Rasulullah bertanya, "Wahai Umar, sampai kapan engkau akan menyimpang dari jalan kebenaran? Tidakkah sudah tiba waktunya engkau menerima kebenaran?" Pertanyaan ini langsung menusuk hati Umar.
Umar yang hatinya telah tersentuh oleh ajaran Islam menjawab, "Sungguh, telah tiba saatnya bagiku untuk menerima kebenaran. Aku datang untuk menyatakan imanku kepada Islam."Â
Mendengar pernyataan itu, Rasulullah segera mengulurkan tangannya dan Umar menjabatnya dengan penuh penghormatan. Umar kemudian mengucapkan syahadat, "Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah, dan Muhammad adalah utusan Allah."
Pada saat itu, suasana pun langsung menjadi haru. Semua orang yang berada di Rumah Al-Arqam menyaksikan perubahan besar dalam diri Umar.Â
Seorang yang begitu keras kepala dan selalu berseberangan dengan dakwah Islam, kini berubah menjadi pribadi yang berdiri sebagai seorang Muslim dan Mujahid.Â
Air mata kebahagiaan terlihat di wajah para sahabat. Mereka melihat bagaimana hidayah Allah dapat mengubah hati manusia, bahkan hati yang paling keras sekalipun.
Sambutan Kaum Muslimin dan Berita Gembira dari Jibril
Pernyataan keimanan Umar disambut dengan penuh suka cita oleh kaum Muslimin yang hadir. Mereka serentak berseru, "Allahu Akbar!"Â dan satu per satu memeluk Umar. Pada saat itu, Umar menjadi orang keempat puluh yang menerima Islam.
Bahkan, Jibril, malaikat yang diutus oleh Allah , menyampaikan selamat kepada Rasulullah atas mualafnya Umar. Ini menandakan betapa pentingnya momen masuk Islamnya Umar bagi komunitas Muslim.Â
Jibril menyampaikan kabar bahwa para penghuni langit turut bergembira dengan keislaman Umar. Kabar Jibril menjadi pertanda bahwa keislaman Umar akan memberikan dampak besar terhadap perkembangan dakwah Islam di Mekah.
Umar Mengumumkan Keislamannya
Konfrontasi dengan Abu Jahal
Setelah masuk Islam, Umar merasa perlu untuk mengumumkan keimanannya. Ia pertama kali pergi ke rumah pamannya, Abu Jahal, yang selama ini dikenal sangat menentang ajaran Islam.
Ketika Umar mengatakan bahwa ia telah menjadi seorang Muslim, Abu Jahal marah dan mengusirnya. Abu Jahal bahkan berkata dengan sinis bahwa Umar tidak mungkin mengikuti ajaran Muhammad . Namun, Umar dengan tegas menyatakan bahwa keputusannya untuk mengikuti risalah Nabi Muhammad adalah sudah bulat.