Untuk membangun tradisi Bela Negara yang maju, kita membutuhkan tradisi dialektika yang kuat, sebagaimana para founding fathers and mothers kita merumuskan ideologi bangsa kita, dialog adalah kekuatan kita sebagai bangsa, mengutip Bung Hatta, Nalar ilmiah-lah yang mempersatukan Indonesia.
Dialog hanya dapat dilakukan oleh anak bangsa yang merawat rasionalitasnya atau dalam bahasa Bung Hatta adalah Nalar Ilmiah, dan mereka yang memiliki tradisi dialog dan nalar ilmiah tersebut tentu berangkat dari tradisi literasi yang tinggi.
Pilpres 2019, bagi saya setidaknya menunjukkan bahwa tradisi dialog telah menjaga keutuhan Indonesia, sikap yang ditunjukkan Joko Widodo dan Prabowo Subianto setidaknya memberikan pesan kuat Bela Negara, bahwa kepentingan bangsa dan negara menggugurkan semua residu pertarungan politik yang penuh benci dan dendam politik diantara keduanya, dan tentu berharap juga berlaku kepada kedua pendukungnya.
Dr Dahnil Anzar Simanjuntak
Peneliti Senior Institute Kajian Strategis
Universitas Kebangsaan Republik Indonesia
(Artikel Opini ini telah Diterbitkan Oleh Harian Republika Cetak (19/12/19)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H