Mohon tunggu...
DAHLAN SYUKUR
DAHLAN SYUKUR Mohon Tunggu... Guru - Guru / Mahasiswa

Saya seorang Operator pada satuan pendidikan islam di salah satu kota di NTT

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

(Cirebon Pra Islam) Geo Budaya Cirebon, Kerajaan, Kerajaan Pra Islam, Pendukuhan Tegal Alang-alang

20 Oktober 2023   04:38 Diperbarui: 20 Oktober 2023   05:12 1383
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

(CIREBON PRA ISLAM) GEO BUDAYA CIREBON, KERAJAAN, KERAJAAN PRA ISLAM, PEDUKUHAN TEGAL ALANG-ALANG

Dahlan Syukur*, Samud

IAIN Syekh Nurjati, Indonesia

syukurdahlan2@gmail.com

  

Abstrak

 

Artikel ini menjelajahi sejarah Cirebon sebelum penyebaran agama Islam di wilayah tersebut. Cirebon, sebuah kota pesisir di Pulau Jawa, Indonesia, memiliki geobudaya yang kaya dan beragam. Lokasi strategisnya di pantai utara dan kekayaan sumber daya alamnya memengaruhi perkembangan awal kota ini. Sebelum masuknya Islam, beberapa kerajaan kuat memerintah di Cirebon, termasuk Kerajaan Tarumanegara, Kerajaan Galuh, dan Kerajaan Sunda. Masing-masing kerajaan ini memberikan kontribusi penting dalam sejarah dan budaya Cirebon, terutama dalam penyebaran agama Hindu-Buddha. 

Pedukuhan Tegal Alang-Alang adalah salah satu lokasi yang memainkan peran penting dalam menjaga jejak masa pra-Islam. Terletak di dekat Candi Kasepuhan, pedukuhan ini menyimpan makam-makam kuno yang menjadi bukti keberlanjutan budaya dan agama sebelum Islam tiba di Cirebon. Artikel ini mengulas sejarah, kekayaan budaya, dan peran penting Pedukuhan Tegal Alang-Alang dalam pemahaman sejarah Cirebon pra-Islam.

PENDAHULUAN

Cirebon, kota yang terletak di pantai utara Pulau Jawa, Indonesia, adalah suatu tempat yang mencerminkan kekayaan sejarah dan budaya yang melampaui batas zaman. Kota ini memainkan peran penting dalam perjalanan sejarah Indonesia, dan sebelum agama Islam tiba di wilayah ini, Cirebon telah menjadi pusat budaya dan kerajaan yang kuat. Artikel ini membawa kita kembali ke masa-masa pra-Islam di Cirebon, mengungkapkan pesona geobudaya kota ini, mengulas peran berbagai kerajaan yang pernah berkuasa, dan menelusuri makna sejarah yang terkandung dalam Pedukuhan Tegal Alang-Alang.

Cirebon terletak di lokasi strategis di tepi pantai utara Pulau Jawa, memberikan akses mudah ke perdagangan laut internasional yang makmur. Selain itu, wilayah ini diberkahi dengan sumber daya alam yang melimpah, termasuk hasil pertanian yang subur dan hasil laut yang melimpah. Kombinasi ini memengaruhi perkembangan kota Cirebon sebagai pusat kegiatan ekonomi dan budaya yang penting di masa lalu.

Sebelum masuknya agama Islam, Cirebon adalah rumah bagi beberapa kerajaan yang berkuasa dan berpengaruh. Di antara kerajaan-kerajaan ini adalah Kerajaan Tarumanegara, yang terkenal karena prasasti Batujaya yang merupakan salah satu bukti tertulis tertua tentang sejarah Indonesia. Selanjutnya, Kerajaan Galuh berperan penting dalam penyebaran agama Hindu-Buddha di Pulau Jawa, sementara Kerajaan Sunda, yang memerintah di wilayah ini pada abad ke-14 hingga ke-16, juga menampilkan kekayaan budaya yang berlimpah.

Tegal Alang-Alang adalah sebuah pedukuhan yang terletak di dekat Candi Kasepuhan, yang menyimpan jejak berharga masa pra-Islam. Makam-makam kuno yang ada di sini menjadi bukti keberlanjutan budaya dan agama sebelum Islam tiba di Cirebon. Dalam beberapa tahun terakhir, Pedukuhan Tegal Alang-Alang telah menjadi fokus perhatian para arkeolog dan sejarawan yang tertarik untuk memahami lebih dalam tentang masa pra-Islam di Cirebon.

Sejarah Cirebon adalah bukti dari kekayaan budaya Indonesia yang beragam dan merupakan perjalanan panjang yang mencerminkan perubahan dan perkembangan dalam peradaban. Melalui artikel ini, kita akan menjelajahi lebih dalam akar-akar sejarah Cirebon sebelum masuknya agama Islam, yang membentuk landasan dari identitas dan warisan budaya yang kita kenal saat ini. Cirebon adalah perpaduan unik antara masa lalu dan masa kini, dan artikel ini akan membawa kita untuk lebih memahami kedua dimensi ini.

METODE

Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode tinjauan literatur dan analisis konseptual. Metode tinjauan literatur melibatkan pengumpulan dan analisis terhadap literatur yang relevan dan terkait dengan konsep maqamat dan ahwal. Sumber-sumber literatur yang  akan digunakan meliputi buku, artikel jurnal, dan sumber-sumber tepercaya lainnya yang membahas tentang aspek-aspek spiritual, perkembangan diri, dan tradisi spiritual dalam berbagai agama.

Pada tahap awal, akan dilakukan pencarian terhadap literatur yang relevan dengan menggunakan kata kunci yang sesuai dengan topik penelitian, Geobudaya Cirebon, Kerajaan Pra-Islam, dan Pedukuhan Tegal Alang-Alang Setelah mengumpulkan sumber-sumber literatur yang relevan, dilakukan evaluasi dan seleksi untuk memilih literatur yang paling relevan dan berkualitas tinggi.

Selanjutnya, data dari literatur yang terpilih akan dianalisis secara konseptual. Penulis akan memeriksa konsep-konsep maqamat dan ahwal, mengidentifikasi elemen-elemen kunci, dan memahami hubungan antara keduanya. Analisis konseptual ini akan melibatkan pembandingan, sintesis, dan interpretasi terhadap informasi yang ditemukan dalam literatur.

Hasil dari tinjauan literatur dan analisis konseptual ini akan digunakan untuk memperoleh pemahaman yang lebih dalam tentang maqamat dan ahwal serta hubungan mereka dengan kehidupan manusia. Implikasi praktis dari konsep-konsep ini dalam kehidupan sehari-hari juga akan dibahas dan dieksplorasi.

Adapun batasan dan keterbatasan dari metode tinjauan literatur dan analisis konseptual adalah ketergantungan pada literatur yang ada dan interpretasi penulis terhadap konsep-konsep tersebut. Oleh karena itu, penting untuk memilih literatur yang berkualitas dan mendapatkan pemahaman yang komprehensif melalui analisis yang cermat.

Dengan menggunakan metode ini, diharapkan penelitian ini dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang maqamat dan ahwal serta kontribusi mereka terhadap pengembangan diri dan kehidupan spiritual manusia.

PEMBAHASAN

  • Geografis Cirebon

Cirebon adalah sebuah kota yang terletak di provinsi Jawa Barat, Indonesia, dan terletak di pesisir utara Pulau Jawa. Wilayah geografisnya memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk sejarah, budaya, dan perkembangan ekonomi Cirebon. Mari kita menjelajahi lebih jauh latar belakang geografis yang menggambarkan Cirebon.

Cirebon terletak sekitar 210 kilometer di sebelah timur Jakarta, ibu kota Indonesia. Kota ini terletak di antara Jakarta dan Surabaya, dua kota terbesar di Indonesia, yang membuatnya menjadi titik penting dalam jaringan transportasi dan perdagangan di pulau Jawa.

Salah satu fitur geografis yang paling mencolok di Cirebon adalah keberadaannya di pesisir utara Pulau Jawa. Kota ini menghadap langsung ke Laut Jawa, yang memberikan akses langsung ke jalur perdagangan maritim yang sangat sibuk. Laut Jawa tidak hanya menyediakan transportasi yang efisien, tetapi juga menjadi sumber kehidupan yang penting untuk nelayan setempat.

