Mohon tunggu...
Dahlan Khatami
Dahlan Khatami Mohon Tunggu... Lainnya - blablablabla

Hanya menulis yang terlintas

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Selain Disuntik Jangan Lupa Mendapat Mulut yang Menyebalkan

23 April 2022   02:58 Diperbarui: 23 April 2022   03:07 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Setelah selesai ia diminta memberikan formulir yang ia miliki ke meja depan. Tempat tenaga kesehatan menanyakan data dirinya. “Sudah, silahkan”, ucap tenaga kesehatan dengan dingin. 

Anu hanya beranjak tanpa rasa bersalah dan tidak patut terhadap dirinya. Namun ia tetap menjalani prosedur suntikasi. Ia memberikan formulir pada pria muda berbaju batik dengan senyuman. Dan dirinya disambut dengan baik. 

“Sudah disuntik?”, tanya pria muda tersebut. “Sudah”, jawab Anu dengan perasaan bersalah dan tidak patut. Namun Anu tetap memberikan senyum sekaligus menyimpan sedih. “Baik. Bisa tunggu sertifikatnya dulu. Nanti menerima panggilan setelah selesai”, pria muda berbaju batik dengan ramah. 

Anu merasa bahwa keramahan yang ia dapatkan hanya teknis. Tanpa emosional dalam memberikan hal tersebut padanya. Ia hanya pergi ke tempat duduk yang berbaris dengan rapih. Melihat semua orang di sekelilingnya yang sama menunggunya dengan Anu. 

Seorang pria berkerah putih yang duduk di seberang kursi menatapnya. Ia merasa bahwa pria itu sama tidak menginginkannya dengan tenaga kesehatan tadi. Lantas Anu merasa tidak pantas merasa di sini. Pandangannya terbuang ke lantai ia hanya tertunduk memandanginya. Barang kali hanya lantai yang menerima Anu di ruangan itu. “Anu”, teriak seseorang yang sedang berdiri.

“Harus ke meja depan sana”, ucap temannya tersebut sambil menunjukkan dengan jarinya. Petugas kesehatan perempuan beranjak dari kursi nyamannya untuk menuju yang dimaksud temannya. 

Berjalan melewati temannya ia misu-misu dengan apa yang dialaminya. “Emang rempong”, ucap teman petugas kesehatan perempuan. 

Ia mengamini bahwa rempong untuk melakukan hal tersebut. Ani merasa aneh bahwa pekerjaan yang memang untuk melayani dikatakan rempong. Ketika kembali petugas kesehatan perempuan tersebut membuka ponselnya. Untuk memeriksa surat suntik Anu bersama temannya. 

“Haahhh untung saja hampir lewat”, ujar petugas kesehatan perempuan. Temannya pun ikut merasa lega sambil melihat layar ponselnya. “Tanggalnya sama hanya bulannya berbeda. Jika lewat satu hari maka harus mengulang vakisnasi dari pertama”, ujar petugas kesehatan perempuan. 

“Iya, saya telat badan saat hari suntikasi dosis kedua”, Ani menjelaskan alasannya.  “Memang kenapa telat? Covid?”, Tanya petugas kesehatan perempuan dengan ketus. “Bukan, hanya tidak enak badan karena lelah”, jawab Ani dengan perasaan sakit. Ani merasa tidak enak badan hanya di pagi hari. 

Pada siang hari ia merasa badannya enak karena melanjutkan tidurnya semalam. Dan Ani menggu lengan baju kausnya untuk disuntik suntik Auranekat dosis 2. Disuntikannya dengan terasa tidak pelan dan terkesan kasar saat menusukkannya. Ia pun merasa terkaget sekaligus sakit namun hanya diam karena tidak ingin ada kata seperti tadi yang didengarnya. “Sakit sekali rasa tusukan jarum ini”, gumam Anu dengan wajah datar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun