Umar kemudian mendatangi pemuka Quraisy lainnya, tetapi mereka segera menolak dan mengejek keputusan Umar. Mereka tidak bisa memahami bagaimana seorang seperti Umar, bisa berubah untuk mengikuti ajaran yang selama ini mereka tentang.
Di Ka'bah: Pengumuman Terbuka
Umar kemudian pergi ke Ka'bah, tempat orang-orang Quraisy masih sering berkumpul. Di sana, ia bertemu dengan Jamil bin Ma'mar al-Jamahi, seorang yang terkenal sebagai penyebar berita di Mekah.
Umar memberitahu Jamil tentang keislamannya. Jamil segera mengumumkannya dengan lantang kepada seluruh orang Quraisy.Â
Mendengar berita itu, beberapa pemuda Quraisy berkumpul untuk menyerang Umar. Mereka merasa bahwa pengkhianatan Umar terhadap tradisi leluhur Quraisy adalah sesuatu yang tidak bisa diterima.Â
Namun, seorang Syekh bernama Al-Aas bin Wail datang dan membela Umar. Ia mengatakan bahwa setiap manusia, termasuk Umar, berhak memilih agamanya sendiri.
Dalam konteks ini, Umar yang dikenal sebagai seorang pemberani tidak menunjukkan rasa takut sedikit pun. Bahkan, ia menantang orang-orang Quraisy untuk menyerangnya jika mereka memiliki keberanian.
Keberanian Umar dalam menghadapi ancaman tersebut membuat banyak orang terkesima, termasuk beberapa dari mereka yang mulai meragukan keyakinan mereka sendiri. Umar memperlihatkan ketegasan yang luar biasa dan tidak ragu sedikit pun dalam mengakui keimanannya di depan umum.
Semangat Umar untuk Berani Menyampaikan Kebenaran
Pertanyaannya kepada Rasulullah
Setelah secara terbuka mengumumkan keimanannya, Umar mendatangi Rasulullah dan bertanya, "Wahai Rasulullah, bukankah kita berada di pihak yang benar?"Â
Rasulullah menjawab, "Tentu saja, kita berada di pihak yang benar."Â
Umar kemudian bertanya, "Jika demikian, mengapa kita harus bersembunyi? Bukankah sudah saatnya kita menyatakan keimanan kita secara terbuka?"Â
Pertanyaan Umar ini mencerminkan keinginannya yang besar untuk mengubah situasi umat Muslim, yang saat itu harus bersembunyi dari ancaman Quraisy berubah menjadi lebih berani.