Cirebon, seperti sebagian besar wilayah Indonesia, memiliki iklim tropis yang panas sepanjang tahun. Ini membuatnya cocok untuk pertanian dan pertanian. Tanah subur di sekitar Cirebon mendukung pertanian padi, tebu, dan berbagai jenis tanaman tropis lainnya. Iklim yang hangat dan curah hujan yang cukup juga mendukung kehidupan hewan dan tumbuhan yang kaya di kawasan ini.

Di sebelah selatan Cirebon terdapat Gunung Ceremai, yang merupakan gunung tertinggi di Jawa Barat. Pegunungan ini memiliki peran penting dalam penyediaan air untuk pertanian dan industri di Cirebon. Selain itu, Gunung Ceremai juga menjadi destinasi wisata alam yang populer bagi para pendaki dan pencinta alam.

Cirebon dikelilingi oleh sejumlah situs bersejarah, seperti situs-situs kerajaan pra-Islam dan peninggalan kolonial Belanda. Salah satu situs bersejarah yang terkenal adalah Keraton Kasepuhan, yang merupakan istana kerajaan yang dibangun oleh Sultan pertama Cirebon pada abad ke-16. Istana ini merupakan simbol keagungan dan budaya kaya yang ada di Cirebon.

Latar belakang geografis Cirebon yang strategis sebagai titik pertemuan berbagai rute perdagangan maritim telah membawa berbagai pengaruh budaya ke wilayah ini. Cirebon menjadi tempat bagi berbagai etnis dan komunitas budaya, yang menciptakan lingkungan yang kaya akan keanekaragaman budaya. Keanekaragaman ini tercermin dalam seni, musik, tarian, kuliner, dan tradisi unik yang ada di Cirebon.

Latar belakang geografis Cirebon yang terletak di pesisir utara Pulau Jawa, dengan akses ke Laut Jawa, iklim tropis, dan berbagai fitur alam lainnya, telah memainkan peran penting dalam membentuk sejarah, budaya, dan ekonomi wilayah ini. Keindahan dan keanekaragaman geografis Cirebon merupakan faktor yang penting dalam menentukan kehidupan masyarakatnya dan menjadikannya salah satu pusat budaya dan sejarah yang menarik di Indonesia.

  •  Jejak Kerajaan Pra-Islam di Cirebon 

Cirebon memiliki jejak yang kaya dari masa pra-Islam yang telah membentuk sejarah dan budaya wilayah ini. Ini adalah periode sejarah yang sangat penting yang mencakup berbagai kerajaan yang ada sebelum agama Islam diperkenalkan. Mari kita menjelajahi lebih dalam tentang jejak kerajaan pra-Islam di Cirebon.

Kerajaan Galuh

Salah satu kerajaan terawal yang mencetak jejaknya di wilayah Cirebon adalah Kerajaan Galuh. Kerajaan ini diyakini berdiri sekitar abad ke-7 hingga abad ke-10 Masehi. Galuh terkenal karena sistem pemerintahannya yang maju dan terorganisir. Mereka juga memiliki budaya yang kaya, yang tercermin dalam seni, arsitektur, dan tradisi mereka.

Kerajaan Galuh meninggalkan banyak peninggalan bersejarah, termasuk prasasti-prasasti dan artefak seni. Ini memberikan wawasan penting tentang bagaimana masyarakat pra-Islam di Cirebon hidup dan berinteraksi.

Kerajaan Tarumanegara

Kerajaan Tarumanegara adalah kerajaan Buddha yang berkuasa di wilayah Cirebon pada abad ke-5 hingga ke-7 Masehi. Mereka dikenal karena mengembangkan agama Buddha dan memiliki budaya yang terkait. Penyelidikan arkeologi telah mengungkapkan peninggalan seperti stupa dan arca yang merupakan bukti sejarah dari masa ini.

Kerajaan Sunda Galuh

Salah satu kerajaan yang paling penting dalam sejarah Cirebon adalah Kerajaan Sunda Galuh. Kerajaan ini berdiri dari abad ke-7 hingga abad ke-16 Masehi. Pusat pemerintahan Sunda Galuh terletak di Pedukuhan Tegal Alang-Alang (dahulu dikenal sebagai "Kawali"), yang merupakan bagian integral dari Cirebon.

