Contoh Aplikasi dalam Audit Perpajakan
Misalnya, sebuah UKM melaporkan omzet yang lebih rendah dari kenyataan karena kurang memahami peraturan pajak. Auditor menemukan perbedaan ini dan berdiskusi dengan WP, bukan hanya untuk memperbaiki laporan pajak, tetapi juga memberikan edukasi tentang pengelolaan pajak yang lebih baik.
B. Why
Berbeda dengan Dialektika Hegelian yang berfokus pada logika konflik, Dialektika Hanacaraka membawa perspektif berbasis harmoni yang berakar pada nilai-nilai budaya lokal. Filosofi ini sangat relevan dalam konteks sosial dan budaya Indonesia, di mana hubungan antarindividu dan pendekatan dialog sering kali menjadi kunci keberhasilan penyelesaian masalah.
1. Menghormati Nilai-Nilai Budaya Lokal
Indonesia memiliki keragaman budaya yang kaya, termasuk dalam cara masyarakat menyelesaikan konflik. Pendekatan Hanacaraka mencerminkan filosofi Jawa yang menekankan:
- Harmoni dalam hubungan antarindividu: WP dan auditor dianggap sebagai mitra, bukan pihak yang berlawanan.
- Dialog berbasis kerja sama: Penyelesaian sengketa dilakukan dengan komunikasi yang menghargai perbedaan.
Dengan menggunakan pendekatan ini, auditor dapat membangun kepercayaan dengan WP, yang penting untuk menciptakan kepatuhan sukarela.
2. Mengatasi Ketegangan dalam Proses Audit
Proses audit sering kali dipandang sebagai sesuatu yang mengintimidasi oleh WP. Pendekatan Hanacaraka membantu mengurangi ketegangan dengan menggambarkan audit sebagai proses pembelajaran bersama. Setiap tahapan dalam Hanacaraka---dari Ha-Na-Ca-Ra-Ka hingga Ma-Ga-Ba-Tha-Nga---menggarisbawahi bahwa audit bukan hanya tentang menemukan kesalahan, tetapi juga tentang meningkatkan pemahaman.
3. Relevansi dalam Konteks UKM dan Masyarakat Lokal