Media cenderung berfokus pada agama baru hanya ketika terjadi sesuatu yang drastis, seperti bunuh diri massal atau pembunuhan. Liputan ini dipandu oleh prinsip negativitas, di mana cerita-cerita negatif menarik lebih banyak perhatian. Akibatnya, kebanyakan orang terpapar pada gerakan-gerakan agama baru dalam konteks "mengancam, aneh, eksploitatif, menindas, dan provokatif".
Meskipun sebagian besar gerakan keagamaan baru tidak mengalami peristiwa dramatis, mereka sering digambarkan secara negatif oleh media. Hal ini menciptakan kesalahpahaman tentang kelompok-kelompok ini dan mengarah pada stigmatisasi lebih lanjut.
Media memainkan peran penting dalam membentuk opini publik tentang gerakan keagamaan baru. Sayangnya, representasi negatif dari kelompok-kelompok ini dapat berkontribusi pada kesalahpahaman dan informasi yang salah. Sangat penting untuk mendekati informasi tentang agama-agama baru dengan pikiran terbuka dan mencari sumber-sumber terpercaya yang memberikan liputan yang seimbang dan akurat.
Masalah Definitif dengan Gerakan Keagamaan Baru
Definisi gerakan keagamaan baru, yang umumnya dikenal sebagai "sekte," penuh dengan masalah. Kelompok kontra-sekte injili mendefinisikan kelompok agama apa pun selain kelompok mereka sebagai sekte, yang menunjukkan keangkuhan teologis.Â
Di sisi lain, kelompok antikultus sekuler menggunakan metafora "pengendalian pikiran" atau "pencucian otak" untuk menjelaskan mengapa orang bergabung dengan agama baru. Mereka berpendapat bahwa sekte-sekte sesat menampilkan serangkaian stereotip karakteristik dan praktik-praktik organisasi yang negatif.Â
Para ahli menantang kegunaan dari daftar periksa definisi semacam ini dengan tiga alasan utama. Selain itu, pemberitaan media hadir untuk mewakili stok pengetahuan budaya tentang kelompok-kelompok tertentu, yang menjadi dasar bagi "pengetahuan umum tentang sekte-sekte sesat."Â
Penggambaran negatif, Stereotip negatif dan kesalahpahaman tentang Kepercayaan Alternatif terhadap satu gerakan keagamaan baru sering kali dengan cepat, mudah, dan sekali lagi secara tidak akurat digeneralisasi untuk menggambarkan semua agama baru.
Mempertimbangkan Kembali Definisi "Sekte"
Para ahli yang mempelajari gerakan keagamaan baru menentang pelabelan kelompok-kelompok tertentu sebagai "sekte", dengan menunjukkan bahwa banyak dari kelompok-kelompok ini memiliki karakteristik yang sama dengan organisasi konvensional yang dianggap dapat diterima atau diperlukan. Contohnya adalah komune, masyarakat religius dengan komitmen tinggi, organisasi pemasaran berjenjang, dan unit militer.Â
Gerakan antikultus sekuler telah berusaha untuk mengatasi masalah ini, dengan beberapa anggota mengakui perlunya memperjelas penggunaan istilah tersebut. Namun, para ilmuwan sosial dan sarjana studi agama lebih tertarik untuk memahami agama-agama baru dalam konteks sosial, budaya, dan sejarahnya.Â