat tetap menjadi salah satu hutan belantara terakhir di Asia Pasifik, dengan hutan hujan, rawa-rawa, dan gunung-gunung yang diselimuti awan yang tingginya mencapai 16.000 kaki.