“Makna cinta dari ketulusan hati.”
“Belum cukupkah apa yang telah mereka beri?”
“Akal, apa yang harus aku jawab untuk pertanyaan ini? Mereka mengatakan cinta datang dari mata turun kehati. Lalu bagaimana dengan mereka yang tidak dapat melihat dengan mata, haruskah aku mengatakan hal yang sama?”
“Kalau itu permasalahannya, coba tanyakan telinga.”
Kutundukkan wajah dengan penuh rasa malu, aku ragu apakah telinga berkenan untuk menerima kebodohanku. Aku terdiam sesaat, sebelum kemudian,
“Wahai telinga, sudikah engkau memberi tahu?”
“Saudaraku, bagi mereka yang tidak dapat melihat, cinta datang dari telinga turun ke hati.”
“Lalu, dengan apa engkau memutuskan itulah cinta?”
“Dengan suara yang keluar dari rasa.”
“Dari mana engkau mendapatkan rasa itu?”
“Terus terang, dari hati.”