Mohon tunggu...
Daffa Fadiil Shafwan Ramadhan
Daffa Fadiil Shafwan Ramadhan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Fresh Graduate Sarjana Hukum di UPN Veteran Jakarta

"Kepriyayian bukan duniaku. Peduli apa iblis diangkat jadi mantri cacar atau diberhentikan tanpa hormat karena kecurangan? Duniaku bukan jabatan, pangkat, gaji dan kecurangan. Duniaku bumi manusia dengan persoalannya," ungkap Pramoedya A. Toer dalam Tetralogi Buru.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Ketegangan Geopolitik & Masa Depan Dewan Keamanan PBB dalam Kompetisi Kekuatan Besar

7 Januari 2025   13:15 Diperbarui: 26 November 2024   02:24 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar tentang Dewan Keamanan (Sumber: Modern Diplomacy)

Sejumlah analisis menawarkan penjelasan tentang perubahan perilaku Rusia di Dewan Keamanan PBB. Rusia tampaknya semakin memanfaatkan hak vetonya untuk tujuan taktis demi mendukung sekutunya, seperti Mali, Suriah, dan Korea Utara. Pendekatan ini menunjukkan pergeseran dari sikap kompromis ke tindakan yang lebih strategis dan oportunistik.

  • Veto Sebagai Alat Taktis: Rusia menggunakan veto untuk memberikan perlindungan kepada negara-negara sahabat dan kliennya dalam situasi tertentu. Langkah ini menunjukkan upaya Rusia untuk memperkuat hubungan strategisnya dengan negara-negara tersebut sekaligus mengganggu kepentingan-kepentingan Barat.
  • Strategi Gangguan Sistematik: Selain veto, Rusia juga menggunakan pendekatan lain untuk menciptakan hambatan di DK PBB. Michael Kimmage dan Hannah Notte pernah mencatat bahwa diplomat Rusia telah menimbulkan kekacauan prosedural, seperti mengajukan proposal yang berisi pertentangan keinginan dengan resolusi a la Barat, sehingga memperlambat proses pengambilan keputusan.
  • Dekonstruksi Nilai DK PBB bagi Rusia: Beberapa pengamat, seperti Dmitri Trenin, mencatat bahwa perang Ukraina telah mengubah DK PBB hanya menjadi arena retorika dan propaganda, bukan tempat diskusi konstruktif yang membahas problem dunia. Hal ini mungkin mendorong Rusia untuk meragukan relevansi DK PBB dalam mendukung kepentingannya.

2. Dinamika Peran China

China, di sisi lain, menunjukkan perilaku yang lebih kompleks. Ada dua interpretasi utama tentang sikapnya di DK PBB:

  • Kompromi dengan Barat: Salah satu pandangan dari beberapa analis geopolitik mengatakan bahwa China, secara umum, masih menginginkan kerja sama yang stabil dengan AS dan sekutunya di PBB. Namun, China menghadapi tantangan dalam upayanya untuk mempengaruhi Rusia yang tidak konsisten dan sering mengambil langkah sepihak.
  • Pasifitas yang Terencana: Alternatif lainnya adalah bahwa China sengaja mengambil peran yang lebih pasif untuk menghindari konflik langsung, sambil memanfaatkan beragam tantangan Rusia terhadap Barat untuk keuntungannya sendiri. Pasifitas ini memungkinkan China menjaga citra diplomatiknya tanpa kehilangan pengaruh strategis.

F. Dampak Ketegangan Geopolitik pada Diplomasi DK PBB

1. Konflik Israel-Hamas

Konflik antara Israel dan Hamas juga menjadi salah satu contoh nyata bagaimana ketegangan geopolitik telah mengubah dinamika di dalam DK PBB. Penggunaan hak veto oleh AS untuk melindungi Israel telah memicu frustrasi sebagian besar anggota PBB, termasuk negara-negara bermayoritas Muslim seperti Arab, Indonesia, dan Malaysia. Rusia melihat ini sebagai peluang untuk menyerang posisi AS, dengan menuduhnya menerapkan “standar ganda.” Sikap Rusia ini bahkan membuat diplomat Arab—yang juga pro-AS—merasa tidak nyaman.

China, meskipun kurang agresif dalam mengkritik AS, juga tetap menunjukkan ketidaksetujuannya. DK PBB, yang idealnya menjadi tempat untuk mengurangi risiko diplomasi, kini lebih menyerupai panggung untuk saling mempermalukan antaranggota P5.

2. Resolusi dan Inovasi di Tengah Ketegangan

Meskipun ketegangan geopolitik meningkat, DK PBB tetap menjalankan fungsi dasarnya di isu-isu yang tidak secara langsung terkait dengan kepentingan inti anggota P5. Pada tahun 2023, DK PBB berhasil meloloskan hampir 50 resolusi, meskipun kredibilitas politik dari resolusi tersebut terbilang lemah, akibat banyaknya anggota yang abstain, termasuk China dan Rusia. Beberapa pencapaian penting meliputi:

  • Stabilisasi Haiti: DK PBB mencoba memformulasikan strategi baru untuk menstabilkan situasi di Haiti, yang menunjukkan upaya lembaga ini untuk beradaptasi dengan tantangan kontemporer.
  • Pendanaan Operasi Perdamaian Uni Afrika: DK PBB juga mendukung pengaturan baru untuk membantu pendanaan operasi penegakan perdamaian yang dipimpin oleh Uni Afrika.

Abstain oleh anggota seperti China, Rusia, atau AS (dalam isu Gaza) menunjukkan kerja sama yang sangat-sangat minim dan sungguh tidak bersahabat, tetapi tetap memungkinkan beberapa bentuk keputusan bersama dalam waktu yang akan datang.

G. Skenario Masa Depan DK PBB

Dinamika Dewan Keamanan PBB (DK PBB) di era kompetisi kekuasaan besar sebagaiman telah diterangkan sebelumnya, memunculkan sejumlah skenario masa depan yang memungkinkan. Dalam konteks ini, tiga skenario utama dapat dibayangkan sebagai gambaran DK PBB pada masa depan, meskipun prospek reformasi DK PBB tetap sangat kecil bila dibandingkan dengan kemungkinan terjadinya malfungsi lebih lanjut.

1. Skenario 1: “New Normal” yang Stabil

Dalam skenario ini, keadaan DK PBB saat ini akan dianggap sebagai “keadaan normal baru” yang berkelanjutan. Meski terbatas oleh ketegangan antar-P5, DK PBB akan terus mengawasi sejumlah operasi perdamaian, upaya mediasi, dan inisiatif-inisiatif lain di wilayah yang tidak terlalu berkaitan dengan kepentingan negara-negara P5 secara langsung.

  • Ciri Utama: Operasi DK PBB hanya akan berfokus pada isu-isu di mana kepentingan geopolitik anggota tetap tidak bertentangan secara langsung. Contohnya adalah misi stabilisasi di Haiti atau pendanaan operasi perdamaian Uni Afrika.
  • Implikasi: Stabilitas ini akan menghasilkan kehadiran minimal DK PBB dalam konflik besar, sedangkan negara-negara kekuatan menengah dan kecil mungkin semakin beralih ke forum lain, seperti Majelis Umum PBB, untuk membahas isu-isu perdamaian dan keamanan.

2. Skenario 2: Disrupsi yang Meningkat

Skenario ini menggambarkan peningkatan sikap konfrontatif Rusia, baik dengan maupun tanpa dukungan China. Jika Rusia terus menggunakan veto dan alat diplomasi lain untuk melemahkan peran DK PBB, maka kapasitas Dewan untuk menjalankan fungsinya akan semakin terbatas.

Ciri Utama:

  • Penggunaan veto Rusia semakin intensif untuk mendukung sekutu dan melemahkan kepentingan Barat.
  • Potensi pasifitas atau keterlibatan terbatas China dalam mendukung langkah Rusia.

Implikasi:

  • DK PBB mungkin gagal mempertahankan tingkat aktivitas global saat ini, sehingga mengurangi legitimasi dan efektivitasnya sebagai forum utama penyelesaian konflik global.
  • Negara-negara non-P5 dapat mengalihkan fokus mereka ke forum multilateral lain untuk mencari solusi.

3. Skenario 3: Stabilitas dan Perbaikan Hubungan P5

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun