Mohon tunggu...
Daffa Fadiil Shafwan Ramadhan
Daffa Fadiil Shafwan Ramadhan Mohon Tunggu... Relawan - Fresh Graduate Sarjana Hukum di UPN Veteran Jakarta

"Kepriyayian bukan duniaku. Peduli apa iblis diangkat jadi mantri cacar atau diberhentikan tanpa hormat karena kecurangan? Duniaku bukan jabatan, pangkat, gaji dan kecurangan. Duniaku bumi manusia dengan persoalannya," ungkap Pramoedya A. Toer dalam Tetralogi Buru.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sang Gerilya dan Diplomasi Licik, Kiasan Revolusi oleh Tan Malaka

5 Desember 2024   10:00 Diperbarui: 5 Desember 2024   10:03 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gagak dan Serigala: Alegori Diplomasi

Gagak dan Serigala

Adalah seekor burung gagak yang mencuri sepotong dendeng. Dia hinggap pada dahannya suatu pohon. Kemudian datanglah seekor serigala mendekati burung gagak itu. Karena tempatnya burung itu terlampau tinggi, maka tiadalah serigala itu dapat merebut dendengnya burung gagak itu. Maka dipikirkannyalah suatu muslihat supaya mendapatkan dendeng yang diingininya itu.

Dia tahu, bahwa gagak itu adalah seekor burung, yang buruk rupa dan lebih buruk suara, tetapi dia tahu pula, bahwa gagak itu adalah seekor burung yang “uju”, tak kenal keburukannya sendiri dan senang dipuja orang! Dan Maksudnya serigala, ialah hendak memperoleh daging, yang ada diparuhnya gagak itu.

Maka mulailah serigala itu mengucapkan pujiannya seperti berikut:

“Hai burung gagak yang cantik molek berwarna bagus bersuara merdu pula. Alangkah besar hatiku dan terima kasihku kepadamu, jika kamu memperdengarkan suaramu kepadaku.”

Senanglah konon hatinya burung gagak mendengarkan pujiannya serigala itu. Dengan segera dibukannyalah mulutnya buat memperdengarkan suaranya, yang benar-benar disangka merdu itu.

Syahdan setelah itu dia membuka mulutnya untuk menyanyi itu, maka jatuhlah dendeng tadi dari mulutnya.

Sambil burung gagak masih asyik memperdengarkan suaranya dari atas dahan kayu, yang tinggi itu, maka serigala dengan segala suka-cita memungut daging yang jatuh itu dan memakannya sampai habis…………….

Komentar dari Tan Malaka:

Di zaman lampau, maka Pembesar Negara itu tiada suka mendengarkan kritik dari orang bawahannya. Tetapi pujangga yang cerdik insaf pula akan kebenaran pepatah: Binatang tahan palu, manusia tahan kias.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun