Mohon tunggu...
Daffa Fadiil Shafwan Ramadhan
Daffa Fadiil Shafwan Ramadhan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Seorang terpelajar harus juga belajar berlaku adil sudah sejak dalam pikiran, apalagi dalam perbuatan. Itulah memang arti terpelajar itu.

Kepriyayian bukan duniaku. Peduli apa iblis diangkat jadi mantri cacar atau diberhentikan tanpa hormat karena kecurangan? Duniaku bukan jabatan, pangkat, gaji dan kecurangan. Duniaku bumi manusia dengan persoalannya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Meniti Jalan Spiritualitas Sunan Kalijaga: Laku, Nafsu, dan Tapa Menuju Kebijaksanaan

19 Desember 2024   19:00 Diperbarui: 20 November 2024   03:42 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Laku Menuju “Ilmu Sejati” Menurut Sunan Kalijaga

1. Rilo: Yang berarti sikap ikhlas. Sikap yang menunjukkan tidak adanya hasrat (hawa nafsu) diri sendiri sama sekali, tetapi semuanya berdasarkan dan bersumber kepada Allah, dan hanya Allahlah yang menjadi awal dan akhir.  

2. Legowo: Yang berarti sikap sabar dan tidak memberati apa pun. Termasuk tidak merasakan keberatan ketika kehilangan benda, kepemilikan, ataupun kepunyaan kita. Tidak merasa berat hati ketika orang yang disayang meninggal dunia. Sikap ini harus disandarkan pada prinsip bahwa semua kehilangan milik kita adalah dijawab dengan “tidak apa-apa”, asalkan tidak “kehilangan” Allah, sebab semua yang ada di dunia, di langit, dan di antara keduanya adalah milik Allah.

3. Nrimo: Yang berarti adalah menerima apa saja. Menerima dalam hal ini, maksudnya, menerima segala kondisi kehidupan, keadaan, dan segala takdir yang ada di hadapan mata. Sikap ini disandarkan pada kerelaan dan keridhaan kepada segala takdir yang didesain langsung oleh Sang Maha Pengatur Segalanya dan Maha Bijaksana.

4. Anorogo: Yang berarti sikap rendah hati dan tidak boleh bersikap sombong, angkuh, atau merasa besar. Kanjeng Sunan mengajarkan sikap ini untuk mengingatkan bahwa kita sebagai rakyat Jawa, yang merupakan manusia, yang merupakan makhluk, tidak memiliki daya-kekuatan apa pun untuk memberikan kehidupan, rezeki, dan kesejahteraan. Hanya Allah-lah, Tuhan Yang Maha Kuasa, yang memberimu hidup, rezeki, dan kesejahteraan. Oleh karena itu,tidak pantas bagi makhluk ataupun manusia untuk sombong, sebab sombong adalah sikap syaitan (setan), firaun, dan orang-orang kafir.

5. Eling: Yang berarti hubungan yang selalu menyambung terus dengan Allah. Sikap ini dimaknai dengan segala tindakan kita untuk selalu mengingat Sang Khalik, Sang Pencipta, Allah yang Maha Besar. Oleh karena itu, baik dalam kesulitan maupun kebahagiaan, Kanjeng Sunan mengingatkan kita untuk selalu mengingat Allah, sehingga tidak terjerumus ke dalam kesesatan yang nyata.

6. Santoso: Yang berarti harus selalu berada di jalan yang benar (sentausa). Untuk ber-santoso ini, maka Kanjeng Sunan mengajarkan rakyat Jawa pada masanya untuk selalu membaca Surah Al-Fatihah, khususnya ayat ke-6, yang berbunyi إِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ . Artinya, “Tunjukilah kami jalan yang lurus!”

7. Gembiro: Yang berarti berceria dan berbahagia selalu, sehingga hidup yang dijalani akan dirasakan lega dan tidak menjadi beban. Bahagia di sini bukan berarti dapat melakukan kehendak apa pun untuk mengejar hawa nafsunya, melainkan bahagia dengan konteks merasa tenteram karena melupakan kesalahan-kesalahan dari kerugian yang terjadi pada masa lalu.

8. Rahayu: Yang berarti, di hatinya harus selalu ingin melakukan yang aktivitas yang baik-baik. Layaknya  ucapan salam “Assalamualaikum”, yang dapat diartikan sebagai selalu mengharapkan orang lain untuk dapat hidup dalam keadaan baik, selamat, dan damai.

9. Wilujengan: Yang berarti menjaga selalu kesehatan kita, dan apabila mengidap rasa sakit, maka dapat diobati.

10. Marsudi Kawruh: Yang berarti hidup itu harus selalu mencari dan mempelajari ilmu yang benar. Dalam kehidupan di dunia, Kanjeng Sunan mengajarkan kita untuk selalu terus-menerus menambah wawasan dan ilmu pengetahuan. Tidak boleh merasa bahwa dirinya “sudah” atau “puas” dalam hal pengetahuan dan ilmu-ilmu keagamaan ataupun duniawi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun