Sebagaimana pemikiran lainnya, kritik pun datang kepada Rawls. Kritik terhadap pandangan Rawls ini datang dari dua tokoh, yaitu:
1) G. A. Cohen:
G. A. Cohen mengkritik teori Rawls karena dianggap tidak praktis dalam konteks dunia nyata. Cohen berpendapat bahwa teori Rawls mengabaikan kebutuhan akan insentif yang membedakan untuk mendorong kerja keras dan motivasi dalam masyarakat. Menurut Cohen, masyarakat tidak dapat berfungsi secara efektif tanpa adanya diferensiasi insentif yang dapat memotivasi individu untuk berusaha lebih keras, dan teori Rawls tidak cukup mempertimbangkan aspek ini. Selain itu, ketidaksetaraan yang dibenarkan oleh prinsip perbedaan tidak cukup mempertimbangkan bagaimana ketidaksetaraan tersebut dapat memengaruhi motivasi dan kerjasama dalam masyarakat. Cohen berargumen bahwa teori Rawls mungkin gagal mengatasi masalah ketidaksetaraan yang menciptakan ketidakadilan dan ketimpangan dalam hal motivasi dan kontribusi individu.
2) Martha C. Nussbaum:
Ia mengkritik teori Rawls karena tidak cukup mempertimbangkan kebutuhan khusus dan tantangan yang dihadapi oleh individu dengan disabilitas. Nussbaum berargumen bahwa teori Rawls, yang berfokus pada prinsip-prinsip keadilan dalam konteks distribusi sumber daya dan kesempatan yang adil, tidak memberikan perhatian yang cukup pada perlunya perlakuan diferensial untuk individu dengan disabilitas agar mereka dapat menjalani kehidupan yang layak dan berfungsi dengan baik dalam masyarakat. Nussbaum juga mengkritik teori Rawls karena dianggap terlalu umum dalam pendekatannya dan kurang memadai dalam menangani keragaman kebutuhan individu. Dia berargumen bahwa teori Rawls mungkin tidak cukup fleksibel untuk menangani berbagai keadaan khusus dan kebutuhan yang bervariasi di antara individu, terutama mereka yang memiliki kondisi khusus seperti disabilitas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H