Ternak GM atau ternak transgenik dapat direkayasa untuk meningkatkan kemampuan reproduksi, pemanfaatan nutrisi yang lebih efisien, tingkat pertumbuhan yang lebih cepat, kualitas susu yang lebih baik, dan komposisi daging.Â
Modifikasi ini juga dapat meningkatkan ketahanan terhadap penyakit, meningkatkan kuantitas dan kualitas makanan, serta meningkatkan kandungan nutrisi produk makanan berbasis hewan.Â
Penelitian terhadap mikroorganisme GM terutama berfokus pada enzim, yang dapat meningkatkan karakteristik makanan, hasil produksi, dan menghilangkan produk sampingan dan racun yang tidak diinginkan. Meskipun makanan berbasis hewan dan mikroorganisme transgenik belum tersedia bagi konsumen, makanan ini dapat tersedia secara lebih luas di masa depan.
Masalah Lingkungan dan Kesehatan dari Tanaman Transgenik
Meskipun tanaman transgenik telah dikembangkan untuk mengurangi penggunaan pestisida dan herbisida kimia, bahan kimia pertanian masih banyak digunakan dalam pertanian. Menurut Greenpeace USA, pengenalan tanaman transgenik bertepatan dengan peningkatan penggunaan agrokimia yang signifikan. Tanaman transgenik juga telah menyebabkan evolusi gulma super dan hama super, yang membutuhkan aplikasi agrokimia tambahan untuk melindungi tanaman.
Kekhawatiran lingkungan lainnya adalah potensi tanaman transgenik yang tidak steril mencemari tanaman nontransgenik melalui penyebaran serbuk sari. Hal ini dapat membahayakan keanekaragaman genetik tanaman tradisional dan kemampuannya untuk beradaptasi dengan perubahan lingkungan.
Produsen makanan korporat juga telah mengaburkan ketertelusuran GMO dalam rantai makanan global, sehingga sulit untuk menentukan makanan mana yang mengandung bahan GM. Para skeptis percaya bahwa kebaruan makanan transgenik berarti tidak ada cukup bukti untuk menilai potensi risikonya secara akurat.Â
Pusat Keamanan Pangan AS telah mengidentifikasi kemungkinan risiko kesehatan yang berkaitan dengan konsumsi GMO, termasuk reaksi alergi, resistensi antibiotik, penekanan sistem kekebalan tubuh, toksisitas, dan kanker.
Meskipun belum ada bukti yang menunjukkan adanya risiko-risiko tersebut, banyak negara telah melarang penjualan produk makanan yang mengandung GMO. Ini termasuk enam belas dari dua puluh tujuh negara anggota Uni Eropa, Skotlandia, Peru, dan Arab Saudi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H