Mohon tunggu...
Daffa Mahardhika
Daffa Mahardhika Mohon Tunggu... Akuntan - Finance

Mahasiswa Magister Akuntansi - NIM 55523110019 - Fakultas Ekonomi dan Bisnis - Universitas Mercu Buana - Pemeriksaan Pajak - Prof. Dr. Apollo Daito, S.E., Ak., M.Si., CIFM., CIABV., CIABG

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Diskursus Model Dialektika Hegelian, dan Hanacaraka pada Auditing Perpajakan

29 November 2024   21:26 Diperbarui: 29 November 2024   21:40 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

4. Sinergi antara Model Dialektika Hegelian dan Hanacaraka

Meskipun kedua model ini memiliki fokus yang sangat berbeda, mereka saling melengkapi dan dapat digunakan secara bersamaan untuk menciptakan sistem audit perpajakan yang lebih komprehensif dan holistik. Dengan menggabungkan prinsip-prinsip dari kedua model ini, proses audit menjadi lebih seimbang antara analisis berbasis data dan pendekatan berbasis hubungan sosial.

  • Pendekatan Hegelian akan memastikan bahwa data dan regulasi yang ada menjadi dasar dalam analisis, sedangkan pendekatan Hanacaraka akan menciptakan komunikasi yang lebih manusiawi, edukatif, dan berbasis pada nilai-nilai sosial. Sinergi ini sangat berguna dalam menghadapi beragam jenis wajib pajak, mulai dari perusahaan besar hingga individu atau UKM, yang memiliki karakteristik berbeda-beda.
  • Dalam dunia yang semakin terhubung dengan teknologi, penerapan teknologi canggih dalam sistem perpajakan, seperti penggunaan SIKP (Sistem Informasi dan Komunikasi Pajak) dan big data analytics, memberikan kemudahan dalam melakukan analisis data yang lebih cepat, namun tetap harus diimbangi dengan pendekatan yang lebih berbasis pada hubungan sosial yang baik, yang dapat dilakukan melalui dialog personal dan komunikasi yang terbuka.
  • Proses audit yang lebih transparan dan berbasis pada pendidikan dapat menciptakan kepatuhan pajak yang lebih tinggi, di mana WP memahami kewajiban mereka dan melaksanakan kewajiban tersebut dengan penuh kesadaran. Sementara itu, pendekatan yang berbasis data dan peraturan tetap menjaga integritas dan objektivitas sistem audit.

5. Implikasi Praktis Penggabungan Kedua Model dalam Sistem Audit Perpajakan

Penggabungan kedua model ini membawa berbagai manfaat praktis yang sangat signifikan dalam implementasi audit perpajakan:

  • Efisiensi dalam Penyelesaian Sengketa Pajak: Kombinasi antara pendekatan berbasis data (Hegelian) dan pendekatan berbasis hubungan sosial (Hanacaraka) dapat membantu menciptakan solusi yang cepat dan adil dalam menyelesaikan sengketa perpajakan. Ketika terjadi perbedaan pandangan antara auditor dan WP, pendekatan Hegelian dapat memberikan analisis berbasis data yang obyektif, sedangkan pendekatan Hanacaraka memungkinkan untuk membangun kesepahaman dan mencari penyelesaian secara damai.
  • Meningkatkan Kepatuhan Pajak: Dengan pendekatan Hanacaraka yang lebih fokus pada edukasi dan komunikasi, wajib pajak akan lebih memahami kewajiban mereka dan merasa dihargai dalam proses audit. Hal ini dapat meningkatkan tingkat kepatuhan pajak, terutama bagi WP yang tidak sengaja melakukan kesalahan dalam pelaporan pajak mereka.
  • Membina Hubungan yang Lebih Baik: Melalui pendekatan Hanacaraka, audit perpajakan dapat berfungsi tidak hanya sebagai alat kontrol, tetapi juga sebagai sarana untuk membangun hubungan yang lebih baik antara pemerintah dan wajib pajak, serta menciptakan budaya perpajakan yang lebih positif.
  • Penerapan Teknologi dalam Audit Perpajakan: Penerapan teknologi seperti big data analytics dan cloud computing dalam audit perpajakan sangat mendukung model Hegelian, namun juga bisa dikombinasikan dengan pendekatan sosial budaya melalui platform edukasi perpajakan yang lebih personal dan langsung.

6. Tantangan dan Hambatan dalam Mengimplementasikan Kedua Model

Meski keduanya menawarkan potensi yang sangat besar dalam meningkatkan kualitas audit perpajakan, implementasi kedua model ini tidak tanpa tantangan:

  • Perbedaan Antara Sektor Besar dan UKM: Model Hegelian mungkin lebih cocok untuk perusahaan besar yang memiliki tim pajak dan sistem yang lebih terorganisir, sedangkan model Hanacaraka lebih relevan untuk usaha kecil dan menengah yang mungkin lebih membutuhkan pembinaan dan pendidikan terkait perpajakan.
  • Keterbatasan Sumber Daya: Implementasi sistem yang menggabungkan pendekatan berbasis teknologi dan sosial membutuhkan sumber daya yang cukup besar, baik dari segi pelatihan auditor, pengembangan sistem teknologi, maupun pendidikan kepada wajib pajak.
  • Perbedaan Pemahaman Budaya: Di Indonesia, meskipun pendekatan berbasis budaya sangat penting, tidak semua auditor atau WP dapat dengan mudah memahami dan mengimplementasikan nilai-nilai sosial dan budaya secara efektif.

Daftar Pustaka

  1. Budi, A. (2019). Audit Perpajakan: Pendekatan dan Teknik dalam Praktek Audit Pajak di Indonesia. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.

  2. Hegel, G. W. F. (2000). Science of Logic. Translated by A. V. Miller. London: George Allen & Unwin.

  3. Hery, S. (2018). Dasar-Dasar Perpajakan dan Audit Perpajakan di Indonesia. Yogyakarta: Andi Offset.

  4. Kuntjoro, S., & Hadi, M. (2017). Implementasi Dialektika dalam Praktik Audit: Perspektif Hegelian dan Budaya Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

  5. HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    4. 4
    5. 5
    6. 6
    7. 7
    8. 8
    9. 9
    10. 10
    11. 11
    12. 12
    13. 13
    14. 14
    15. 15
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
    Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun