“Semua itu aku lakukan untuk membuatmu cemburu. Tapi sayangnya, kamu kelihatan baik-baik saja”
“Aku…aku…”
“Dra…adakah sesuatu yang ingin kamu katakan kepadaku?”
Aku termenung. Apakah harus kukatakan. Bukankah rasa itu sudah tak mungkin. Aku sudah bahagia dengan kehidupanku saat ini. Apakah masih penting rasa di masa lalu itu?
“Dra?”
“Karen.”
Hening terasa di ruang maya kami. Ruang untuk lari sejenak dari bahagia nyata, terkurung dalam kebahagian semu yang aku sendiri tak tahu untuk apa.
“Andai waktu itu aku katakan aku suka padamu, apa jawabanmu?”
“Pasti Ya”
Dunia seakan berhenti sejenak. Bayangan kenangan seperti lembaran foto yang berterbangan, lalu satu persatu berbaris rapi berputar di sekililing kepala. Karen, perempuan dengan banyak pemuja itu menyukaiku. Berapa banyak laki-laki? Teman sekelas, adik kelas, sesama angkatan, kakak kelas, mahasiswa bahkan guru. Lihatlah siapa juaranya. Aku!. Si kerempeng, lusuh dan hitam ini yang dia pilih.
“Dra, kamu menyesal?”