Kerajaan Sunda Galuh adalah salah satu kerajaan terbesar di Pulau Jawa pada masanya dan memiliki pengaruh besar dalam pengembangan budaya dan struktur sosial di wilayah ini. Mereka memiliki sistem pemerintahan yang terorganisir dengan baik dan meninggalkan banyak peninggalan bersejarah seperti prasasti, seni, dan arsitektur.

Pusat pemerintahan di Pedukuhan Tegal Alang-Alang adalah pusat keputusan politik, administrasi, dan budaya yang berpengaruh. Jejak-jejak penting dari masa ini masih dapat ditemukan di sana, termasuk situs-situs bersejarah dan peninggalan kerajaan.

Keberlanjutan Budaya

Meskipun zaman telah berubah, Pedukuhan Tegal Alang-Alang dan masyarakat setempat tetap memelihara warisan budaya dari masa pra-Islam. Tradisi adat, upacara keagamaan, dan seni tradisional terus berkembang di wilayah ini. Ini adalah contoh nyata bagaimana budaya dan sejarah masa lalu terus hidup dan relevan dalam kehidupan masyarakat Cirebon saat ini.

Jejak kerajaan pra-Islam di Cirebon, terutama Kerajaan Galuh, Kerajaan Tarumanegara, dan Kerajaan Sunda Galuh, adalah bagian penting dari sejarah dan budaya wilayah ini. Mereka meninggalkan peninggalan bersejarah yang memberikan wawasan tentang kehidupan, budaya, dan struktur sosial masyarakat pra-Islam di Cirebon. Pedukuhan Tegal Alang-Alang, yang menjadi pusat pemerintahan Kerajaan Sunda Galuh, tetap menjadi saksi bisu dari masa lalu yang kaya ini, mengingatkan kita akan pentingnya melestarikan warisan budaya untuk generasi mendatang.

  •  Keagungan dan Warisan Budaya Pedukuhan Tegal Alang-Alang 

Pedukuhan Tegal Alang-Alang adalah salah satu tempat yang memiliki keberlanjutan budaya yang sangat kuat di Cirebon. Pedukuhan ini memiliki peran yang sangat penting dalam sejarah dan perkembangan wilayah ini, terutama sebagai pusat pemerintahan Kerajaan Sunda Galuh. Di bawah ini, kami akan menjelaskan lebih rinci tentang Pedukuhan Tegal Alang-Alang dan keberlanjutan budayanya.

Pedukuhan Tegal Alang-Alang adalah tempat di mana Ratu Galuh, yang merupakan pemimpin Kerajaan Sunda Galuh, memerintah. Pusat pemerintahan ini adalah tempat di mana berbagai aspek pemerintahan, seperti keputusan politik, administrasi, dan budaya, berpusat. Dalam hal ini, Pedukuhan Tegal Alang-Alang memiliki peran penting dalam membentuk kebijakan dan kehidupan sehari-hari masyarakat di wilayah Cirebon pada masa itu.

Arsitektur keraton dan istana di Tegal Alang-Alang mencerminkan kejayaan Kerajaan Sunda Galuh. Bangunan-bangunan ini dihiasi dengan seni dan ukiran yang indah, yang mencerminkan kemegahan kerajaan pada masanya. Sejumlah artefak bersejarah dan peninggalan dari masa ini masih dapat ditemukan di sekitar Tegal Alang-Alang, seperti prasasti-prasasti dan arca-arca bersejarah.

Selain sebagai pusat pemerintahan, Pedukuhan Tegal Alang-Alang juga menjadi pusat kehidupan budaya dan tradisi masyarakat Cirebon. Di sini, seni, musik, tarian, dan budaya lokal berkembang dengan baik. Berbagai bentuk seni tradisional, seperti tari Topeng Cirebon dan wayang kulit, masih dipertahankan dan dipraktikkan oleh masyarakat setempat.

Upacara adat dan ritual keagamaan juga berlangsung di Pedukuhan Tegal Alang-Alang. Ini mencakup upacara pernikahan adat, upacara kelahiran, dan ritual-ritual keagamaan yang mengikuti tradisi lama yang diberikan oleh leluhur mereka.

Salah satu aspek yang paling menarik dari Pedukuhan Tegal Alang-Alang adalah keberlanjutan budayanya. Meskipun banyak perubahan yang terjadi sepanjang waktu, masyarakat di pedukuhan ini tetap menjaga tradisi dan warisan budaya mereka dengan cermat. Mereka berusaha untuk melestarikan nilai-nilai, ritus, dan kepercayaan yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.

Banyak warga Pedukuhan Tegal Alang-Alang yang masih aktif dalam menjaga seni tradisional dan melibatkan generasi muda dalam kegiatan budaya. Inisiatif seperti sekolah seni lokal dan kelompok-kelompok seni membantu mengamankan keberlanjutan seni tradisional Cirebon.

Pedukuhan Tegal Alang-Alang adalah titik fokus penting dalam sejarah dan budaya Cirebon. Sebagai pusat pemerintahan Kerajaan Sunda Galuh, itu memiliki pengaruh yang besar dalam membentuk kebijakan dan budaya wilayah ini. Hari ini, pedukuhan ini tetap menjadi tempat di mana tradisi dan budaya berlanjut, mengingatkan kita akan pentingnya melestarikan warisan budaya untuk generasi mendatang. Tegal Alang-Alang adalah contoh yang hidup tentang bagaimana sejarah dan budaya masa lalu tetap relevan dalam kehidupan masyarakat modern.

  • Transformasi Budaya, Agama dan Masyarakat

Kedatangan Islam di Cirebon adalah peristiwa yang sangat signifikan dalam sejarah wilayah ini. Agama Islam membawa perubahan besar dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk budaya, agama, dan struktur sosial di Cirebon. Di bawah ini, kita akan menjelaskan lebih lanjut tentang pemengaruh Islam di Cirebon.

Penyebaran Islam

Islam pertama kali diperkenalkan di Cirebon pada abad ke-13 melalui para pedagang dan ulama dari Arab dan Gujarat. Namun, penyebaran agama ini menjadi lebih masif pada abad ke-16 ketika Sultan Sepuh Cirebon, Sunan Gunung Jati, memeluk Islam dan mendirikan Kerajaan Cirebon yang berbasis pada prinsip-prinsip Islam. Sunan Gunung Jati memainkan peran utama dalam menyebarkan agama Islam di wilayah ini, dan pengaruhnya sangat kuat.

Transformasi Budaya

Kedatangan Islam membawa perubahan besar dalam budaya Cirebon. Tradisi dan praktik budaya yang ada sebelumnya diintegrasikan dengan ajaran Islam, menciptakan budaya yang unik dan beragam. Misalnya, seni dan tari tradisional Cirebon menggabungkan unsur-unsur Islam dalam koreografi dan lirik mereka. Ini menghasilkan tarian-tarian seperti Tari Topeng Cirebon yang menceritakan cerita-cerita Islam melalui gerakan dan ekspresi seni.

Pusat Agama dan Pendidikan Islam

Cirebon menjadi pusat agama dan pendidikan Islam di wilayah tersebut setelah masuknya Islam. Mesjid-mesjid, pesantren, dan lembaga-lembaga pendidikan Islam tumbuh pesat di kota dan sekitarnya. Masyarakat Cirebon mulai menerapkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari mereka, termasuk dalam bidang pendidikan, hukum, dan ekonomi.

Struktur Sosial dan Pemerintahan

Agama Islam juga memengaruhi struktur sosial dan pemerintahan di Cirebon. Sistem pemerintahan yang didasarkan pada hukum Islam diterapkan dalam wilayah Kerajaan Cirebon. Raja-raja dan pemimpin lokal di Cirebon memiliki peran ganda sebagai penguasa dunia dan pemimpin agama. Mereka memimpin dengan menerapkan hukum-hukum Islam dan mengedepankan nilai-nilai agama dalam tata kelola.

Menciptakan Identitas Cirebon

Islam menjadi salah satu faktor yang paling mencirikan identitas Cirebon. Pemeluk Islam di Cirebon memiliki karakteristik budaya, bahasa, dan tradisi unik yang membedakan mereka dari komunitas Muslim di wilayah lain. Bahasa Cirebon, yang memiliki pengaruh Jawa dan Sunda, menjadi bahasa yang digunakan dalam komunikasi sehari-hari.

Keberlanjutan dan Pelajaran

Pemengaruh Islam di Cirebon tidak hanya berhenti di masa lalu. Hingga saat ini, agama Islam tetap menjadi inti kehidupan masyarakat Cirebon, dan tradisi-tradisi Islam terus diwariskan dari generasi ke generasi. Selain itu, Cirebon juga telah menjadi pusat studi Islam dan seni Islam yang penting di Indonesia.

Pemengaruh Islam di Cirebon adalah bagian integral dari sejarah dan budaya wilayah ini. Transformasi budaya, perkembangan agama, dan perubahan sosial yang dibawa oleh Islam telah membentuk identitas dan karakter unik Cirebon, dan warisan ini tetap hidup hingga saat ini. Dengan menjaga dan memahami sejarah ini, masyarakat Cirebon terus menghormati akar mereka sambil terus melangkah ke masa depan.

 

KESIMPULAN

Cirebon adalah sebuah wilayah yang kaya akan sejarah dan budaya yang memadukan unsur-unsur pra-Islam dengan pengaruh Islam dalam perkembangannya. Wilayah ini memiliki latar belakang geografis yang strategis sebagai kota pesisir yang menghadap langsung ke Laut Jawa, yang menjadi sumber kekayaan dan pengaruh budaya yang signifikan. Jejak kerajaan pra-Islam, seperti Kerajaan Galuh, Tarumanegara, dan terutama Kerajaan Sunda Galuh, telah membentuk fondasi budaya dan sejarah Cirebon. Pedukuhan Tegal Alang-Alang, sebagai pusat pemerintahan Kerajaan Sunda Galuh, menjadi saksi bisu dari masa lalu yang kaya ini.

Pemengaruh Islam di Cirebon adalah tonggak penting dalam sejarah wilayah ini. Kedatangan Islam membawa transformasi dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk budaya, agama, dan struktur sosial. Agama Islam menggabungkan diri dengan tradisi dan praktik budaya yang ada, menciptakan identitas budaya unik yang mencirikan Cirebon. Pusat agama dan pendidikan Islam berkembang pesat di wilayah ini, menjadikannya pusat kegiatan keagamaan dan pendidikan.

Sistem pemerintahan yang didasarkan pada hukum Islam juga memengaruhi tata kelola wilayah ini. Identitas Cirebon yang diwarnai oleh Islam telah membentuk bahasa, tradisi, dan karakter masyarakatnya. Keberlanjutan budaya ini adalah bukti kuat tentang bagaimana sejarah dan tradisi masa lalu tetap relevan dalam kehidupan masyarakat modern Cirebon. Keseluruhan, Cirebon adalah kota yang unik dan kaya, yang menggabungkan latar belakang geografis yang strategis, sejarah kerajaan pra-Islam yang megah, dan pengaruh Islam yang mendalam dalam menciptakan identitas dan budaya yang istimewa.

  

DAFTAR PUSTAKA

De Graaf, H.J., dan Pigeaud, Th.G.Th. (1985). Cirebon: Kasultanan Abad Ke-18. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.

Soejono, R.P. (1990). Katalog Candi Cirebon. Jakarta: Proyek Pengembangan Museum Nasional.

Djajadiningrat, Hoesein. (1983). Purwakala Cirebon dan Tegal. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Zoetmulder, P.J. (1995). A Critical Survey of Studies on the Languages of Java and Madura. Jakarta: Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya.

Higham, Charles. (1989). Dunia Dalam Berita: Arkeologi Indonesia. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.

Kartodirdjo, Sartono. (2008). Sejarah Nasional Indonesia I: Zaman Prasejarah dan Zaman Kuno. Jakarta: Balai Pustaka.

Muhaimin, A.G. (1995) The Islamic traditions of Cirebon : ibadat and adat among

Javanese muslims.

https://eprints.uny.ac.id/18597/4/Skripsi%20BAB%20II%2010406241005.pdf

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun