Mohon tunggu...
Daffa Fadiil Shafwan Ramadhan
Daffa Fadiil Shafwan Ramadhan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Seorang terpelajar harus juga belajar berlaku adil sudah sejak dalam pikiran, apalagi dalam perbuatan. Itulah memang arti terpelajar itu.

Kepriyayian bukan duniaku. Peduli apa iblis diangkat jadi mantri cacar atau diberhentikan tanpa hormat karena kecurangan? Duniaku bukan jabatan, pangkat, gaji dan kecurangan. Duniaku bumi manusia dengan persoalannya.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Memahami Etika Lingkungan: Ketegangan antara Nilai Intrinsik dan Kewajiban Moral di Era Kontemporer

1 Desember 2024   10:05 Diperbarui: 1 Desember 2024   10:08 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kebakaran hutan di Kepulauan Meranti Riau terus meluas lebih dari 40 Hektare (Sumber gambar: Mediahijau.com)

Dalam etika deontologis, benar atau salahnya suatu tindakan dianggap lebih bergantung pada kepatuhan terhadap prinsip-prinsip moral atau kewajiban tertentu daripada hasil dari tindakan tersebut. Dengan kata lain, suatu tindakan bisa dianggap benar atau salah secara intrinsik, tanpa memandang hasil atau akibat yang ditimbulkan oleh tindakan tersebut.

2. Aturan Moral dan Kewajiban

Menurut perspektif deontologis, terdapat sejumlah aturan atau kewajiban moral yang harus dipatuhi, seperti "tidak membunuh atau merugikan yang tidak bersalah," "tidak berbohong," "menghormati hak orang lain," dan "memenuhi janji." Pelanggaran terhadap aturan-aturan ini dianggap intrinsik salah, terlepas dari konsekuensi yang mungkin timbul.

3. Hak dan Nilai Intrinsik

Dalam konteks etika lingkungan, deontologis sering kali mengaitkan kewajiban moral dengan nilai intrinsik dari makhluk hidup. Misalnya, Tom Regan, seorang advokat hak-hak hewan, mengklaim bahwa beberapa hewan memiliki "nilai bawaan" (inherent value) yang memberi mereka hak untuk diperlakukan dengan hormat. Regan berargumen bahwa hewan-hewan ini, sebagai "subjek kehidupan," memiliki hak moral untuk tidak diperlakukan hanya sebagai sarana untuk tujuan lain, dan praktik-praktik seperti perburuan olahraga atau eksperimen pada hewan adalah intrinsik salah.

4. Kriteria "Subjek Kehidupan"

Regan menyarankan bahwa hewan yang memiliki "nilai bawaan" adalah mereka yang memenuhi kriteria sebagai "subjek kehidupan". Kriteria ini mencakup kemampuan untuk memiliki persepsi indrawi, keyakinan, keinginan, motif, memori, kesadaran masa depan, dan identitas psikologis sepanjang waktu. Hewan yang memenuhi kriteria ini dianggap memiliki hak moral yang kuat untuk tidak disakiti atau diperlakukan dengan tidak hormat.

5. Biocentrism dan Kewajiban Moral

Beberapa teori deontologis memperluas perhatian moral untuk mencakup semua makhluk hidup, tidak hanya individu dengan kesadaran. Paul Taylor, misalnya, mengemukakan pandangan biocentrism, yang menganggap bahwa setiap makhluk hidup---termasuk tumbuhan dan mikroorganisme---memiliki "nilai bawaan" sebagai "pusat teleologis kehidupan". Taylor berargumen bahwa semua makhluk hidup memiliki hak moral untuk diperlakukan dengan hormat dan bahwa tindakan yang merusak atau mengabaikan kesejahteraan mereka adalah intrinsik salah.

6. Kritik terhadap Pendekatan Individualistik

Etika deontologis yang berfokus pada individu sering kali dikritik karena tidak mempertimbangkan keseluruhan ekosistem atau komunitas biologis. Misalnya, perhatian etika hak-hak hewan dan biocentrism yang berfokus pada individu mungkin berkonflik dengan kebutuhan untuk melindungi integritas ekosistem. Ini dapat menyebabkan ketegangan antara perlindungan individu dan konservasi lingkungan yang lebih luas.

Pendekatan Holistik (Holistic Approach)

Pendekatan holistik dalam etika lingkungan menilai nilai dan moralitas berdasarkan keseluruhan ekosistem atau komunitas biologis, bukan hanya individu di dalamnya. Berikut adalah beberapa poin penting tentang pendekatan ini:

1. Nilai Komunitas Biotik (Biotic Community Value)

Pendekatan holistik, seperti yang dikemukakan oleh J. Baird Callicott, berfokus pada nilai intrinsik dari komunitas biotik secara keseluruhan. Menurut pendekatan ini, nilai utama terletak pada integritas, stabilitas, dan keindahan komunitas biotik sebagai satu kesatuan, bukan pada nilai individual dari setiap anggota.

2. Prinsip Etika Tanah (Land Ethic)

Callicott mengadopsi prinsip etika tanah yang diilhami oleh Aldo Leopold, yaitu: "Sesuatu benar jika itu cenderung mempertahankan integritas, stabilitas, dan keindahan komunitas biotik. Sesuatu salah jika itu cenderung sebaliknya." Dengan prinsip ini, tindakan yang melindungi keseluruhan komunitas biotik dianggap benar, bahkan jika itu berarti mengorbankan individu di dalam komunitas tersebut.

3. Pengorbanan Individu untuk Kepentingan Holistik

Pendekatan ini mengizinkan pengorbanan individu jika itu diperlukan untuk melindungi atau memperbaiki keseluruhan komunitas biotik. Misalnya, jika memang perlu untuk men-culling (memusnahkan) populasi hewan tertentu untuk melindungi habitat atau keseimbangan ekosistem, maka tindakan tersebut dianggap etis dalam kerangka pendekatan holistik.

4. Kritik terhadap Pendekatan Holistik

Kritik terhadap pendekatan holistik mencakup tuduhan misantropi atau "fasisme lingkungan" yang mengabaikan hak individu. Beberapa kritikus berpendapat bahwa menilai nilai hanya berdasarkan keseluruhan ekosistem bisa mengabaikan hak dan nilai individu, baik manusia maupun non-manusia.

5. Revisi dan Pengembangan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun