Saat ini, sebelas tanaman transgenik telah disetujui untuk digunakan sebagai bahan pangan atau komersial di Amerika Serikat. Beberapa dari tanaman transgenik ini, seperti bit gula dan kanola, merupakan bagian yang signifikan dari keseluruhan hasil panen di negara tersebut.Â
Tanaman transgenik juga digunakan untuk pakan ternak, bahan bakar, dan produk industri lainnya. Meskipun banyak makanan GM yang dijual untuk konsumsi manusia di Amerika Serikat ditemukan dalam bentuk makanan olahan, beberapa makanan utuh yang tidak diolah yang ditanam dengan benih GM, seperti varietas apel, pepaya, kentang, dan labu, juga tersedia.
Meskipun ada jaminan ilmiah berulang kali tentang keamanan makanan transgenik, opini publik terbagi. Menurut jajak pendapat Pew Research Center tahun 2020, 38 persen responden survei di Amerika Serikat meyakini bahwa makanan transgenik tidak aman, dibandingkan dengan 27 persen yang menganggap makanan tersebut aman, dan sepertiga responden mengatakan bahwa mereka tidak memiliki pengetahuan atau informasi yang memadai tentang topik tersebut.Â
Di Amerika Serikat dan negara-negara lain yang disurvei sebagai bagian dari penelitian ini, perempuan lebih cenderung menganggap makanan GM tidak aman dibandingkan laki-laki.
Kesimpulannya, modifikasi genetik telah berkembang pesat dalam produksi pangan, dengan berbagai teknik yang digunakan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas tanaman dan ternak. Meskipun makanan GM memiliki manfaat, termasuk peningkatan hasil panen, ketahanan terhadap hama dan penyakit, dan peningkatan kandungan nutrisi, kontroversi seputar profil keamanannya masih terus berlanjut.
Rekayasa Genetika dalam Pertanian dan Produksi Pangan
Rekayasa genetika telah merevolusi pertanian dan produksi pangan. Tanaman pangan dapat dimodifikasi secara genetik agar tahan terhadap pestisida dan herbisida sintetis, serta tahan terhadap ancaman organik seperti jamur, serangga, gulma, dan penyakit.Â
Tanaman ini juga dapat dikembangkan untuk pertumbuhan yang lebih cepat, rasa yang lebih baik, ketahanan terhadap tekanan lingkungan, dan hasil yang lebih tinggi. Sebagai contoh, Apel Arktik dan Kentang Bawaan telah direkayasa untuk mencegah pencoklatan dan memar.Â
Demikian pula, Beras Emas telah dimodifikasi untuk mengandung tingkat Vitamin A yang lebih tinggi, mengatasi kekurangan yang dapat menyebabkan kebutaan dan kematian, terutama pada anak-anak di negara-negara berpenghasilan rendah.Â
Biofortifikasi tanaman melalui rekayasa genetika atau praktik pertanian konvensional merupakan fokus penelitian yang sedang berlangsung melalui kemitraan pemerintah-swasta untuk meningkatkan kandungan nutrisi produk nabati seperti gandum, jagung, beras, kacang-kacangan, singkong, pisang, dan sorgum.
Saat ini, sebagian besar makanan hasil rekayasa genetika (GM) yang beredar di pasar konsumen berasal dari tanaman. Namun, lembaga-lembaga ilmiah internasional seperti Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) meyakini bahwa makanan GM yang berasal dari hewan dan mikroorganisme yang dimodifikasi secara genetik dapat meningkatkan ketahanan dan pasokan pangan global.Â