Konservasi hewan biasanya didiskusikan dalam ranah ilmiah seperti biologi, ekologi, atau kebijakan lingkungan. Namun, pendekatan humaniora, khususnya melalui sastra, seringkali terabaikan meskipun sastra memiliki potensi besar untuk meningkatkan kesadaran dan membangun empati. Sastra dapat menawarkan narasi yang kuat untuk menggambarkan dampak eksploitasi hewan dan menginspirasi pembaca untuk terlibat dalam upaya pelestarian.
Lalu, apa fungsi penting sastra untuk konservasi hewan ?
1. Sebagai pembangun empati dan kesadaran:
Karya sastra sering menggunakan karakter hewan sebagai simbol maupun tokoh utama. Dengan narasi yang emosional, sastra diharapkan mampu membuat masyarakat memahami penderitaan hewan akibat eksploitasi atau perusakan habitat. Contohnya: Lagu dengan genre hip hop, karya Tuan Tigabelas yang berjudul "Last Roar". Lagunya berisi bagaimana keserakahan manusia menyebabkan harimau sumatera menjadi salah satu hewan terancam punah di indonesia.
2. Sarana untuk menyampaikan kritik sosial:
Sastra sering digunakan untuk menyampaikan kritik terhadap eksploitasi sumber daya alam dan hewan. Misalnya: Pada lagu yang sama, Tuan Tigabelas menyampaikan kritiknya terkait perburuan harimau sumatera dan eksploitasi hutan yang kemudian dijadikan lahan kelapa sawit.
3. Menjadi pelengkap data ilmiah :Â
Jika ilmu pengetahuan berbicara dengan data, maka sastra berbicara dengan cerita. Sastra dapat menjangkau dengan cakupan yang lebih luas, termasuk masyarakat awam yang tidak mengenal istilah ilmiah, dengan menyampaikan pesan melalui kisah yang menyentuh dan lebih mudah dimengerti.
Apa dampak jika Isu Ini diangkat melalui pandangan sastra ?
1. Peningkatan Kesadaran Publik:
Dengan mengangkat tema konservasi hewan ke dalam narasi sastra, masyarakat bisa lebih peduli terhadap isu ini. "Anak gw setelah nonton ini nangis bertanya 'apa yang terjadi pada harimau-nya Daddy?' Keep inspiring our youth T13, Donerro and Muztang" kata salah satu akun dengan nama @SoniChill di kolom komentar.